Chapter 13 : Kaito Kano

1.1K 96 9
                                    

Di setiap ruangan tidak ada pemandangan bagus yang bisa dilihat. Kamarnya sangat berantakan, pakaiannya tidak diataur dalam lemari melainkan hanya dibiarkan di lantai. Ruang makan hanya terdapat nampan, seperti tidak pernah digunakan. Keadaan dapur bisa dibilang menghawatirkan. Banyak tumpukan piring yang dibiarkan begitu saja dalam keadaan kotor. Ruang tamu juga banyak sekali pakaian yang tergelak. Bahkan aku mendapati bra berada di sofa dengan tenang. Ketika aku melihatnya, Joshi dengan panik langsung membereskannya. Dia menyembunyikannya di balik badannya tapi aku sudah terlanjur meihat. Berwarna hitam dan ukurannya, hmmm aku kurang tahu. Aku tidak terlalu ahli dalam menebak ukuran tapi tadi lumayan besar.

Di kebun, aku melihat banyak sekali tanaman yang layu tapi sebagian juga masih ada yang tumbuh subur. Kata Joshi tempat ini jarang dia urus karena biasanya Amira yang melakukan semua pekerjaan rumah. Joshi hanya melihat tanpa membantu. Jadi ketika Amira sudah tiada, semua menjadi terbengkalai. Semua pekerjaan rumah tidak ada yang mengisi, hanya dibiarkan kosong. Aku sedikit membantu dalam membersihkannya, dari mencuci puring dan membereskan semua pakaian miliknya kecuali ya...itu. Sangat tidak sopan jika aku memungutnya. Memang aku tidak terbiasa dengan ini juga tapi itu dulu. Semenjak pembagian tugas yang diberikan oleh Yusa aku sedikit bisa melakukan peekerjaan rumah. Walaupun tidak selihai Yusa. Joshi meceritakan jika dia senang tidak ada yang berpasangan dengannya dalam hal teman seatap. Dia memang mendapat kesempatan tinggal sendiri karena jumlah kami ganjil. Baginya berdiri dengan sebuah peraturan sangatlah tidak bebas. Aku juga sependapat dengan opininya tapi aku telah menerima sebagian peraturan tersebut. Tidak buruk juga mengikuti sebuah perintah yang telah ditetapkan.

Aku memgambil berbagai sayuran dan buah-buahan yang masih segar. Ketika sibuk dengan aktivitasku, Joshi sibuk berada di kamar. Sudah sekitar 4 jam dia tidak keluar dan aku bisa mendengar suara gaduh dari dalam kamarnya dan aku bertanya apakah dia baik-baik saja dan dia mengatakan dia baik-baik saja. Jadi aku meninggalkannya dan kemari untuk mengambil sayuran. Memang ini tujuanku dari awal. Joshi keluar dari balik pintu. Ketika aku menyadarinya dia tampak sedikit berbeda. Wajahnya dihias oleh bebeagai make-up, penampilannya sedikit terlihat manis. Jarinya saling bermainan nampak ragu untuk mendekatiku. Karena ada yang aneh, aku mendekat ke arahnya dengan sekeranjang penuh sauran dan buah-buahan. Dia tetap berdiri dan nampak malu.

"Bagaimana menurutmu?" Aku hanya memiringkan kepala, tidak mengerti. "Penampilanku."

"Berbeda tapi mengarah yang lebih positif."

"Kau mengatakan itu tapi wajahmu mengatakan 'tak peduli'."

"Aku tidak terlalu suka membuat ekspresi berlebihan." Jawabku tenang.

Wajahnya ditekuk, tidak suka dengan pendapatku. Bagiku itu perkataan yang tidak salah dan tidak benar. "Ketika bersama Mahari, ekspresi wajahmu berbeda."

"Apakah begitu? Mungkin hanya reflex." Aku tidak menyadarinya.

