27th: Twenty-seven Note's

1.5K 109 1
                                    

20 Oktober 2012
8.40 am

Sudah lama aku tidak menulis catatan. Hari ini aku pergi ke kelompok penderita kanker. Aku mendengar dari Paula bahwa Ronald sudah pergi dua minggu yang lalu. Anggota kelompok ini semakin berkurang dan memiliki anggota baru.

Hari ini kami mengadakan pertemuan di ruangan bangsal anak yang sudah tidak di pakai lagi di salah satu rumah sakit di New York.

Paula bertanya bagaimana kabar kami--seperti biasa. Paula memintaku untuk mengawalinya. Aku melepaskan penutup kepalaku dan berkata keadaanku tidak semakin membaik.

"Kau pasti bisa Jasmine." kata Paula.

Setelah mengikuti pertemuan, aku pergi ke ruangan dimana Lucy di rawat yang kebetulan di rumah sakit tersebut. Aku menyapa ibu dan ayah Lucy. Mereka senang aku mengunjungi Lucy. Dia tengah membaca sebuah majalah dan masih terlihat ceria seperti biasa.

"Hei. Apa kabarmu?" tanyaku. Lucy menjawab keadaannya sangat baik. "Sekarang rambutmu tidak ada lagi." kata Lucy pelan. Dia menggenggam tanganku hangat. Aku tersenyum kepadanya.

"Sekarang kau tidak perlu sibuk mencuci rambutmu lagi." canda Lucy. Aku tertawa. Ya. Aku setuju dengan dia. Beberapa saat aku berada di sana, ibu menghubungiku bahwa dia sudah berada di bawah. Aku berpamitan dengan Lucy, ibu, dan ayahnya kemudian pergi meninggalkan ruangan itu.

"Bagaimana pertemuannya?" tanya ibu.

"Seperti biasa. Aku mengunjungi Lucy tadi. Dia baru menjalani operasi minggu lalu." jawabku. Ibu kemudian berkata kita harus melakukan cuci darah lagi sekarang. Aku menurut.

"Bagaimana keadaanmu Jasmine?" tanya Dokter Mia begitu kami bertemu di ruanganku. Aku menjawab keadaanku sangat baik. Dokter memintaku untuk keluar sebentar karena akan berbicara dengan ibu. Aku menolak.

"Mengapa? Aku ingin mendengar keadaanku juga dokter. Biarkan aku mengetahuinya." kataku. Aku terus memaksa walaupun Dokter Mia tidak mau. Pada akhirnya, dia menurut. Dia mengizinkanku untuk duduk dan mendengar keadaanku.

"Berdasarkan tes kemarin, keadaanmu semakin parah Jasmine. Sistem kekebalanmu hancur. Ginjalmu sudah tidak berfungsi lagi." suara Dokter Mia merendah. "Maafkan aku." tambahnya.

Aku terdiam. Mencoba mengatur nafasku dan tetap tenang. Ibu menjatuhkan air matanya.

"Berapa lama waktuku dokter?"

"Aku tidak yakin."

"Tidak. Kau pasti tahu. Katakan padaku berapa lama perkiraanmu terhadap lama hidupku dokter."

"Sungguh aku tidak yakin. Mungkin tiga bulan." tangis ibu pecah saat itu juga. Air mataku mulai jatuh. Namun aku mencoba untuk tetap tenang. "Maafkan aku." ujar Dokter Mia sekali lagi.

Aku dan ibu meninggalkan tempat itu beberapa saat setelah itu. Kami tidak saling berbicara sepanjang perjalanan. Aku hanya memandang jendela mobil sambil memikirkan sisa hidupku. Umurku hanya beberapa saat lagi.

Begitu tiba di rumah, aku melihat Andrew tengah berdiri di teras rumahku. Tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya.

Aku keluar dari mobil dan berlari kearahnya kemudian memeluk Andrew dengan air mataku yang sudah jatuh.

"Jasmine. Semuanya akan baik-baik saja." bisik Andrew pelan kepadaku. Dia memelukku erat sambil membelai rambutku. Aku menghapus air mataku sebelum melepaskan pelukan kami.

Dia menyeka air mataku sekali lagi. "Aku memiliki sesuatu untukmu." ujar Andrew. Dia mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya. Sebuah kalung emas dengan tulisan;

Amor Vincit Omnia

"Ini untukmu. Cinta mengalahkan segalanya." serunya pelan. Aku tersenyum kepada Andrew kemudian memeluk dia sekali lagi.

Dengan cinta,

-Jasmine

***

[A/N] It's almost done guys. I am a little bit sad about that:(

265 Days of Love ✓Where stories live. Discover now