Chapter 15 : Kaito Kano

1.1K 100 6
                                    

Semakin hari kedekatan kami sangat terasa. Aku merasa diriku hampir sepenuhnya berubah dan aku lebih banyak mengumbar senyum kepada Yusa –hanya kepada Yusa-. Begitupun dengan Yusa. Dia sering tertawa di depanku membuatku merasa sangat senang berada di dekatnya.

Belakangan ini kami sering sekali berkunjung ke tempat Joshi untuk membicarakan tentang Life Game. Joshi dibuat heran oleh tingkah laku kami yag terkadang mengungkap sisi perubahan tak karuan. Joshi hanya bisa mengangkat sebelah alisnya tidak percaya.

"Hei kawan, aku seperti tidak mengenal kalian." Sambil menggigit besar roti lapis buatan Yusa.

"Apa yang kau bicarakan?" mata Yusa menyipit.

"Lihat, kalian sungguh berbeda. Terkadang kalian mengumbar senyum satu sama lain dan aku merasakan hawa errrr..... perubahan luar biasa." sambil mengusap-usap lengannya.

          "Kau juga berubah."

          "Bukan itu maksudku bodoh! Kaito dan Mahari yang jarang sekali mengumbar senyum atau tawa sekarang telah berubah. Itu bukan soal diriku tapi tentang kalian. Jika kalian disatukan aku sedikit merasa merinding. Itu membuatku tertawa. Walaupun diri kalian tidak sepenuhnya berubah. Contoh, kalian tetap menunjukkan tatapan tidak peduli dan wajah tak bersalah. Tapi terkadang menunjukkan sisi yang benar-benar tidak dapat dipercaya. Hanya-kepada-satu-orang-dan-aku-hanya-menjadi-saksi-antara-kalian-berdua."

          "Aku bukan hantu." Yusa tidak peduli dengan ucapan Joshi.

          "Lihat Kaito, dia menunjukkan sifat dinginnya."

Aku hanya diam.

"Kalian sama saja." seru Joshi ketus.

          Semua hening dan hanya terdengar suara garpu dan pisau beradu di atas piring menghiasa ruangan. Kami bertiga bukan membuat aliansi melainkan menjalin hubungan pertemanan. Kami sering membuat strategi bersama untuk mengungkap kebenaran. Kami sudah melewati 5 tingkat tapi masih belum menemukan petunjuk yang tepat. Peserta lain sepertinya beum menyadari kedganjalan ini. Jika berita ini tersebar, secara otomatis program akan tahu bahwa rencana mereka telah tersebar.

          Semua peserta mendapat pesan bahwa pada level 13 akan ada sebuah hadiah baru. Ini tidak biasanya sebuah peringatan telah diluncurkan padahal level akan diadakan besok tepat pada matahari di puncak langit. Aku mengira ini akan menjadi level yang sulit.

Setelah menghadapi level 8 dan naik level hingga 12, hanya Gurume dan teman seatapnya yang tumbang, peserta tersisa 31 dan pada level ini mungkin saatnya kesulitan akan dirasakan mengingat angka 13 adalah angka pembawa sial. Aku merasakan hal buruk akan terjadi.

          Aku memandang punggung Yusa menjauh dan menghilang ditelan dinding. Dia kuat, pintar dan dapat menjaga dirinya tapi kenapa aku selalu saja ingin melindunginya. Setiap dia berjalan sendiri aku selalu ingin bersanding mengikuti langkah kaki jenjangnya sambil mengobrol sesuatu yang tidak penting, melihatnya tanpa dia sadari, ingin tahu leih jauh tentang masa lalunya dan selalu bersamanya. Ini membuatku sulit bernapas setiap kali mata kami bertemu tanpa disengaja ataupun disengaja. Apa Yusa juga merasakan hal yang sama?

          Yusa kembali duduk sambil memeluk kakinya dengan wajah penuh keringat. Ekspresinya sangat ketakutan bahkan bisa dikatakan aku tidak pernah melihat ekpresi barunya itu. Aku sedikit kecewa karena bukan aku orang pertama yang melihat ekspresinya itu melainkan Joshi. Joshi mengetahuinya lebih awal.

          "Ada apa Yusa?" Tanya Joshi heran.

          "Tadi aku melihat kelabang berkeliaran di dapur. Binatang menjijikan itu naik ke kakiku dan aku hanya bisa mematung. Untung saja dia sudah pergi."

Life GameDove le storie prendono vita. Scoprilo ora