Chapter 28 : Mahari Yusa

881 86 19
                                    

Aku pernah berjanji pada diriku sendiri untuk melakukan sesuatu unutk Kano dan mungkin ini saatnya aku menepati janjiku itu.

Keesokan harinya aku bolos dalam pelajaran kedua. Aku pergi ke lab komputer yang pada saat itu sangat sepi. Aku menyalakan salah satu komputer disana dan mengetik . Tetap tidak bisa. Aku reload berkali-kali tapi tetap tidak bisa. Hanya hasil nihil yang kudapat dari yang kulakukan dari kemarin. Padahal hanya ini yang kutahu tentang Life Game.

Pada saat aku dipuncak kegelisaan untuk menekan enter untuk me-reload halaman, akhirnya halaman muncul berbeda. Kali ini berhasil! Anehnya terdapat kolom untuk mengisi nama.

"Apa aku mengetik nama orang lain?"

Aku memasukkan nama Akomoto Kira. Tapi tidak bisa karena tidak tercantum. Kalau begitu aku mengetik namaku.

"Ada apa ini?!"

Peringatan warning muncul layar monitor. Komputer yang kugunakan tiba-tiba saja mati tapi kemudian semuanya komputer dalam lab menyala semua dan semuanya mati beriringan dengan padamnya lampu. Aku tidak bisa melihat apapun.

Sebuah layar muncul. Layar ini sangat kukenal dengan baik. terdapat tulisan disana.

Selamat datang kembali.

Dalam sekejap aku bisa melihat kembali benda-benda di sekelilingku walaupun suasana tetap gelap. Aku melihat keluar jendela dan ternyata langit menunjukkan warna gelap seperti langit malam.

Paru-paruku terasa sakit. Aku tidak tahu kenapa tapi aku merasa paru-paruku seakan terkikis di dalam. Udara seakan sudah tercemar. Situasi ini mengingatkanku lagi pada saat Kano mengatakan bahwa dia sulit bernafas. Jadi tempat ini rupanya.

Kalimat baru muncul di layar.

Sebaiknya mencari gas masker sebelum anda mati. Lihat jam yang telah disediakan di pergelangan tangan anda. Itu menunjukkan racun akan fatal ketika menunjukkan angka nol. Anda tidak bisa diselamatkan untuk selamanya. Itu berarti anda mati untuk selamanya.

Seketika aku melihat jam hitam yang tidak kusadari sudah berada di pergelangan tanganku. Jamku entah kemana pergi. angka yang di tunjukkan 23 menjadi 22 menjadi 21. Ini hitungan mundur. Dalam hitungan detik aku mencari gas masker yang dimaksud dan aku menemukannya di pojok sebelah lemari lab ini. Aku langsung memakainya. Rasanya paru-paruku kembali bekerja normal.

Untuk memastikan aku melepas gas masker-ku dan melihat jam tangan hitamku. Angka awal adalah 60 dan itu berarti hanya diberi waktu satu menit. Jika aku melepas dan memakainya lagi angka akan berawal kembali menjadi 60 detik.

Kaliamat baru muncul lagi dari dalam layar itu.

Sebelum memulai permainan utama, anda akan melalui tahap pembuka. Anda harus tahu siapa manusia satu-satu yang masih hidup di tahap pembuka ini agar anda bisa ke permainan utama. Jika sudah mengetahuinya, anda harus ke Aula di lantai bawah. Jika anda salah menempatkan orang yang salah, anda akan dinyatakan gagal dan mati.

Kenapa semuanya semakin rumit. Mungkin ini kesempatan terakhirku.

Muncul kalimat baru lagi.

Sebelum mulai, anda boleh bertanya.

"Apa aku akan benar-benar mati?"

Anda sungguh tidak akan hidup lagi jika kau melepas gas masker mu hingga angka pada jam tangamu berubah ke angka nol.

Baiklah, selama aku tidak membukanya itu akan baik-baik saja.

"Apa temanku yang berada di dunia nyata bisa masuk ke babak ini?"

Layar itu menjawab.

Tidak. Hanya satu orang yang dapat melakukannya. Web ini akan diblock kembali.

Oke, berarti hanya aku disini.

"Apakah peserta yang sebelumnya mati di babak pertama masih hidup?"

Mereka semua masih hidup tapi semua itu tergantung pada anda. Terdapat 21 peserta. Jika anda mati sebelum menolong siapapun maka semua peserta yang berada di dalam babak ini akan mati bersama dengan kematian anda.

Kano masih hidup! Itu berarti 21 mayat yang belum ditemukan masih hidup.

"Berarti misalnya jika sebelum mati aku telah menyelamatkan satu peserta. Itu bagaimana?

