- 20 -

83 13 0
                                    

"Udah dong! capek!" teriak Jovian, masih mengatur nafasnya yang terengas-engas, karena lari-larian dengan Thania di halaman belakang yang cukup luas itu. "Gue bercanda! udah ah! capek!" lanjutnya.

Thania masih kesal dengan Jovian karena mengaku-ngaku sebagai pacarnya, apa lagi di depan orang tuanya. "Lo ngeselin banget sih! nanti nyokap gue nuduhnya yang aneh-aneh deh pasti!" ucap Thania, duduk di lantai, meregangkan kakinya.

"Bercanda!" balas Jovian, yang ikut duduk di depan Thania. "Goblok lo. Lagi sakit malah lari-larian. Gue yakin, nanti malem badan lo makin panas."

"Apaan sih?! gak bakal panas." bantah Thania. "Sok perhatian lo, gak cocok!" bentaknya.

"Bodo amat."

Jovian berdiri dari lantai, "Tangga dimana?" tanya Jovian kepada Thania. Perempuan itu menunjuk tangga yang tergeletak di dekat pohon yang menjulang tinggi. Lelaki itu segera mengambil tangga yang di maksud, dan berjalan ke tempat dimana tadi ia manjat. "Pegangin ya, gue yang naik." ujar Jovian.

Thania pun memegang tangga itu, dan Jovian naik secara perlahan. "Ada gak?" teriak Thania dari bawah. Jovian tidak menanggapi pertanyaan Thania, ia hanya serius mencari kunci motornya yang hilang. "Lo gak jawab, gue gak pegangin nih tangganya!" ancam Thania.

"Belom nemu! Awas lo ya, kalo sampe di lepas!" teriak Jovian dari atas. Setelah mencari-cari selama 5 menit, akhirnya Jovian menemukan apa yang ia cari, terselip di tanaman rambat, "Udah nemu!" teriak Jovian, yang segera turun secara perlahan.

Sudah malam, nyamuk semakin banyak, Thania melepaskan kedua tangannya dari tangga, dan sibuk bertempur dengan nyamuk. Ia melihat samar lelaki itu turun secara perlahan, satu demi satu, hingga akhirnya,

DUK!

Jovian jatuh, tubuhnya jatuh dengan keras di halaman yang di penuhin rumput, walaupun rumputnya empuk, tapi, ia jatuh dari ketinggian 10 meter, membuat tubuhnya lemas tak berdaya.

Thania tersentak kaget, ia segera membantu mengangkat tangga itu dari atas tubuh Jovian, dan membantu Jovian untuk duduk. "Eh! lo gak apa-apa kan?!!" tanya Thania, wajahnya terlihat panik.

Jovian men-toyor kepala Thania, "Goblok!" umpatnya, kerut wajah Jovian terlihat kesal dengan perempuan itu.

Thania menundukan kepalanya, ia merasa kalau ini salahnya. "Ya...maaf!" ucap Thania, yang tidak berani mendengakkan kepalanya untuk menatap wajah Jovian yang sedang marah itu.

Jovian menghela nafas beratnya, lalu berdiri dengan tubuh yang kesakitan. Ia meninggalkan Thania, dan kembali ke rumahnya, tanpa ada salam pamit.

***

Thania membaringkan tubuhnya di atas kasur. Jam sudah menunjukan pukul 21.30 pm, tapi perempuan itu sulit untuk menutup matanya, apa lagi sejak kejadian tadi. Walaupun kepalanya pusing, dan suhu tubuhnya semakin panas, tapi perasaan tidak enak masih mengganjal di dirinya.

Ia beranjak dari tempat tidurnya, mengenakan piyamanya, dan pergi ke rumah Jovian, yang tepat bersebelahan.

Ia membuka pintu pagar itu secara perlahan, agar tidak membangunkan orang-orang yang ada disana. Ia mengetuk pintu rumah itu, dan tidak ada yang membukakan maupun menjawab. Saat hendak ia pulang, Thania melihat pintu garasi sedikit terbuka, tak lama Thania masuk ke dalam rumah itu

Ia berjalan secara perlahan, menuju ke lantai 2. Dan melihat pintu yang tertutup dengan huruf 'J' menggantung disana. Thania sangat yakin kalau itu pasti kamarnya Jovian, ia berjalan ke kamar itu, dan membuka pintunya secara perlahan, membuat bunyi decitan.

Thania menangkap sosok Jovian yang sedang berbaring di atas kasurnya, hanya mengenakan celana pendek, tanpa kaus. "Jov..." panggil Thania.

Jovian tersentak kaget melihat Thania berada di dalam kamarnya, ia merubah posisinya menjadi duduk, "Ngapain lo Than? udah malem." ucap Jovian.

Thania mencium bau minyak untuk pijat, dan perempuan itu yakin kalau Jovian habis di pijat, "Lo gak apa-apa kan?" tanya Thania, berdiri disamping kasur dengan selimut biru itu.

Jovian meregangkan tangannya, "Gak apa-apa. Lo pulang bego, udah tau sakit, malah kesini malem-malem." perintahnya.

Thania pun duduk di atas kasur Jovian, "Ih, gue gak bisa tidur, inget kejadian tadi. Gue jadi gak enak." ucap Thania dengan penuh penyesalan.

Jovian mendekatkan tubuhnya yang 'telanjang' itu, dan memegang kening Thania, "Makin panas kan. Pulang Than." ucap Jovian.

"Tadi banyak nyamuk, makanya gue gak pegangin--"

"Sst..." desis Jovian, "Udah. Pulang gak lo, kalo gak gue teriakin maling, mau?" ancam Jovian.

Thania melirik otot perut Jovian yang terlihat jelas didepan matanya, "Jov, perut lo keren juga." ucap Thania, berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Gak usah ngalihin." ujar Jovian, wajahnya terlihat serius dan tidak mau bercanda untuk saat ini, "Pulang Than." ucapnya lagi.

Thania menatap wajah Jovian yang sedang serius itu, lebih tepatnya Jovian marah jika Thania tidak pulang secepatnya, "Jovian jangan marah. Serem." celetuk Thania.

Jovian menghela nafasnya, "Thania Putri Stefanie, pulang. Gak lagi bercanda, sekarang serius. Jangan keras kepala kalo di bilangin."

"Gak mau. Gak bisa tidur." ucap Thania. Perempuan itu melihat kerut wajah Jovian yang sudah terlihat amarahnya, tetapi semua itu seperti tertahan.

"Pulang ya sekarang, gue anter." ujar Jovian, yang beranjak dari kasurnya yang nyaman itu, dan keluar dari kamar, diikuti Thania di belakangnya dengan wajah yang melas.

Jovian hanya mengantarkan Thania sampai ke pagar rumahnya, "Sampe sini aja ya." ucap Jovian.

Wajah Thania masih memelas, entah karena perasaan tidak enak atau sikap Jovian yang tegas itu. Tidak ada yang pernah se-sabar ini terhadap dirinya. "Maaf ya Jov." ucap Thania.

"Iya." balas Jovian.

••• B A D L U C K •••

आप प्रकाशित भागों के अंत तक पहुँच चुके हैं।

⏰ पिछला अद्यतन: Mar 26, 2019 ⏰

नए भागों की सूचना पाने के लिए इस कहानी को अपनी लाइब्रेरी में जोड़ें!

Bad Luckजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें