Chapter 31 : Kentarou Kidou

899 82 8
                                    

Waktu sudah kian berlalu dan masih banyak hal yang tak perlu ditakuti lagi. Dunia mulai kembali normal atau bisa dibilang kehidupanku menjadi normal.

Kulahap hamburger yang berada di tanganku dan begitu pula dengan Takuma yang menghabiskan hamburgernya hanya membutuhan beberapa dekit.

Setelah pulang sekolah aku langsung ke rumah Mahari karena Joshi mengatakan bahwa Mahari tidak mengangkat panggilannya. Di tengah jalan, aku tidak sengaja bertemu Takuma yang juga bertujuan sama denganku. tapi sebelum kami ke rumah Mahari kami memutuskan untuk membeli hamburger untuk mengisi perut kami.

Joshi berdiri di samping kedua orang tua tiri Mahari dengan wajah ditekuk sambil sibuk dengan ponselnya. Dia terus mendengus kesal dengan ponselnya. Dia mengangkat wajahnya setelah mengetahui keberadaan kami.

"Kalian dari mana saja? Aku sudah menunggu kalian!" Dia menggunakan nada tinggi.

"Kami hanya telat sebentar. Ada apa?"

"Yusa belum juga pulang. Apa kalian tidak tahu dimana dia?" nada suara ibu tiri Yusa khawatir.

"Mungkin saja Mahari sedang ada urusan." Ujarku menenangkan.

"Pendapatmu tidak berguna." Joshi melirikku tajam. "Tadi temanku datang membawa tasnya padaku. Katanya Mahari tidak ada di sekolah sejak pelajaran kedua. Aku cukup yakin dia kabur."

Mahari memang sering bolos dalam pelajaran tapi hanya sampai satu pelajaran saja dan setelah itu dia akan datang kembali ke kelas. Dia tidak pernah bolos hingga jam pelajaran selesai dan bahkan dia pergi tanpa memberitahu siapapun.

"Coba Tanya temanmu Joshi."

"Temanku tidak sekelas dengan Mahari jadi dia hanya mendengar kabar ini dari gosip yang beredar. Tapi dia juga sedang berusaha membantu." Joshi menujukkan ponselnya dan ponsel milik Mahari. "Lihat, ada yang aneh. Padahal aku menelponnya tapi operator selalu mengatakan..."

"nomer yang anda hubungi sedang diluar jangkauan." Suara operator dari ponsel Joshi.

Cukup aneh. padahal ponsel Mahari berada di tangan Joshi tapi kenapa operator mengatakan di luar jangkauan. Aku tidak mengerti ini. Akupun mencoba dengan ponselku tapi tetap saja operator mengatakan hal yang sama. Tapi ketika ponsel Mahari menelpon Joshi, dapat tersambung. Jadi itu berarti tidak ada satupun panggilan yang dapat masuk ke dalam ponsel Mahari.

Tiba-tiba saja ponsel Joshi borgetar. Dia nampak serius melihat pesan dari sedang ia baca.

"Sebaiknaya kita pergi sekarang." Joshi nampak sangat terburu-buru. "Paman, bibi, kami pergi dulu."

"Jika ada kabar tentang Yusa, tolong beritahu kami."

Joshi mengangguk sambil menarikku dan Takuma pergi.

"Hei ada apa?" Takuma berlari mengikuti langkah Joshi.

"Kita harus ke sekolah Mahari. Temanku mengirim pesan, katanya penjaga sekolah tidak melihat Mahari keluar dari jangkauan sekolah."

"Dia itu pandai memanjat jadi mungkin saja dia kabur dengan memanjat pagar belakang sekolah." Ucapku.

"Coba kita cek dahulu."

Saat kami tiba di sekolah Yusa, langit sudah gelap dan kami harus mengendap masuk ketika penjaga sedang pergi mengawas ke dalam sekolah. Kesempatan, kami langsung masuk dan kebelakang sekolah. Joshi menyalahkan senter kecil yang selalu dia bawa di gantungan ponselnya. Ternyata benda aneh itu berguna disaat seperti ini.

Takuma dan akupun menyalahkan sinar ponsel dan melakukan hal sama dengan Joshi.

"Sebenarnya apa yang kita lakukan?" Tanya Takuma tidak mengerti.

Life GameWhere stories live. Discover now