- 19 -

129 25 5
                                    

Thania membuka matanya secara perlahan. Pengelihatannya masih sedikit kabur, dan badannya masih terasa pegal. Ia melirik jam dinding yang menempel, pukul 15.00 p.m. Ia mengucek-ngucek matanya, dan ia hendak mengambil ponselnya diatas nakas samping kasurnya.

Ia melihat ada bungkusan putih diatas nakas, karena penasaran Thania segera mengambilnya. Ia membuka plastik putih itu, melihat isinya. Beberapa batang coklat, camilan-camilan, minyak angin, dan plester penurun panas.

"Eh! Udah bangun!" seru Jovian yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar. "Tuh udah gue beliin camilan." Jovian menunjuk plastik yang sedang Thania pegang.

Thania tersenyum melihat isi plastik itu, "Makasih!" seru Thania. "Baik banget deh, tumben..." ucap Thania melirik Jovian.

"Emang gue baik." balas Jovian. Lelaki itu kembali berbaring disamping Thania, dan mengambil remote TV, "Gue numpang ya. Males ke bawah, gak ada Dimitri." ucap Jovian.

Thania menolehkan kepalanya 180 derajat, "Dimitri kemana?" tanya Thania, asyik mengunyah camilan biskuit coklat.

"Ada urusan tadi katanya, gue disini dulu sampe Bokap-Nyokap lo dateng." balas Jovian, matanya masih serius dengan layar di depannya.

Thania menganggukkan kepalanya, "Jov! Mau sama temen gue gak?" tanya Thania dengan senyuman lebar di wajahnya, mengingat tentang Kinan saat Perjusa. "Namanya Kinan, dia cantik kok..." lanjutnya.

"Yang mana sih orangnya?" tanya Jovian, menolehkan kepalanya ke Thania yang ada di sampingnya. "Kalo jelek gue gak mau."

Thania mengambil bantal yang ada di sampingnya dan melemparnya tepat di muka Jovian, "Sok deh! Ngaca dong, sampe sekarang lo masih jomblo. Giliran ada yang mau, lo malah kayak gitu. Pantes gak ada yang mau, sok jual mahal sih." balas Thania.

"Gue juga pilih-pilih ya!" balas Jovian. "Tapi, gue gak mau ah. Gue lagi suka sama orang." lanjutnya.

Pupil mata Thania membesar, tak disangka Jovian bisa suka sama cewek, "Siapa?!" tanya Thania.

"Bukan urusan lo Than." jawab Jovian, melirik Thania.

Thania memurungkan wajahnya, memang sih itu semua bukan urusan dia, tapi ada rasa penasaran di hati perempuan itu. "Ya udah, emang bukan urusan gue."

"Perasaan gue biar gue aja sendiri yang pendem. Gue bukan tipe cowok yang suka liatin perasaan gue cewek yang gue sayang. Gue cuma mau lindungin dia dari cowok brengsek--"

"Hah? lo ngomong apaan sih? pusing gue dengerin omongan lo." ucap Thania, menatap Jovian yang sedang ngoceh sambil menonton TV. "Gak usah sok bijak, gak cocok."

"Tolol." gumam Jovian.

Merasa tidak terima dengan ucapan Jovian, Thania mengambil bantal yang besar, dan melempar bantal itu tepat di wajah Jovian.

***

"Non, Mami sama Papi udah dateng." ucap Siti, membuka pintu kamar Thania. "ditunggu dibawah..." lanjutnya.

Thania mengangguk, dan segera turun ke lantai bawah dengan mengenakan piyamanya. Ia melihat, kedua orang tuanya itu sedang duduk didepan TV. "Mami, Papi!" panggil Thania, yang segera ikut bergabung disebelah orang tuanya itu.

"Nia, kamu sakit ya?" tanya Intan sembari memegang kening anak perempuannya. "Ke dokter aja ya... dari pada semakin parah." lanjutnya.

Thania mengangguk, "Iya Mi." jawab Thania.

"Nanti minta anter ya sama Dimitri aja ya..." ujarnya. Thania mengangguk, menuruti kata Maminya.

Bad LuckWhere stories live. Discover now