49. Spilled Tea and Teared Marshmallow

Start from the beginning
                                    

“Biarkan aku menyelamatkanmu.. Kau tidak tahu apa yang sedang menantimu..”

Apa yang hendak gadis itu sampaikan padanya kemarin? Damar tidak mengacuhkan ucapan Tiara dan tetap memberinya dosis sehingga gadis itu terlelap meski memarnya akan bertambah. Namun baru sekarang efek dari peringatan itu makin membuat batin Damar was-was.

Seolah sesuatu yang mengerikan sedang menanti mereka.

“Gawat!” Seseorang tiba-tiba masuk ke sana. Dari rongga dadanya yang naik turun, Damar langsung tahu ada yang tidak beres. “Ada dua orang yang masuk ke sini! Tempat ini sudah ketahuan!”

Bagaimana bisa?

Berdecap gusar, Damar berjalan cepat ke arah pintu. Tapi sebelum melewati ambang, dia menoleh lagi pada pria yang memberitahunya.

“Jaga mereka,” katanya. Lalu dia pun pergi.

Pria itu juga was-was, sama seperti Damar. Bertahun-tahun tempat itu tidak terjamah orang selain mereka. Karenanya, polisi nyaris tidak bisa mengendus sampai ke sana. Benaknya pun dipenuhi kecemasan kalau-kalau orang yang menerobos masuk merupakan polisi yang sedang menyamar.

Sembari mondar-mandir dengan emosi tak karuan, perhatiannya beralih ketika Tiara mengerang meski matanya terpejam. Gadis itu seperti sedang mengigau di tengah suhu tubuhnya yang rendah berkat bulir keringat dingin yang mengalir. Terpaku, pria tadi lantas berjongkok dan melihat lebih dekat. Memar yang tampak di permukaan kulit Tiara membuatnya penasaran sekaligus bergidik. Tiba-tiba..

BRAAKK!!

Gadis itu mendadak membuka matanya. Kakinya yang memasung seketika membelah papan kayu yang menguncinya menjadi dua. Hantaman yang kuat oleh tumit Tiara menempeleng pria tadi sampai terjungkal ke belakang. Tiara mencengkeram sebagian serpihan kayu sebagai senjatanya dan langsung menghujam leher belakang pria itu hingga tidak sadar.

Terengah-engah, gadis itu tersungkur begitu denyut di kepalanya yang makin menjadi.

Tidak sia-sia selama ini dia mencoba menghancurkan papan pasung yang mengikatnya.

“Krisan..” Euodia menatapnya tercengang.

Tiara menoleh pada gadis itu dan tersenyum samar. Rona pucat di wajahnya tidak bisa menyembunyikan tekad kuatnya untuk bebas. Tiara sudah cukup lama berdiam. Kalau pun harus mati, dia tidak ingin melepaskan nyawanya dalam sangkar.

“Aku akan kembali untukmu,” katanya sebagai janji. Meski dia tidak tahu apakah benar-benar bisa terbebas. “And I will save him…”

Jalannya terseok akibat ngilu di pergelangan kaki. Waspada, dia mendapati lorong dengan sinar lampu yang redup begitu keluar. Samar, Tiara mendengar bunyi berisik orang-orang di sisi kanan, maka dari itu dia mengambil arah ke kiri.

Entah apa yang sedang menunggunya. Satu yang berada di pikirannya, dia harus keluar dari tempat itu!

***
Ketakutan Jonas benar-benar terjadi. Setangguh apa pun dirinya dan Ranan, tidak akan bisa melawan belasan orang sekaligus! Jonas sendiri roboh setelah tiga orang berbadan besar mengeroyoknya. Terakhir, salah satu dari mereka menginjak kedua tangannya yang tertekuk di atas punggung.

Darah mengalir dari dahi Ranan, menciptakan cabang merah di setengah wajahnya. Napas laki-laki itu memburu. Selain geraman yang dia lontarkan sesekali, tak ada tanda-tanda kepanikan. Tatapannya tajam mengarah ke salah satu sosok di depannya yang tersenyum kelam seolah menikmati kemarahan Ranan.

“Harusnya kau tetap diam di kamarmu, Nak. Nggak aku sangka kamu bisa jalan lagi secepat ini. Sayangnya kau gagal memberiku masalah lebih dari ini,” kata Andre yang menyeringai.

When Marshmallow Meet Dark ChocolateWhere stories live. Discover now