Prolog

1K 318 91
                                    

Hari ini, tepat dimana tante gue mengadakan pesta pernikahannya, dengan cowok berbadan tinggi dan berkulit sawo matang itu, tante gue menyerahkan seluruh kehidupannya buat Om Andre. Mereka menikah diumur yang relatif sudah matang, Tante Caroline yang berumur 25 tahun, sedangkan Om Andre berumur 27 tahun. Mereka sudah siap untuk menjalani susahnya hidup bersama. Kalo gue sih, nggak percaya sama yang namanya cinta. Sejak mantan gue putusin gue karena dia ngaku selingkuh, cinta menurut gue itu total bullshit!

"Thania!" panggil nyokap gue, yang lagi ngobrol sama temennya. Udah satu jam mereka ngobrol, dan belum bergerak dari tempatnya.

Gue memutar mata gue, nyokap gue tau nggak sih jalan pake dress lebar ini susah? Gue berdiri aja udah susah, ditambah dress segede gini. Walaupun dressnya lucu, tapi bikin gue tersiksa. Terima kasih Tante Caroline yang udah minta Thania jadi bridesmaid.

"Apa Mi?" tanya gue. Gue tau ekspresi wajah gue nggak enak untuk diliat, ini semua karena gue udah capek make up 3 jam, dan mondar mandir dari pagi.

Mami berdiri dari tempatnya, dan diikuti dengan temannya yang memakai kebaya berwarna abu-abu itu, "Kamu masih inget kan Tante Tasya?" Mami melirik temannya tersebut. Gue mengkerutkan kening gue, dan mengangkat satu alis. Berusaha mengingat siapa Tante Tasya. Gue nggak inget sama sekali!

"Ng... iya inget Mi." jawab gue dengan senyuman kikuk, karena gue bener-bener nggak inget siapa itu orang. Apa gue harus inget semua temen Mami gue? Kalo iya, nggak adil namanya. Apa lagi Mami gue nggak pernah inget temen-temen gue.

Temen Mami yang kata Mami namanya Tasya itu menggenggam lengan gue, dan tersenyum dengan penuh harapan. "Thania kamu cantik ya, udah lama tante nggak liat kamu!" serunya. Gue hanya mengangguk dan tersenyum dengan anehnya. "Dulu kamu waktu kecil lucu banget, sekarang udah gede ya, cepet banget!" lanjutnya. Ya menurut Tante aja, masa gue kecil terus?

"Permisi Tante, aku mau nemuin sepupu aku disana..."Gue menunjuk ke sekumpulan orang yang berpakaian sama kayak gue, para bridesmaid. "Pergi dulu ya Tan..." pamit gue yang segera meninggalkan situasi canggung seperti itu.

***

Gue duduk sendirian didekat pohon berwarna putih yang dihiasi oleh lampu ini. Sepupu gue semua lagi sibuk sendiri, ada yang nemuin pacarnya lah dan ada juga yang lagi jaga pintu masuk. Ya, gue memutuskan untuk sendiri kali ini.

Gue liat betapa bahagianya Tante Carol, senyuman yang tertera diwajahnya saat tamu-tamu ingin berfoto dengannya. Kadang, buat gue iri. Dia bisa dapetin cowok yang cocok dan setia sama dia, sedangkan gue? Aduh, udah gak usah dibahas. Walaupun gue sebentar lagi masuk SMA, dan gue harus ninggalin masa-masa buruk SMP gue. Tapi, gue masih ingat dengan jelas gimana Ricky mutusin hubungan kita didepan teman-temannya. Namanya juga cinta monyet, lebih baik nggak usah gue bahas.

"Permisi," kata seorang cowok mengenakan jas berwarna hitam yang berdiri disamping gue. Membuat gue menoleh kearahnya. "Toilet dimana ya?" tanya cowok tersebut.

Gue meliriknya dari atas kepala hingga ujung kakinya, "Cari sendiri!" seru gue. Hari ini gue lagi nggak bersahabat, maaf untuk semua yang udah gue buat sakit hati dengan perkataan gue.

"Buset!" seru cowok itu. "Galak..." lanjutnya yang ngelirik gue dengan tajam. Gue segera berdiri dengan dress berwarna merah itu, berdiri tepat di hadapan cowok itu dengan kerut wajah yang menjengkelkan. "PMS ya?" tanya cowok itu, mendekatkan wajahnya ke wajah gue.

"Toiletnya disamping buffet sate!" seru gue menjawab pertanyaannya yang pertama itu. Cowok itu segera membalikan badannya, hendak pergi "Dan, gue gak lagi PMS!" teriak gue, membuat cowok pergi.

***

Dari awal acara ini mulai, gue belum cobain makanannya karena sibuk dengan make up dan lain-lain. Perut gue udah memberontak dari tadi, gue putuskan untuk makan sejenak mengisi perut gue yang udah bawel. Gue mengantri di buffet makanan, ada dua barisan gue baris di barisan yang kiri. Piring, sendok dan garpu udah gue genggam, bersiap untuk mengambil nasi dan lauk-pauk.

"Eh, lo lagi..." kata cowok yang berdiri dihadapan gue. Dia di barisan yang kanan. Tubuh gue dan dia hanya berbatasan buffet-buffet makanan. Cowok tadi, yang nanya dimana Toilet dan ngatain gue galak. Gue berusaha gak nanggepin dia, gue cuma diam dan lanjut mengambil apa yang ingin gue makan.

"Di kacangin emang paling enak ya." desisnya, mengambil ayam saus tiram dan melirik kearah gue.

"Kacang emang enak!" seru gue yang langsung pergi dari barisan, karena udah selesai mengambil lauk-pauk. Gue mencari tempat untuk menikmati makanan itu, tapi, gue cuma liat satu kursi kosong dipojok ruangan. Sebelah panggung live band. Gue segera berjalan kesana.

Gue udah siap ingin duduk dikursi kosong itu, lagi menyiapkan dress gue yang lebar itu, gue udah menjatuhkan badan gue dikursi itu, tapi, terasa ada tubuh yang duduk disana, buat gue terkejut dan segera berdiri, menolehkan kepala dan melihat cowok itu lagi! Duduk dikursi gue, dan gue tadi duduk di paha dia!

"Kursi gue!" teriak gue, dengan wajah yang kesal dan melihat cowok itu sedang menikmati makannya. "Gue duluan!"

"Siapa cepat dia dapat!" kata cowok itu, melirik ke arah gue yang sedang ribet karena dress yang besar ini. Cowok itu, makan dengan lahap tanpa memperdulikan cewek yang lagi bete sedang berdiri dihadapannya. Amit-amit gue punya cowok kayak dia!

"Nyebelin!" teriak gue, membuat beberapa orang disekitar kami berdua menolehkan wajahnya kepada gue yang lagi berdiri.

"Pantat lo empuk, lagi dong!" ledek cowok itu, menolehkan wajahnya keatas melihat kearah wajah gue yang sedang kesal. Empuk? Emangnya bantal!

"Dasar cabul!" gue segera ninggalin dia duduk dikursi gue, biarin terserah dia aja, gue nggak mau perpanjang masalah. Hari gue udah cukup buruk, dan nggak perlu ditambah.

***

Sorry, sering unpublish cerita ini. Iseng aja💖

Bad LuckTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon