Chapter 43 : Mahari Yusa

962 65 40
                                    

Ini situasi yang sulit. Aku tidak bisa berpikir jernih tentang kemungkinan adanya peraturan yang baru. Semua ini seakan-akan mempersulit jalanku.

"Bagaimana? Aku bisa melihat kau menegang."

"Tutup mulutmu."

"Dalam situasi seperti ini kau masih bisa kurang ajar. Apa kau tidak tahu situasi yang saat ini kau alami? Apa kau tidak bisa membaca situasi, hah?!"

Aku sedikit menyesal karena peserta yang kuhidupkan kembali adalah peserta yang kubunuh. Tentu saja dia menyimpan rasa dendam untukku. Sangat merepotkan sekali. Program yang menjadi musuh dan sekarang peserta yang menjadi musuh.

"Hei, aku datang untuk menyelamatkanmu dan yang lain."

Korune masih menempelkan ujung pistolnya pada kepalaku. "Kebohongan mutlak."

"Ya, aku memang berbohong. Untuk apa aku datang untuk menyelamatkanmu." Jawabku jujur. "Dan aku secara tidak sengaja menyelamatkanmu. Bukankah itu sungguh menyebalkan?"

Korune tertawa lepas. "Ya! Ini adalah keberuntunganku. Keberuntungan untuk memiliki kesempatan untuk membunuhmu."

Ini bagus. Karena Korune bermain di Life Game babak 1, dia belum tahu lebih lanjut tentang kedekatanku dengan Kano. Mungkin dia hanya berpikir kami hanya membuat aliansi sesaat jadi mungkin dia berpikir aku dan Kano hanya teman sesaat.

Tapi kemudian suara tembakanpun berkumandang. Aku bisa berasakan hangatnya darah di pipiku. Bukan, itu bukan darahku. Tapi itu darah Korune yang saat ini sudah jatuh ke jalanan beraspal dengan darah keluar dari bahunya.

Entah kenapa situasi menjadi mencekam. Tiba-tiba saja terdapat suara gerumuh dan suara halilintar. Sepertinya akan datang hujan dan benar saja, beberpaa detik kemudian hujan turun dengan begitu lebat dan dari apa yang kulihat sekarang adalah seperti sesuatu yang terlihat asing. Buram, mungkin karena penglihatanku terhalang oleh hujan yang lebat tapi mataku masih tidak bisa menangkap dengan jelas orang yang ada di ujung jalan sana. Tapi yang pasti dia sedang memegang pistol, kepalanya tertutup kain putih seperti yang terdapat di film Ringu dan Dor!, dia menembakan pelurunya yang mendarat tepat diujung jari-jariku.

Aku mengambil pistol dari tangan Korune dan menembakkan dengan asal ke arah orang itu. Suara tembakan beradu di udara dan karena hujan aku jadi sulit mengenainya.

Jalan satu-satunya adalah lari. Aku tidak bisa menemukan titik kelemahannya jadi ini adalah jalan terbaik untuk memikirkannya daripada aku mati disini dan belum tentu aku bisa hidup lagi.

Selagi memiliki kesempatan, aku mulai berlari tapi melihat Korune terbaring tidak berdaya –bukannya aku bersimpati atau peduli (untuk apa aku peduli dengan orang yang ingin membunhku)-, kuseret dirinya sambil membawa kotak yang kudapat tadi dan menembak ke arah orang itu walaupun sia-sia.

Ketika sampai di sebuah gang, aku menelantarkannya dan melihat orang itu yang masih bersembunyi dibalik tembok sebuah restoran. Sepertinya dia kehilangan jejak kami.

Kubukan kotakku dan ternyata ada ada pistol yang cukup besar –panjang-. Pelurunya terisi penuh dan di sana juga ada bentuk pinstol yang lebih kecil. Persediaan peluru juga mencukupi.

"Diam di sini. Giliranmu setalah orang brengsek itu." Kataku begitu kesal karena hujan menghalangi pandanganku. 0341362751 328370

"Untuk apa kau membawaku ke sini?! kita bukan teman!"

"Apa aku pernah menyinggung kata 'teman'? seingatku tidak. dan aku juga tidak menganggapmu teman. Untuk apa aku menganggap sampah sepertimu teman? Itu terlalu bagus."

Life GameWhere stories live. Discover now