Chapter 44 : Kaito Kano

463 52 40
                                    


Aku tidak tahu harus melakukan apa, aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Yusa sedang berjuang tapi aku hanya diam. Kata Boss, Yusa sedang menderita? Aku tidak tahu karena aku tidak melihatnya langsung tapi aku juga tidak mau melihatnya. Melihat Yusa yang mengikuti di layar tadi membuatku tidak bisa berhenti khawatir. Bagaimana dia benar-benarmenderita?

"Hei, apa kau mendengarku?"

Tidak ada jawaban.

"Hei Boss, aku sangat tidak senang dengan permainanmu. Aku tidak suka kau melukai Yusa."

Sebuah layar besar muncul dan muncul kalimat : Mahari Yusa datang sendiri untuk menyakiti dirinya.

Dalam sekejap beberapa gambar muncul mengitariku. Darah...darahh... darah ada dimana-mana. Itu siapa? Yusa? Semua foto ini adalah Yusa? Apa yang yang dikatakannya tentang kematian Yusa yang berkali-kali? Apa?! Berkali-kali?! Tidak.... aku tidak suka! Kenapa Yusa harus melakukannya?!

Jantungku rasanya ingin meledak seperti bom atom. Sakit.... sangat sakittt. Seluruh tubuhku sudah bergetar. Aku tidak kuat meliaht pemandangan ini.

"Jangan bercanda!" aku teriak, benar-benar teriak sampai-sampai tenngorokanku rasanya ingin hancur. "Kau pasti bercanda, hah? Singkirkan foto itu. jangan sakiti dia!"

Tanpa sadar air mataku melangalir. Tanganku mengepal erat-erat. Kesabaranku sudah tidak bisa ditahan lagi. Hatiku benar-benar sakit. aku menelan ludah dan menarik napas panjang. Aku benar-benar kacau. Aku sudah kehilangan Ibuku dan aku tidak mau kehilangan Yusa. Dia satu-satunya yang berharga milikku. Aku tidak senang Yusa akan diambil seperti ibuku. Aku tidak suka Yusa disakiti oleh siapapun.

Aku menunduk, tidak kuat melihat foto-foto itu. "Bisa tolong keluarkan Yusa dari permainan ini?" gumamku pelan. Sebenarnya aku benci ini tapi aku benar-benar tidak tahu harus melakukan apa. "Kumohon, keluarkan dia dari permainan ini. Aku mohon."

Foto-foto itu menghilang dan tertinggal satu layar yang bertulisan : Kaito Kano menjadi sangat membosankan? Jadilah menyenangkan.

"Bukankah begitu kau akan tidak senang denganku?"

Pikiranku benar-benar kacau. Tidak.... tidak seharusnya aku melakukan ini. memohon padanya adalah sesuatu yang salah.

Layar besar itu memberikan jawabannya lagi : baiklah, kita tanyakan langsung kepada Mahari Yusa apakah Mahari Yusa akan menerima permintaanmu itu?

Sebuah layar kecil muncul di depan wajahku. Aku melirik dengan rasa takut. Layar itu bertulisan : Mahari Yusa akan kelaur dari permainan ini tapi semua peserta yang belum diselamatkan akan mati.

Dengan tangan gemetaran, aku menekan tombol menyetujui. Itu lebih baik membuatnya hidup dan membuatku mati. Tidak apa-apa aku mati seperti ini walaupun ini begitu tragis tapi terpenting kematianku tidak sia-sia. Aku masih bisa menyelamatkan Yusa dengan nyawaku LAGI.

Aku menunggu hingga dua jam. Dan layar kecil itu muncul lagi dengan tulisan : sayangnya Mahari Yusa menolak tawaran anda.

Mataku melebar. "Kenapa?! Kenapa kau menolaknya?! Apa kau bodoh?!" Kenapa dia harus melakukan sejauh ini hanya untukku? Sebenarnya apa yang dipikirkannya?

Aku melihat terdapat pilihan <dengar alasan> dan aku menekannya. Ada suara Yusa. Suaranya begitu lembut walaupun rekaman suaranya begitu jelek. Entah kenapa aku yakin kali ini suara milik Yusa.

"<Aku tidak tahu siapa yang mengirimkan ini tapi aku dengan tegas menolak. Aku datang untuk menyelamatkan seseorang. Aku tidak akan keluar sebelum menyelamatkannya. Aku tidak mau kehilangannya. Dan siapapun yang mengirimkan ini, AKU SANGAT TIDAK SENANG. JANGAN MENGIRIM HAL SEMACAM INI KEPADAKU.>"

Aku terdiam. Walaupun Yusa tidak menyebut nama seseorang itu tapi aku tahu kalau yang tertuju itu adalah untukku.

Ini membuatku malu. Yusa sedang berjuang sendirian dan aku hanya mengemis untuk mendapat belaskasihan yang seharusnya tidak kulakukan sejak awal. Seharusnya aku benar-benar malu sekarang. Rasanya aku tidak percaya dengan usaha yang dilakukan Yusa untukku dan yang lainnya. Seharusnya aku menunggu lebih lama, bersabar untuk usahanya.

Aku menelan ludah. Kepercayaanku mulai bangkit kembali. aku harus kuat seperti apa yang dilakukannya. Aku tidak boleh menyerah begitu saja hanya karena melihat begitu pedihnya permainan ini. Aku tidak boleh diperdaya oleh Boss.

"Maaf, Boss, kutarik kata-kataku tadi."

layar besar dan kecil itu menghilang. aku yakin, Boss benar-benar senang sekarang.

AKU HARUS MENUNGGU LEBIH LAMA LAGI

Life GameWhere stories live. Discover now