16th: Sixteenth Note's

1.8K 123 0
                                    

22 Agustus 20129

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

22 Agustus 2012
9.23 am

Hari ini ibu menyarankan agar aku pergi ke kelompok penderita kanker. Memang sudah lama aku tidak pernah kesana. Karena bagian paling menyedihkan dalam hidupku, adalah bertemu dengan penderita kanker lain dan saling menyemangati.

Hari ini kami mengadakan pertemuan di rumah Paula. Halaman rumahnya cukup besar. Memiliki sebatang pohon palem yang masih sangat terawat, rumput yang rapi dan sepertinya baru di potong, dan bunga-bunga yang cantik. Aku teringat Paula pernah bercerita hobinya adalah bercocok tanam. Dan sepertinya semua itu terjawab di rumah Paula.

Kami duduk membentuk lingkaran di halaman belakang rumah Paula yang tidak kalah besar dengan halaman depannya. Paula meminta kami bercerita mengenai apa yang terjadi pada kami sepanjang minggu ini. Paula menunjuk Theo sebagai yang pertama bercerita. Theo bercerita hidupnya terasa menjadi lebih baik. Katanya dia membaca buku kitab yang diberikan Paula dan mendapat sejumlah semangat.

Lucy berbisik padaku bahwa sudah lama dia tidak menemuiku dan rindu padaku. Aku bercerita padanya dengan setengah suara. Takut akan mengganggu semua orang yang sibuk memperhatikan Theo. Kemudian aku bertanya pada Lucy bagaimana kabar Marry maupun Ronald.

Lucy diam. Kemudian memegang tanganku. "Marry sudah pergi." ujar Lucy. Aku terkejut.

Inilah realita kehidupan. Realita penderita kanker seperti kami. Orang akan datang dan pergi. Di ingat, dan di lupakan. Suatu hari, kau mungkin akan mendengar kabar bahwa aku telah pergi. Dan akan lupa mengenai aku seiring waktu berjalan. Kau akan sering mendengar anggota kelompok ini berkurang. Kami hanya menunggu waktu. Aku hanya menunggu waktu.

Sekarang, tiba giliranku untuk bercerita. Aku berdiri dan berdehem sebelum memulai.

"Halo semua. Sudah lama kita tidak bertemu. Aku Jasmine. Hanya untuk sekedar mengingatkan jika memang kalian lupa padaku. Penyakitku semakin parah akhir-akhir ini. Aku berbohong jika mengatakan aku baik-baik saja." hanya itu yang aku katakan. Setelah itu, aku duduk dan tiba giliran untuk Lucy. Dia bercerita dia akan menjalani operasi untuk pengangkatan usus besarnya yang rusak. Dia meminta kami untuk mendoakan agar operasinya berhasil.

"Tentu kami akan mendoakanmu, sweetie." seru Paula. Lucy mengucapkan terima kasih padanya.

Sekarang, adalah sesi yang paling kubenci. Bernyanyi. Paula meminta kami semua untuk berdiri dan bernyanyi dengan penuh semangat. Aku hanya bisa mengikuti. Bernyanyi dan menari seperti yang dilakukan semua orang yang ada. Lucy bergerak dengan penuh semangat. Satu jam kemudian, kegiatan saling menyemangati kami berakhir.

Aku berjalan dengan Lucy ke halaman depan rumah Paula. Tidak ada ibuku di sana. Begitu juga dengan ayah Lucy. Paula meminta kami masuk sementara menunggu orang tua kami dan menawarkan segelas susu dan kue kering. Kami menerimanya. Mataku memandang foto seorang anak perempuan yang terpajang di dinding.

"Dia adalah adikku. Dia menderita leukemia dan meninggal saat aku berusia lima belas tahun. Karena dia aku membentuk kelompok ini." ujar Paula begitu menyadari apa yang aku lihat dan menjawab pertanyaan yang terlintas di benakku.

"Dengar, Jasmine, Lucy. Yang terpenting bukanlah seberapa lama kalian hidup di bumi. Tapi seberapa penting peranan kalian untuk membuat seseorang bahagia di bumi." ujar Paula. Dia benar. Sangat benar.

Bertepatan dengan itu, ibuku datang. Aku pulang lebih dulu meninggalkan Lucy dan Paula karena harus pergi ke rumah sakit. Aku memandang jendela. Memikirkan apa yang tadi di katakan oleh Paula.

Dengan cinta,

-Jasmine

-Jasmine

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
265 Days of Love ✓Where stories live. Discover now