- 12 -

189 61 4
                                    

Thania mencari-cari namanya di kertas yang ditempelkan didepan pintu villa masing-masing. Akhirnya ia menemukan namanya di villa nomor 7. Villa itu tidak terlalu besar, dan memiliki tembok dari batu-batuan hitam yang jika dipegang seperti memegang es batu, dingin. Thania melangkahkan kakinya kedalam, melihat Indah sedang berbaring di sofa ruang tamu.

"Eh! Lo dari mana aja?" tanya Indah, yang segera berdiri setelah melihat Thania muncul dari luar. "Gue kira lo gak ikut, dari tadi pas di absen pada nanyain lo kemana." jelas Indah.

Thania duduk disamping Indah, dan berbaring seperti posisi indah tadi. "Mobil gue tadi mogok, gak bisa nyala. Terus abang gue gak ada, dan akhirnya gue minta Jovian anterin gue." jelas Thania, merengangkan seluruh tubuhnya karena lelah membawa tas yang berat. "Kita sama siapa aja disini?" tanya Thania yang menoleh kanan-kiri mencari apa ada orang yang menjadi teman satu villa.

"Sama Nindi, Kinan, Wanda, Mei, Tasya, Nadia, Dita sama Syifa." jawab Indah. Thania merasa lega karena tidak dipisahkan dengan teman-teman dekatnya, walaupun ada Nadia tapi Thania tidak merasa keberatan. "Beres-beres gih, nanti ada acara. Cuma dikasih waktu 30 menit." perintah Indah. Thania segera masuk kedalam dengan membawa barang-barangnya.

Kamar tidur cuma ada satu, dan ada 10 ranjang yang saling berjajar. Thania meletakkan tas nya didekat jendela, karena sepertinya hanya itu yang kosong. Sebelahnya ada kasur Indah, Kinan dan Nindi. Thania merapihkan barang-barangnya, mungkin alasan kasur itu kosong karena jendela disamping kasur Thania terlihat seram, tanpa adanya penutup. Thania merasa ketakutan juga kalau seperti ini.

***

Semua murid berbaris dilapangan utama, katanya akan diadakan permainan tentang menjelajah perkemahan ini. "Saya akan buat kelompoknya ya, yang sudah saya sebutkan namanya langsung membuat lingkaran berdasarkan kelompoknya!" teriak guru Bahasa Indonesia, sekaligus penanggung jawab, Budi.

Budi mulai menyebutkan nama-nama anggota kelompok yang sudah dibentuk melalui speaker. Semua sudah berada di kelompoknya masing-masing. Thania satu kelompok dengan Indah, Kinan, Wanda, Fadhil, Faisal, Fauzan, dan Adam. Kelompok mereka adalah kelompok ke-12. Mereka ditugaskan untuk mencari pos-pos yang sudah disembunyikan didalam hutan yang tidak terlalu lebat dan berbahaya.

"Eh, kita kayaknya ke kanan deh, soalnya tadi gue liat yang lain ada yang ke kanan." kata Fadhil, sambil memegang peta yang sudah diberikan oleh pembina. Mereka ber-6 masih belum bisa menemukan satu pos.

Thania memukul lengannya, karena ada nyamuk yang sedang menghisap darahnya. "Lo yakin? Kalau mereka nyasar, kita juga nyasar dong." tanya Thania, yang berdiri dibelakang Fadhil. Teman-teman perempuan Thania sedang sibuk melihat sekitar, dan merasa ketakutan. Apa lagi Indah, dia mempunyai indra yang cukup peka dan bisa saja hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.

"Udah yuk, balik aja. Gue takut..." kata Indah yang terlihat sudah ketakutan, walaupun ini masih siang, tapi Indah bisa merasakan hal-hal ghaib yang ada disekelilingnya.

"Iya...balik aja yuk, banyak nyamuk." timpa Kinan, yang sedang bergandengan tangan dengan Indah. Mereka berdua seperti anak kecil yang sedang ketakutan. Berbeda sekali dengan Thania yang sangat ber-semangat mencari pos.

Adam mentoyor kepala Kinan, "Bego kan, emang lo mah manja!" seru Adam. Kinan memegang kepalanya yang baru saja di-toyor Adam.