Dia masuk dan duduk di ruang tamu. Aku membututinya dan melakukan hal yang sama. Aku duduk di seberang dan dia tidak peduli lagi dengan pembicaraan tentang penampilan. Dia menghapus semua make-up dengan tisu dan melepas kepangannya sehingga rambut coklatnya tergerai. Kami mengganti topik dengan pembicaraan yang lebih serius. Ini mengenai hal tentang jalan kerja Life Game. Aku bertanya dengan hati-hati apa yang Joshi-dan ketahui tentang game ini tanpa memberi tahu apa yang telah kutahui. Wajahnya tidak menunjukkan dia tahu tentang game kematian ini sehingga aku memberi tahu semua yang kutahu. Dia berhak tahu agar bisa menjaga dirinya sendiri.

"Gurume berbahaya? Wajah polosnya sangat menipu."

"Tapi ketika dia tersenyum, itu sangat menyeramkan." Timpalku.

Mungkin masih banyak lagi yang tidak beres dengan permainan ini. Para pemain pasti ada yang bermain jujur dan pasti ada yang bermain curang. Bagi para peserta, kecurangan tidak masuk dalam ketegori karena memungkinkan semua pelanggaran akan dijatuhi hukuman mati. Jika berpikir tentang kejujuran, itu juga sangat tidak masuk akal. Kita berusaha membuat peserta lain masuk dalam perangkap dengan mengelabui mereka. Jadi dari awal peserta tidak bermaksud untuk bermain bersih. Kesalahan memang dari awal terjadi. Peserta tidak mungkin bisa lolos dari kecurangan tapi pusat kerja game ini dapat mengontrol diri mereka agar terhindar dari hukuman. Karena game ini yang memberi hukuman. Tidak mungkin mereka menghukum mati diri mereka sendiri.


Joshi menyediakan teh hijau agar pembicaraan menjadi rilex. Kami samling bertukar pikiran agar menemukan jalan keluar menuju kemenangan. Aku mengusulkan jangan terlalu gegabah mengambil keputusan, sebaiknya memikirkan dengan matang-matang sehingga kita dapat meluncurkan serangan dengan sempurna. Jika gagal, kita masih memiliki rencana cadangan. Kami saling berpikir dan hanya bisa menarik napas panjang. Tidak ada yang bisa dilakukan sebelum semuanya terlihat jelas benar terjadi.

Aku menekan menu bar. Konsol sudah kupegang di tangan, menekan nama Mahari Yusa yang tertera. Lawan Yusa bukan seorang semut, tapi dia seorang singa yang patut dicurigai keberadaannya.

*Kaito Kano

Kau sudah di sana?

Beberapa detik kemudian Yusa membalas.

*Mahari Yusa

Sudah. Dia sedang bermain denganku.

*Kaito Kano

Apa maksudmu?

*Mahari Yusa

Maksudnya, Mahari-chan sedang bermain denganku. Aku tidak tahu kalian saling peduli walaupun di mana kalian berada sekarang. Semakin jauh  semakin membuat rindu. Benar tidak apa yang kukatakan?Hahahah

*Kaito Kano

Gurume? Bagaimana kau bisa mendapat konsol milik Yusa?

*Mahari Yusa

Dengan cara paksa. Aku suka sekali memaksa seorang gadis cantik. Tenang... sebenarnya aku sedang main petak umpat. Dia tidak mau  kembali 'pulang' sebelum mendapat konsolnya kembali. Jadi aku tidak perlu mencarinya kerena dia akan datang sendiri ke dalam pelukanku. Ouh ya...Sepertinya otakmu patut dimusnahkan.

Aku membeku. Sudah kuduga kejadian ini akan terjadi. Yusa tidak mungkin sanggup menghadapi Gurume sendiri yang merupakan 'unsur' dari game ini. Banyak hal yang mungkin akan dilakukannya mengingat dia bisa mebunuh 3 orang sekaligus. Aku tidak tahu bagaimana cara kerjanya tapi pasti itu sangat tidak mudah.

          Sebuah tanda bintang merah muncul di layar barku. Undangan dari Gurume.

          "Ada apa Kaito? Kau terlihat pucat."

          "Maaf Joshi aku harus pergi sekarang." Sambil menekan accept.

Life GameWhere stories live. Discover now