29. Angin

2.2K 205 38
                                    

I will help you through

I will dry your eyes

I will fight your fight

'Cause I will stand by you

☘️☘️☘️

.

.

Angin dari arah sungai Nil membelai wajah dan rambut mereka. Yasmina menyandarkan kepala pada bahu Kukuh. Ia senang mendapati bahu dan lengan itu telah jauh lebih berisi dari saat pertama ia peluk. Kukuh menumpahkan rasa sayang dengan beberapa kecupan di dahi, pipi, dan bibir gadis itu. Kalau sudah begitu, perpisahan yang akan terjadi tak lama lagi terasa sangat berat.

"Kuh, coba kamu nggak usah pulang," rajuk Yasmina.

Kukuh tertawa kecil, lalu menghela napas berat. Andai aku bisa begitu, Yas.

"Beratkah urusan di sana?" tanya Yasmina sambil menelisik manik mata Kukuh dan menemukan kemuraman.

"Ya, masih ada beberapa tanggung jawab yang harus kuselesaikan. Salah satunya adalah Madava."

"Bukannya setelah Phoenix terjual kamu bebas?"

"Andai bisa begitu," jawab Kukuh dengan nada sendu. "Penjualan Phoenix sih akhirnya lancar jaya tanpa demo. Tapi penjualan Madava seret banget."

"Aku sempat nonton sewaktu masalah itu dibahas di tajuk berita."

"Ya, tapi masih positif kok tanggapan media, nggak seperti waktu Andreans."

Yasmina merenggangkan pelukan untuk melihat wajah Kukuh dengan teliti. "Kuh, sebenarnya apa yang kamu hadapi?"

Andai aku bisa cerita ke kamu, Yas, batin Kukuh. "Aku juga nggak tahu. Tapi kayaknya urusan menjual Madava ini akan memanjang."

Yasmina menelan ludah. "Karena kakekku?" tanya Yasmina lirih. Ia beringsut turun dari pangkuan Kukuh. Seberkas rasa khawatir menyusup perlahan ke hati. "Aku nggak akan membiarkan itu."

Justru aku nggak ingin kamu terlibat, Yas, keluh hati Kukuh. "Enggak. Kalau kakekmu, aku nggak khawatir. Ini tentang kasus kematian keluargaku."

Tiba-tiba Yasmina teringat peristiwa kecelakaan ibunya dua puluh tahun yang lalu. Ia ingat benar, sejak kejadian itu ayahnya menyingkir ke Kairo membawa serta keempat anak dan istri yang mengalami kerusakan otak berat. Walau saat itu ia masih kecil, ia sudah mengerti bahwa ayahnya menyalahkan sang kakek sebagai penyebab tidak langsung atas kecelakaan yang menimpa Early, ibunya.

"Apa kakekku terkait dengan peristiwa itu?" tanyanya lirih.

Kukuh berusaha tertawa untuk meredakan kecemasan kekasihnya. "Kamu kok jahat banget, sih? Kakek sendiri dituduh begitu?"

Yasmina terdiam.

"Sudah, ah. Yang sudah pergi nggak akan kembali. Aku akan mengikhlaskannya saja," lanjut Kukuh untuk memperkuat penghiburannya. "Coba buka WA. Aku kirim lagu untuk album Next! yang baru. Apa pendapatmu?"

Yasmina menurut. Ia memutar lagu itu.

"Aku tulis itu khusus buat kamu, Yas," ujar Kukuh syahdu.

Yasmina tidak berkata-kata, seketika lupa pada pembicaraan rumit baru saja. Hatinya berbunga. Sebuah kecupan singkat di pipi Kukuh ia hadiahkan sebagai ucapan terima kasih.

☆☆☆

Malam itu, Kukuh menemui Andre dan Nasrun tanpa sepengetahuan David, apa lagi Beno. Sobatnya itu mengunjungi klub penari perut bersama Rosa. Ia sudah pernah menonton pertunjukan serupa dan beralasan merasa lelah sehingga mau istirahat saja di hotel. Tidak ada yang menghalangi penderita SCI yang baru saja pulih dari trauma untuk beristirahat cukup, bukan? Kadang-kadang menjadi pengguna kursi roda itu ada gunanya juga.

YasminaWhere stories live. Discover now