Chapter 29 : Mahari Yusa

923 83 18
                                    

Langkahku berlanjut ke ruang UKS. Ada yang tidur di atas kasur. Sapuku telah siap ditempat untuk menyerang. Dia bangkit dari tidurnya dan melihatku yang sedari tadi berdiri membelakanginya. Dia memakai gas masker sepertiku. Walaupun wajahnya tertutupi oleh gas masker aku sudah tahu bahwa wajah itu hanya dimiliki oleh satu orang dan hanya dia yang memilikinya.

"Kano?"

"Mahari Yusa?" Kano bangkit dari tidurnya dan memelukku. "Aku bersyukur kau selamat."

Ada yang aneh dari kalimatnya tapi aku memendam rasa aneh itu dengan bahagia.

Aku membalas pelukannya. "Aku sangat merindukanmu."

Kano melepas pelukannya. Dia melihatku dengan senyum lebar layaknya bayi. "Kau tambah cantik."

Seketika wajahku memerah, "Itu tidak benar. Aku sama saja."

"Sebaiknya kita ke aula segera." Banyak hal yang ingin kuceritakan tapi bukan saatnya.

Banyak manekin yang tiba-tiba muncul di hadapan kami. Tidak banyak juga tapi aku yakin kami dapat menyelesaikannya. Setelah beberapa mereka telah hancur, ada lagi manekin yang datang tapi kami bisa hadapi.

"Kapan manekin ini semua berhenti menyerang! Ini seakan hanya kami yang.." Aku menghentikan perkataanku.

"Ada apa Yusa?"

Dari pemberitahuan sebelumnya, aku harus mencari tahu siapa manusia satu-satunya yang berada di tahap pembuka ini. Tapi kenapa terdapat kami berdua? Seharusnya ada satu!

Dari awal aku merasa aneh dengan nada bicaranya yang sangat kelewat girang. Kano yang menyelamatkanku dari babak awal dan reaksi seharusnya ketika dia melihatku adalah marah-marah. Dan, Kano tidak pernah tersenyum seperti bayi dan memuji sesuatu secara blak-blakan. Jadi---

"--- siapa kau?"

Pemberitahuan itu hanya menyuruhku untuk tahu bukan untuk mencari. Itu sudah pasti bahwa hanya aku manusia satu-satunya di tahap pembukaan ini.

"Aku Kano."

Aku mengarahkan sapuku pada lehernya yang ujungnya terdapat paku. "Jangan membuatku seakan orang bodoh kawan. Kau salah memilih bentuk."

"Yusa, ini aku Kano." Dia berusaha meyakinkanku.

"Jangan membodohiku. Kita pernah mengobrol sekali, apa kau ingat? Suara yang tidak dapat aku bedakan!"

Dia tersenyum dan disusul oleh ketawa yang sangat menyeramkan. "Kau sungguh menarik. Kau pantas di urutan kedua setelah­nya. Bagaimana mana kau tahu aku bukan Kano? Padahal aku sudah menirunya dengan sangat baik."

"Kau membuat banyak kesalahan. Tapi kesalahan terfatal adalah kau menyebutkan nama lengkapku dan kau lupa pada saat itu kau telah berubah menjadi Kano dan hanya kau yang selalu menyebut nama lengkapku atau setiap orang."

Aku ingat sekali ketika kami mengobrol di ruang hitam. Dia selalu menyebutku dengan nama lengkap dan itu sudah pasti ciri khasnya dalam menyebut nama seseorang. '

"Sebaiknya singkirkan ujung sapumu dari leherku. Itu berbahaya."

"Karena berbahaya, aku menyukainya."

Sapuku bergerak dengan sangat cepat dan menyentuh lehernya tapi tubuhnya yang menyerupai Kano itu bagaikan asap yang tak bisa disentuh. Dia menghilang.

"Usahamu tidak berguna samasekali. Sebaiknya kau simpan tenagamu itu." Dia muncul di belakangku. "Sepertinya aku sudah lebih cukup berada disini. Aku akan tetap mengawasi kalian." Dia menghilang lagi.

"Sialan!"

Aku menuju aula yang dimaksud dan berjalan mengendap-ngendap dari pantauan para boneka manekin. Kutendang kepala manekin yang berusaha menghalangiku dan menebas dengan sapu yang kupegang.

Life GameWhere stories live. Discover now