7th: Seventh Notes

2.8K 196 4
                                    

6 Agustus 2012
3.23 pm

Aku masih dirawat di rumah sakit. Ibu tidak mengatakan apa-apa mengenai penyakitku tapi dia menjadi semakin diam dan aku merasa dia bergadang setiap malam karena kantung matanya semakin tebal. Aku mengartikan tingkah ibu kali ini bahwa; penyakitku semakin parah.

Aku belum berani bertanya pada ibu ada apa denganku. Aku takut dia mungkin akan marah, atau dia akan menangis.

Dan hari ini, aku memberanikan diri untuk bertanya. "Keadaanku semakin parahkan, bu?" Ibu hanya menatapku kosong tanpa mengucapkan apa-apa. Dia hanya menghiraukan seakan-akan aku tak mengucapkan apa-apa tadi. Ibu berjalan menuju meja dan meraih obatku.

Dia menyuruhku meminumnya dan mengatakan aku baik-baik saja. Bernard hanya melihatku dan begitu aku balas melihatnya dia kembali berfokus pada video gamenya.

Beberapa saat kemudian, ibuku keluar. Aku bertanya pada Bernard. Bernard mengangkat kepalanya dan mengatakan, "Ibu hanya memikirkan beberapa hal. Tak perlu terlalu dipikirkan." katanya. Setelah itu aku menyuruh Bernard untuk mengambil airku. Begitu dia menyerahkannya kepadaku, Bernard melihat gambar yang di pajang ibu di atas meja. "Kapan terakhir kali kita pergi ke taman ini?" tanyanya. "Entahlah. Mungkin saja sepuluh tahun yang lalu?" jawabku. Bernard terus menatapnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Kau harus cepat sembuh." pandanganku menatap Bernard bingung. Tidak biasanya dia seperti ini-menyemangatiku-karena Bernard sangat tidak peduli kepadaku. Semenjak aku didiagnosa terkena penyakit ini, dia semakin tidak peduli denganku. Dia menjadi lebih sering, bermain game, menyendiri di kamar, atau menonton tv seharian.

Sheira mengatakan, "Oh, ayolah, dia baru berada di usia pubertas. Kau harus memahaminya. Mungkin dia sedang mencari jati diri, atau patah hati karena cinta?" aku menggeleng sambil tertawa mendengar jawaban Sheira tersebut. Bagaimana tidak? Bernard pria yang sangat dingin, dan usianya, tujuh belas tahun. Bukankah itu sedikit terlambat untuk mencari jati diri?

Bernard menaikkan alisnya kepadaku. "Kenapa kau begitu? Kau baru sadar aku ini baik?" candanya. Sudah lama aku tidak mendengar candanya yang dingin, dan terkadang sama sekali tidak lucu. Mungkin itu juga semenjak aku menderita penyakit ini. "Seharusnya kau mengerti mengapa ibu seperti itu. Dia kehilangan suaminya, dan putri kesayangannya ... ehm ...." aku bisa mengerti maksud Bernard. Aku mengerti semuanya. Mengapa ibu seperti itu, atau maksud kalimat akhir Bernard, dan bla bla bla.

Aku mengatakan kepada Bernard; kau boleh menyelesaikan kalimat akhirmu. Dan Bernard menggeleng. Aku hanya menunduk dan menatap gelas berisi air itu.

Dengan cinta,

-Jasmine

265 Days of Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang