30th: Thirtieth Note's

1.4K 110 0
                                    

24 Oktober 20127

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

24 Oktober 2012
7.54 pm

Aku kembali ke rumah sakit lagi. Kali ini mungkin akan lebih lama. Mengingat kondisiku yang tidak semakin membaik. Aku menolak pengobatan yang mereka tawarkan padaku. Aku berpikir sudah saatnya aku menghentikannya.

Semua itu memang membantuku hidup lebih lama. Namun aku sudah cukup lelah dan ingin melakukan apa yang ingin aku lakukan sekarang.

Sheira, Tim, dan Andrew datang menjengukku. Tim tidak seperti dulu. Dia menjadi lebih pendiam.

"Andrew." ujar Tim pelan. Andrew yang tengah berbicara kepadaku dan Sheira menoleh kepada Tim yang duduk di sofa sendiri.

"Apa kau mencintai Jasmine?" tanya Tim. Wajahku memerah. Aku bisa merasakan wajahku memanas. Aku tidak ingin Tim melakukan sesuatu yang 'tidak tidak'. Dia menatap Andrew dengan sinis. Andrew menjawab, "Ya. Aku menyayangi dia." Tim berdiri. "Apa kau yakin?" tanya Tim lagi. "Tentu saja. Aku sangat yakin seyakin aku pada matahari yang terbit dari timur." jawab Andrew dengan tegas.

"Tim, sudahlah." kataku lemah. Tim tidak mau mendengarkanku. Dia terus menantang Andrew hingga aku benar-benar berteriak kepadanya.

"Tim hentikan. Tidak peduli Andrew mencintaiku atau tidak, itu tidak penting. Yang terpenting sekarang adalah aku mencintai Andrew." ujarku. Tim terdiam. Andrew menyentuh pipiku dan berkata bahwa dia sangat mencintaiku. Aku hanya tersenyum. Pandanganku mulai kabur.

Darah keluar dari hidungku. Sangat banyak. Tidak berhenti walau aku sudah mencoba menutupnya dengan kain atau apapun itu. Andrew berlari memanggil suster. Mereka mengahampiriku dengan banyak alat. Ibu dan Dokter Mia beserta seorang dokter yang tidak aku kenal menghampiriku dengan khawatir.

Andrew berdiri terpaku menatapku. Begitu mata kami bertemu, aku tersenyum tipis kepada dia.

Mereka semua pergi keluar begitu para suster menyuruh mereka dengan paksa. Aku bisa melihat Sheira menangis dan Tim mencoba menenangkan dia. Aku menutup mataku sejenak. Memikirkan jika kelak aku pergi. Jika saat itu adalah saat terakhirku.

Aku sadar hidupku tidak panjang. Tapi setidaknya, Tuhan, tolong beri aku waktu untuk benar-benar mengucapkan selamat tinggal kepada mereka. Waktu terus berjalan. Dan hidupku bagaikan puntung rokok yang terbakar. Perlahan-lahan mulai habis menjadi abu.

Dengan cinta,

-Jasmine

-Jasmine

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
265 Days of Love ✓Where stories live. Discover now