4. Guru Les

Mulai dari awal
                                    

Natasya sekarang sedang berada di taman belakang. Di hadapannya ada kolam renang besar seukuran orang dewasa dengan pinggir nya ada beberapa bunga bermekaran yang menambah kesan segar disana.

Arsitektur rumah ini nampak profesional jika dilihat dari hasil karyanya. Mungkin orang luar negeri fikirnya

"Udah lama?" tanya suara bariton menyadarkan Natasya dari pertanyaan siapa arsitektur rumah sebagus ini.

"Oh enggak. Barusan, adik lo mana?" tanya Natasya langsung to the point tanpa berbasa-basi.

"Ntar juga kesini, baru bangun tidur soalnya" jawab Aldo kemudian duduk di salah satu kursi rotan berlapis busa yang berada di area yang sama. Juga ditempat yang sama dimana Natasya duduk hanya saja berbeda kursi

Mendengar jawaban Aldo, Natasya hanya ber oh-oh ria. Lagi pula ia tak mau tau tentang adik dari laki-laki yang masuk kategori tampan versi Natasya

Setelah lebih dari 15 menit obrolan tentang berbagai hal mulai dari fotografi hingga alasan kenapa gadis itu pindah. Membuat keduanya lupa apa tujuan Natasya kesini sampai suara dehaman menyadarkan baik Aldo ataupun Natasya.

"Lang, ini guru les privat lo" ucap Aldo seraya bangkit dari kursi yang juga membuat Natasya menoleh ke sumber dehaman.

Ini diluar nalar, murid nya adalah teman seangkatan nya di SMA Petranda. Laki-laki yang tatapannya sempat bertubrukan dengannya

"Oh" itu lah respon Elang lalu menaruh buku paket matematika lengkap dengan buku tulis berbagai ukuran diatas meja kaca dihadapan Natasya

"Meskipun dia seangkatan sama kita, gue harap lo sopan sama dia. Namanya Natasya dia murid baru di petranda Tapi soal kecerdasan ga usah diragukan dia jauh diatas lo lang. Sya, dia Elang adik gue. Meskipun kalian seangkatan, tapi dia ga ada cerdas-cerdas nya sama sekali, dia jurusan ips kelas XI IPS 4. Anggep aja dia murid lo yang masih duduk di bangku kelas 3 SD, jadi lo gausah sungkan kalo lo mau hukum dia atau apapun. Kalau dia marah, bilang ke gue atau ke mama gue" perjelas Aldo yang entah mengapa membuat natasya merasa tak enak akan kehadirannya sebagai seorang guru disini.

Ia mengira bahwa adik Aldo adalah anak SD atau SMP. Tapi nyatanya? Malah teman seangkatannya.

"Gausah ngrendahin gue Do" ucap tajam Elang dengan mencengkeram kerah leher Aldo dengan keras hingga otot-otot halusnya saja terlihat

Natasya bingung harus berbuat apa. Membiarkannya saja? Ia takut jika terjadi kekerasan lalu ia menjadi saksi mata. Melerainya?  Ia hanya orang baru yang tidak tau apa-apa tentang keduanya.

Lalu gadis itu berkesimpulan bahwa hubungan persaudaraan keduanya sama sekali tidak ada kerukunan dan mungkin selalu saling menjatuhkan.

"Stop" ucap natasya pada akhirnya. Dan membuat Elang melepaskan tangannya dari kemeja flanel yang dikenakan Aldo

"Gue titipin dia sama lo Sya. Kalo ada masalah jangan sungkan ngomong sama gue dan hari selasa lo bisa mulai masuk ekstrakurikuler" ucap Aldo sebelum ia benar benar pergi meninggalkan Elang dan Natasya di taman belakang

"Lo mau belajar matematika? Yang mana?" tanya Natasya seraya duduk di karpet yang melapisi antara lantai dan meja

"Terserah" jawab Elang dingin membuat natasya menghembuskan nafas beratnya. Ia yakin bahwa bukan hal mudah menjadi guru dari sosok sedingin Elang

"Bagian yang nggak lo mengerti di matematika yang mana?" Natasya bertanya kembali, berharap bahwa muridnya ini mau menjawab setidaknya 5 kata

"Semua" tetap dingin membuat gadis itu berasa sedang berada di gurun es dengan suhu di bawah nol

Natasya pun menjelaskan kembali pelajaran matematika mulai dari dasar nya. Bukan 1+1 ya, Tapi dasar materi

Hingga tanpa sadar sudah 2 jam natasya menerangkan yang hanya dijawab ya jika mengerti,  menjawab tidak jika tidak paham dan menjawab mungkin jika masih ragu. Gadis itu harus double ekstra sabar jika mengajar laki-laki semacam es kutub yang irit bicara seperti ini

"Lo maunya diadain les hari apa aja? Kalo hari selasa gue gak bisa sih ada ekstrakurikuler. Lo pilih 3 hari dalam seminggu. Hari apa aja?" tanya Natasya seraya memasukkan alat tulis dan bukunya ke dalam ransel warna biru muda yang dibawanya.

"Terserah" jawab Elang yang tetap pada nada dingin dan datar.

"Rabu?" tanya Natasya

"Ya"

"Sabtu?"

Elang berfikir sejenak, di malam minggu ia selalu ada kegiatan bersama 3 sahabat tolol nya,entah hangout atau main PS bersama.

"Senin" jawab Elang

"Iya, Terus mau hari apa lagi?" tanya Natasya lagi, biarkan muridnya yang menentukan. Ia tak mau memaksa Elang membatalkan jadwalnya hanya demi les yang mungkin baginya itu tidak penting

"Kamis" jawa Elang yang kemudian bangkit dari posisinya duduk di karpet

"Senin, Rabu sama Kamis ya" ucap Natasya yang ikut bangkit dari duduknya

"Ya"

"Kalo ada masalah sama pelajaran lo tanya aja ke kelas gue di kelas XI IPA 2 atau waktu les begini juga bisa" jelas Natasya sembari menggendong tas ransel nya kembali

"Ya"

Setelah tidak ada hal yang dibahas lagi, Natasya mengambil ponsel yang berada di saku celananya dengan niat akan menghubungi Pak Pardi untuk menjemputnya

"Biar gue anter. Sekalian ada hal yang pengen gue omongin" ucap Aldo yang tiba-tiba datang lalu merebut ponsel yang menempel di telinga Natasya dan mematikan sambungan nya sebelum benar-benar tersambung ke orang yang ada di seberang sana.

Natasya pun mengiyakan, mungkin laki-laki itu ingin membicarakan tentang Elang atau kendalanya selama mengajar adik Aldo tersebut.

Cool V SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang