27. Bahagia

2K 211 104
                                    

"Acap kali, tragedi menyimpan keindahan yang jauh lebih berarti."

🌈🌹❤️🌹🌈

Bahagia itu memang sederhana, tidak membutuhkan banyak modal atau upaya keras seperti membangun pabrik atau mengerjakan proposal disertasi. Cukuplah dengan menerima apa yang terjadi, bahagia akan ditemukan di dalam hati. Begitulah yang dihayati Yasmina ketika tugas tak masuk akal membawanya ke Yogyakarta, untuk akhirnya menemukan sebuah hati yang kepadanya ia mencurahkan segenap kasih sayang.

"Yas, kamu di mana?" panggil Kukuh siang itu melalui telepon, lembut seperti biasa.

"Di rumah," jawab Yasmina. Mereka sering berkomunikasi dengan telepon, bahkan sehari bisa berjam-jam. Namun, Yasmina belum bosan mendengar suara lembut Kukuh.

"Nggak ke kampus?"

"Baru aja datang. Kenapa? Udah kangen, Kuh?" Yasmina terkikik renyah.

"Kangen banget! Tolong bukain pintu."

"Ih? Pintu apa? Pintu hatiku, Kuh?" tanyanya sambil meringis.

Kukuh tergelak. "Pintu rumah. Aku di depan rumahmu."

Bagai tersengat listrik, Yasmina memekik, "Kamu ... kamu di Kairo?"

"Memangnya di mana lagi? Rumahmu bukannya masih di Kairo?"

"Astagaaaa!"

Yasmina melesat ke depan dan terbelalak mendapati sosok lelaki yang duduk di kursi roda itu. Ia ditemani David, Rosa, dan asistennya, Beno. Rupanya Beno turut diajak untuk berjaga bila Kukuh membutuhkan bantuan. Perjalanan panjang dengan pesawat terbang tidak mudah bagi pengguna kursi roda.

Ah, ya! Bahagia itu juga berupa menemukan yang kaucinta tiba-tiba hadir di depan pintu rumah setelah bersusah payah menempuh perjalanan lima belas jam. Cepat-cepat dipeluknya lelaki itu dengan rindu yang membuncah.

Kukuh membalas dengan sama rindunya. Dielusnya lembut punggung Yasmina. "Yaaaas?" bisiknya.

"Hmmm?"

"Ada yang kelupaan enggak aku bawa."

"Apa?"

"Masa lalu," sahut Kukuh sembari tersenyum lebar.

Yasmina kontan terbayang masa-masa ketika berjuang untuk bertemu Kukuh. Betapa berat beban mereka saat itu. Sungguh ajaib, orang itu saat ini berada dalam pelukan. Kukuh benar, masa lalu biarlah tetap di belakang. Masa depanlah yang harus mereka songsong dengan segenap pengharapan.

"Sama. Aku udah lupa dengan masa lalu."

Keduanya melekat, sejenak menyesap aroma masing-masing. Biarlah tiga orang yang lain tahu diri, membuang muka ke arah lain agar tak perlu iri. Kukuh mengecup bibir Yasmina ringan sebelum melepas pelukan.

"Mana barang-barangmu?" tanya Yasmina.

"Aku dan David menginap di hotel."

"Kenapa nggak di sini aja?"

"Belum pantas, ah."

"Tapi aku ngantuk sekali, Bang. Boleh pinjam kamar buat tidur? Nanti malam baru kembali ke hotel," usul David.

"Nah, gitu, dong!" ujar Rosa. "Kita makan dulu, yuk?"

Rumah Yasmina dibangun sangat artistik dengan banyak perbedaan tinggi lantai. Bagi orang kebanyakan, perbedaan tinggi lantai itu menciptakan nilai seni. Bagi Kukuh, semua itu menjadi hambatan. Kursi rodanya beberapa kali terhalang tangga. David dan Beno akhirnya bergantian menggendong Kukuh untuk mencapai ruang keluarga. Perjalanan penuh perjuangan itu berakhir di sofa besar yang empuk.

YasminaWhere stories live. Discover now