- 3 -

335 181 11
                                    

Hari kedua di adakannya MOS. Thania berangkat sekolah seperti biasanya, jalan arah sekolahnya macet seperti hari kemarin. 10 menit lagi bel masuk, tapi keadaannya, mobilnya masih harus berjalan 1 km lagi untuk sampai ke sekolahnya. Thania terlihat gugup, hiruk piruk jalanan di pagi ini tidak menyenangkan. Semua kendaraan seperti membunyikan klaksonnya, membuat kepala Thania pusing tak karuan.

"Non, mau jalan lagi?" tanya Dadang melirik Thania dari kaca depan. Mendengar itu, Thania jadi berpikir untuk jalan lagi, walaupun rintik hujan sudah mulai berjatuhan dari langit, ia tak mau telat lagi untuk kedua kalinya. Ia meraih tas yang ada di sampingnya, menguncir rambutnya, dan memakai jaketnya agar seragamnya tak basah.

"Yaudah pak, saya jalan aja..." Thania membuka pintu mobilnya, dan segera keluar dari kemacetan itu. Berjalan di trotoar yang sudah cukup basah. Thania berjalan dengan cukup cepat, hampir seperti berlari. Langit sedang tidak bersahabat hari ini. Hujan semakin deras dan langit semakin gelap. Thania mempercepat langkahnya, tapi ia tau pasti tubuhnya akan basah, dan ia tau pasti ia telat datang ke sekolah. Ia sudah mempersiapkan dirinya untuk menghadapi Ayu yang pasti akan menghukumnya.

Ia sudah berjalan selama 20 menit, dan ia telat lagi datang ke sekolah. Sekolahnya sudah terlihat diujung jalan, ia berlari secepatnya dengan tubuh yang basah karena hujan. Untung, Thania memakai penutup kepala yang ada dijaketnya, jadi rambutnya tidak terlalu basah. Hanya rok, sepatu, dan bajunya sedikit. "Pak, bukain dong!" teriak Thania kepada Maman, yang berjaga di posnya seperti biasa.

"Yah neng, udah telat. Gak bisa." jawab Amin, menghampiri Thania dengan mengenakan payung. Ia melirik tubuh Thania yang sudah basah itu. Ada rasa kasihan dalam hatinya, "Yaudah neng, di pos aja dulu, saya gak tau eneng boleh masuk apa gak." kata Amin, menyuruh Thania untuk masuk ke dalam pos dan menunggu.

Thania mengeluarkan ponselnya dari sakunya, missed call dari teman-teman kelasnya, ia membuka Group kelasnya dan segera memberi tau teman-temannya.

Thania : Eh, gue di pos satpam. Keujanan, katanya disuruh nunggu dulu, dia mau nanya gue boleh masuk apa gak. Keadaan dikelas gimana?

Nindi : Ayu marah2! Sumpah woy!

TobiasHart : Najis lu Than, telat mulu. Niat sekolah kagak sih? Idih.

Richard : Mampus lu Than, hayoloh...

Herlambang : Udah lu pulang aja, kagak usah sekolah.

Thania panik, apa lagi kata Nindi, Ayu sedang marah-marah, pasti karena Thania telat untuk kedua kalinya. Ia memeluk dirinya karena kedinginan, Maman sedang beli kopi di Kantin belakang, dan sepertinya ia juga sedang bertanya kepada guru piket tentang Thania yang telat. Perasaannya semakin tak karuan, gugup, panik dan kedinginan.

Ia menatap lapangan utama yang ada di hadapannya, sebenarnya kalau Thania berani ia bisa saja lari dan segera ke kelasnya, tapi ia sadar kalau ia masih anak baru, masih dalam keadaan MOS dan tak mungkin ia melakukan itu. Thania menatap kosong lapangan, lama-lama terlihat seseorang berjalan kearah gerbang sambil mengenakan payung berwarna merah. Thania tak tau dia siapa, tapi semakin jelas bayangan itu. Jovian.  Thania menutupi wajahnya dengan tasnya, semoga Jovian tak menyadari keberadaan Thania.

Jovian pun melihat Thania yang sedang memegang tasnya, berusaha menutupi wajahnya. Ia menghampiri Thania, "Woy!" teriaknya, membuat Thania kaget dan hampir saja lari. Jovian meletakkan payungnya di depan pos satpam, dan masuk kedalam menghampiri Thania. "Ternyata lo sama Pak Amin ya sekarang. Pantes kemaren pengen manggil dia sayang." lirik Jovian dengan penuh menghakimi Thania.

Thania melirik tajam Jovian yang ada didepannya, ia membuang mukanya, menurutnya hari ini Thania sudah cukup sial, dan gak perlu ditambah dengan adanya Jovian. "Bawel." jawabnya. Berusaha untuk tidak menatap Jovian.

Bad LuckWhere stories live. Discover now