Chapter 30 : Mahari Yusa

790 82 10
                                    

Mataku sangat sulit untuk dibuka dan kulitku seakan terbakar dibawa sinar matahari. Ketika aku mecoba membuka mataku, sinar matahari langsung menusuk menembus kaca gas maskerku dan aku baru menyadari aku memang sedang di bawah sinar matahari.

Rasa sakit yang kurasakan hanya untuk beberapa detik ketika aku melompat dari atap sekolah sungguh membuatku seakan dunia ini sungguh kejam. Jika seperti ini terus dewa kematian akan selalu bersamaku. Dimanapun dewa kematian akan selalu bersamaku karenahanya aku menjadi incaran satu-satunya disini.

Aku terduduk dan melihat jam tanganku, sudah jam 12.02 itu bearti sudah masuk ke dalam jam connection. Aku terduduk di pinggir lapangan yang sepi yang kemungkinan murid-murid sedang belajar di kelas.

Aku melihat bar milikku dan terdapat option baru yaitu, making question and answer. Aku menekan making question and answer. Setelah aku menekannya muncul sebuah keterangan.

Edisi Tanya jawab ini hanya berlaku untuk satu pertanyaan setiap anda dihidupkan kembali. Kami hanya menjawab pertanyaan yang diperbolehkan.

Jadi edisi Tanya jawab ini juga tidak akan membantu juga seperti Tanya jawab kemarin. Aku harus mencari tahu sendiri lagi.

"Kapan aku akan dihidupkan kembali?"

Layar bar itu menempatkan kalimat singkat yang cukup berguna.

Ketika jam warning telah selesai.

Setelah itu aku menu awal dan pilihan making question and answer menghilang. Hanya tertinggal important time (jam penting). Kali ini aku menekan satu option yang tertinggal dan berarti ketika sudah melewati jam 13.00 itu sudah masuk jam free. Free mungkin adalah waktu kebebasanku tapi apa yang akan terjadi pada saat ini, jam connection?

Koneksi? Apa mungkin koneksi... aku mencari ponsel yang sedari tadi aku bawa di kantong kemejaku yang terjatuh ketika aku meloncat dari atap sekolah tadi.

"Itu dia."

Poselku kira-kira berjarak 3 meter dari tempatku duduk sekarang. Aku cukup bersyukur bahwa ponselku tidak hancur karena guncangan yang diterima.

Ternyata benar. Sinyal di ponselku yang sebelumnya tidak ada sekarang terisi penuh. Aku menyadari ini karena sebelumnya sama sekali tidak ada sinyal yang kudapat. Jadi ini jam connection..... Ini juga waktu yang tidak berbahaya.

Tapi apa yang bisa kulakukan hanya dengan sinyal penuh ini jika orang-orang disini tidak dapat diajak komunikasi. Tidak ada pilihan samasekali.

"Mungkin ini bisa."

Aku menekan kontak Joshi tapi operator mengatakan...

"nomer yang anda hubungi diluar jangkauan."

Tidak berguna!

Tepat dibawah nama Joshi terdapat nama Kano. Hanya untuk mencoba-coba, aku menekan kontaknya. Tidak ada harapan apapun ketika menekan nomernya. Dan... diangkat! Tapi tidak ada suara disana. Ahhh.. aku lupa disini tidak ada yang bisa berbicara, bukan, hanya tidak bersuara. Aku mematikan panggilan dan mengirim pesan.

Apa kau Kaito Kano?

Jika tidak bisa mengeluarkan suara, dia tetap bisa bergerak, kan?

Ponselku bergetar.

Kau siapa? Apa kau juga tidak suka dengan hidupku?!

Ini bukan Kano yang telah berubah tapi ini sosok Kano yang sebelumnya yang tidak peduli dan kasar. Tapi aku cukup bersyukur aku bisa berhubungan dengan seseorang di dunia ini walaupun hanya dengan sepucuk pesan. Setidaknya aku masih dianggap ada.

Aku membalas pesannya.

Ingat namaku. Mahari Yusa. Aku akan menyelamatkanmu. Tunggu aku.. semua membutuhkan waktu. Semua akan baik-baik saja.

Ponselku bordering.

Apa kau sedang membual? Sangat tidak lucu.

Mungkin ini seperti bualan tapi aku akan membaut bualan ini menjadi kenyataan. Banyak hal yang tidak mungkin terjadi dan hal yang mungkin seperti ini pasti dapat terjadi.

Aku membalas.

Bualan ini akan menjadi kenyataan. 

Dia membalas

Sinting! Dan Mahari Yusa? Aku tidak mengenalmu! Jangan ganggu aku! Brengsek!

Aku tidak membalas pesannya. Ini cukup aneh karena di dunia sebelum kami menjalani Life Game, Kano sudah mengetahui namaku walaupun kami tidak dekat.

Aku segera bangkit dan menjuju rumah orang tau tiriku. Mereka sedang melayani pesanan dengan gerakan semestinya seperti semua orang disini dan tatapan mereka yang kosong. Aku ke lantai dua tempat kamarku dan betapa terkejutnya aku, disana hanyalah gudang. Kenapa ini? Aku dianggap tidak ada? Apa ini sebabnya Kano tidak mengetahui namaku?

Aku menuju ruang tamu yang seharusnya terdapat fotoku ketika bersama kedua orang tiriku ketika mereka pertama kali mengasuhku, tapi tetap tidak ada. Aku tidak ada di antara mereka yang sedang beridiri di foto tersebut. Seharusnya aku berada disana! Aku sengaja dihapus!

"Ini sangat menyebalkan." Kepalaku terasa sakit. "Bahkan semua orang yang sudah membuat kenangan bersamaku harus melupakan semuanya dan hanya aku yang dibiarkan meningatnya. Kejam!" aku menertawai diriku sendiri. Aku tahu ini hanyalah sebuah permainan tapi tetap saja ini sangat menggagu. Semua orang tidak menganggapku, tidak mengenaliku dan apa lagi?! Rasa sakit apalagi yang harus kuterima?!

Aku menarik kursi disebelah ibu tiriku yang sedang istirahat di ruang tamu dengan banyak keringat di dahinya. Walaupun ekspresinya datar seperti semua orang, aku tahu dia sedang lelah.

Kebetulan ponselnya sedang berada di meja, aku mengirim pesan padanya.

Jangan terlalu memaksakan diri. Istirahatlah yang cukup. Jaga diri baik-baik. Sarapan yang bergizi dan jangan bertengkar dengan Tn. Takegawa. Buatlah keluarga yang bahagia. Aku akan selalu mendukung kalian. Jaga diri baik-baik. Aku selalu menyayangi kalian.

Aku menagis ketika mengetik pesan ini. Rasanya aku telah mati dipikiran mereka.

Teirimakasih. Tapi kau siapa?

Aku membalas dengan mengusap air mataku.

Dari orang yang tidak pernah ada disini.

Tidak ada waktu untuk menangis disini. Ini semua hanya sebuah game dan semua orang yang berada disini palsu kecuali para peserta jadi tidak perlu untuk ditangisi.

s,fu�U�0�

Life GameΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα