Chapter 1 : Kaito Kano

4.5K 224 12
                                    

Aku tidak bisa dibohongi, aku tidak akan percaya begitu saja, aku tidak akan tertipu lagi, aku akan menjadi diriku dan menolak apa yang kalian katakan. Aku hanya akan berdiri pada pendirianku. Kesendirian itu lebih baik.

"Kaito, saya sudah memperingatimu beberapa kali, jangan membuat onar. Ini sudah tahun kedua tapi kamu tetap saja tidak berubah. Orang tuamu tidak pernah mengajarimu sopan santun?"

"Ya, aku menjadi seperti ini karena orang tuaku." Jawabku malas.

"Maaf Kaito, sensei tidak bermaksud.."

"Sensei tidak perlu meminta maaf, ini memang kenyataannya. Jadi, ada yang perlu dibacarakan lagi? Aku mulai bosan disini." Walaupun aku berkata demikian, aku tetap keluar sebelum sensei mengeluarkan kata-katanya. Tidak peduli guru-guru menilaiku seperti apa, tetap saja jika aku berubahpun mereka akan menilaiku sama. Pandangan pertama tidak akan berubah.

Setiap melewati lorong sekolah, semua mata memandang ke arahku. Tatapan yang penuh rasa takut, dendam dan benci, tidak bisa dipungkiri, aku terganggu oleh itu semua. Mereka mengatakan aku ini adalah orang paling ditakuti dan harus dijauhi. Semenjak ada peringatan itu, semua orang menjauh. Itu sangat membuatku merasakan nyamannya udara dan dunia ketika orang-orang tidak berada disekitarku. Sendiri memang lebih baik.

Aku menaruh kedua tanganku pada saku celana dan tidak peduli orang-orang menatapku, hanya berjalan lurus menuju kelas dan tidak menghiraukan sekitar. Tidak ada yang berani mendekat lebih dari satu meter dari jangkauan pandangku.

Seseorang dengan kacamata besar dengan rambut pirang kusut, berani mendekat. Kepalanya ditundukkan, tidak berani melihat wajahku. Dia terlihat sedikit gelisah dan hanya diam tidak mengatakan apapun. Aku tidak mengerti apa yang dia lakukan, aku hanya melewatinya. Hanya mengganggu jalanku saja.

"Matte... Kaito." Suaranya sedikit bergetar.

Aku menoleh, "nani?"

"Aku lebih suka Kaito pada saat di sekolah menengah. Aku ingin kau kembali pada dirimu yang dulu."

Aku mendekatinya. Apa yang dia katakan membuatku ingin muntah. Apa dia tidak mengerti betapa bencinya aku kepada masa laluku senidiri? Dia mengatakan dia menyukai diriku yang dahulu? Berarti dia lebih menyukai aku menderita?

Memang diriku yang dulu sangat berbeda dengan sekarang. Dulu aku disukai banyak orang dengan sikapku yang ramah tapi karena itu aku mudah tertipu oleh muslihat mulut besar orang lain, dimanfaatkan seperti seorang pembantu. Dari semua kebodohanku di masa lalu, kejadian yang menimpa ibukulah yang paling menyakitkan. Aku tidak pernah tahu jika ayahku sangat membenci ibuku dan kejiwaan ayahku sudah terganggu.

Jika mengingat kembali, aku ingin sekali membakar semua memori yang aku alami selama ini. Aku tidak ingin mengingat kembali, aku ingin segera melupakan segalanya.

Aku menarik kerah bajunya dan mendorongnya ke tembok, "kau tidak mengerti apapun."

"Aku mengerti dirimu. Aku selalu memperhatikanmu selama dua tahun jadi aku mengerti dirimu."

"Mengerti diriku? Cih! Wanita jalang seperti dirimu pantas masuk ke neraka. Jangan berlagak tahu segalanya, kau tidak pernah berada di posisi yang sama denganku." 

Aku sudah siap untuk memukulnya.

"jangan karena kau perempuan, aku takut berbuat kasar." Aku melepaskan cengkramanku dan pergi meninggalkannya. Tadi aku bisa merasakan dirinya bergemetar sebelum aku berasiap melayangkan tinjuku.


*******


Berita orang hilang terus mencuak baru-baru ini dan selalu saja menjadi topik pembicaraan semua orang. Banyak anak seumuranku menghilang begitu saja, tidak ada jejak sedikitpun. Dari semua berita-berita yang aku dengar, anak-anak yang hilang memiliki latar belakang menyakitkan, memiliki masalah di sekolah, dan pemberontak. Mereka semua tidak jauh berbeda denganku.

Life GameDove le storie prendono vita. Scoprilo ora