Anda akan tetap mati. Peserta yang anda selamatkan akan tetap hidup dan melanjutkan untuk menyelamatkan peserta lain tapi anda akan tetap mati. Maka dari itu anda harus berhati-hati.

"Bagaimana aku bisa menyelamatkan 21 peserta itu?"

Layar itu tidak menunjukkan kalimat apapun. Itu berarti layar ini tidak mau memberitahukan caranya. Oke baiklah kalau begitu. Aku harus menemukan caranya sendiri kalau begitu.

"Cukup. Terimakasih atas segalanya."

Tahap pertama aka dimulai ketika anda keluar dari lab ini. Pada saat itu anda tahap pertama dimulai.

Layar itu menghilang. Aku menyalakan computer yang tengah mati. Aku membuka internet tapi tidak ada sinyal.

Aku berjalan keluar lab komputer dan itu berarti tahap pembukaan dimulai. Aku menyusuri kalasku terlebih dahulu dan tidak ada seorangpun disana hanya tas pasa murid yang tergantung di samping meja masing-masing. Aku memeriksa tasku apa ada petunjuk atau tidak. Aku mengambil ponselku dan ternyata masih hidup tapi sinyal tidak ada. Karena ada yang aneh aku membawa ponselku bersamaku. Kelas 2-5 yang berada di sebelah kelasku, 2-4, kuperiksa. Ada seorang gadis yang duduk di depan sendirian. Apa dia yang dimaksud?

Aku menyentuh pundaknya dan betapa kagetnya aku. Lengannya putus dari tubuhnya. Setelah kuperhatikan baik-baik ternyata tangan itu hanya boneka manekin. Tapi boneka manekin itu perlahan-lahan boneka manekin itu menggerakan lehernya hingga menatapku. Tidak, boneka itu tidak memiliki mata, hidung dan mulut tapi entah kenapa aku tahu dia melihatku.

Langkah demi langkah aku lakukan untuk menjauhi boneka manekin itu yang bergerak ke arahku dengan langkah kecil. Ini tidak beres. Biasanya aku berani tapi entah kenapa semenjak kejadian hantu di edung tua itu aku mulai berpikir negative. Semua hal menjadi menakutkan. Lupakan! Ini tidak harus ditakuti. Seharusnya yang aku takuti adalah Tuhan bukan mahluk seperti ini.

Dengan kepercayaan diri yang mulai muncul, aku melayangka kursi yang ku pegang ke boneka menekin itu. Tubuh mereka menjadi beberapa bagian dan bergerak layaknya cacing yang sedang kepanasan. Mereka sangat rapuh dan mudah untuk dihancurkan. Dalam sekali pukul mungkin boneka manekin itu akan hancur.

Lantai dua sudah kuperiksa dan tidak ada manusia yang masih hidup disina dan hanya beberapa manekin yang telah kuhabisi . aku berlanjut ke lantai tiga. Aku menuju ke semua kelas tapi tidak ada juga. Keringatku mulai berkucur tak karuan, sebenarnya dimana manusia yang masih hidup itu.

Terdapat sapu di ruang guru jadi sebelum ke kantin aku mengambil sapu disana. Jumlah manekin di kantin lumayan banyak, kira-kira 20 manekin. Ini membuatku harus hati-hati.

Langkahku kubuat sedemikian rupa agar mereka tak menyadari kehadiranku tapi salah satu dari manekin itu melihatku membuat manekin lain melihatku juga. Aku menebas leher manekin itu satu-persatu hingga tubuh mereka terpecah sehingga mereka tidak akan bergerak. Aku terus mengayunkan sapuku ke mereka dengan mudah.

"Bagaimana aku bisa menemukannya?" gumamku.

Aku pergi ke lapangan. Langit gelap dan udara yang dingin membuatku lari ke tengah lapangan. Mungkin dari jarak pandang yang jauh aku dapat menemukannya. Apa ada diluar sekolah ini?

Aku berjalan keluar gerbang sekolah tapi ada sesuatu seperti penghalang.

"Apa ini harus kubuka seperti di babak pertama?"

Tapi tak terdapat sesuatu yang membuatku harus membuka penghalan ini. Dan itu berarti hanya ruang lingkup sekolah ini yang dijadikan tahap pembukaan.

Langkahku berlanjut ke ruang UKS. Ada yang tidur di atas kasur. Sapuku telah siap ditempat untuk menyerang. Dia bangkit dari tidurnya dan melihatku yang sedari tadi berdiri membelakanginya. Dia memakai gas masker sepertiku. Walaupun wajahnya tertutupi oleh gas masker aku sudah tahu bahwa wajah itu hanya dimiliki oleh satu orang dan hanya dia yang memilikinya.

"Kano?"

Life GameWhere stories live. Discover now