"Bawel lo semua, udah ini kita harus cari pos!" bentak Fadhil, semua pun diam karena takut sama Fadhil.

Setelah 5 menit mencari, akhirnya ketemu 1 pos. Pos mencintai alam, hanya terlihat 2 orang cowok, dan 1 orang cewek sedang duduk sambil memegang benih pohon yang akan ditanam. 6 orang yang sempat nyasar itu pun langsung menghampiri pos itu, dan duduk di tanah, seperti yang diperintahkan.

Thania melihat Kevin, Jovian dan Muthia. Perempuan itu terlihat bingung karena ada Jovian yang mengenakan seragam pramuka, sedangkan awalnya ia memakai seragam batik.

"Ada yang tau ini pos apa?" tanya Kevin dengan gagahnya berdiri dari tempatnya semula.

"Siap. Pos mencintai alam kak!" jawab Fadhil. Kevin pun mengangguk mendengar jawaban Fadhil.

"Kalo gue sih, mencintai Thania." sambar Jovian sambil tertawa kecil. Wajah Thania memerah, bukan karena dia suka juga sama Jovian, tapi melainkan malu didepan teman-temannya.

Thania melepas sepatu abu-abunya, dan hampir saja melempar sepatu itu tepat diwajah Jovian. "Gue lempar nih, bawel lo." kata Thania yang masih memegang sepatunya diudara.

Jovian menarik tubuh Muthia untuk menutupi wajahnya, "Iya, ampun!" teriak Jovian. Membuat teman-teman Thania tertawa geli melihat tingkah laku mereka berdua. "Galak banget jadi cewek, pantes jomblo!" ledeknya.

Akhirnya membuat Thania melemparkan sepatunya dengan kencang, walaupun kencang tetapi hanya kena bahu Jovian saja. "Eh, sepatu gue jauh banget kelemparnya." kata Thania yang sudah tidak melihat sepatunya.

Jovian tertawa geli melihat wajah Thania yang membuat ekspresi lucu, "Mampus! Karma! Sukurin!" ledek Jovian.

"Udah... nanti lagi lanjutin berantemnya. Sekarang masuk materi dulu." ujar Kevin berusaha memisahkan kedua musuh bebuyutan itu. Thania menunduk karena malu, sedangkan Jovian masih dengan sikap petakilannya yang terus-terusan menggoda Muthia. Thania menatap Jovian dengan heran saat Jovian berusaha merayu Muthia.

Kevin menjelaskan tentang kepentingan untuk mencintai alam, untuk tidak merusaknya dan menjaganya sebagi generasi selanjutnya. Melihat Kevin berbicara dengan tegas dan gagah didepannya, membuat hati Thania semakin klepek-klepek karena cowok itu.

"Ya udah yuk, sekarang kalian semua berdiri. Kita tanem pohon disini." ajak Kevin. Semuanya pun berdiri, dan mengambil benih yang sudah disiapkan didepan.

Thania sudah memegang benih yang diberikan, ia berdiri didepan lubang yang akan menjadi tempat untuk menanam pohon kecilnya. Thania meletakkan pohon itu didalam lubang, lalu menutupnya dengan tanah. Ia melirik ke kaki kirinya yang hanya berbalut kaus kaki hitam.

Gara-gara Jovian nih, kampret!

Teman-teman Thania hendak membubarkan diri untuk mencari pos yang lain, sedangkan Thania masih sibuk mencari sepatunya diatas dedaunan kering.

"Than! Udah belum?" tanya Fadhil yang dari tadi sudah menunggu perempuan itu. "Lama, tinggal ya!" lanjutnya.

Kerut wajah Thania terlihat panik karena Fadhil mengancam akan meninggalkannya, "Eh, jangan dong!" teriak Thania yang masih mencari sepatunya.

"Kita disuruh cari minimal 4 pos nih, kalau lo lama gimana bisa dapet 4 pos?"

Thania menghela nafas panjangnya, dan kembali ke teman-teman yang sudah menunggunya, "Ya udah deh, gak apa-apa, gue bawa sepatu satu lagi." kata Thania, yang terlihat lemas dan tidak bersemangat karena hanya memakai satu sepatu.

"Nanti kalau ketemu, gue kasih lo deh." kata Kevin yang dari tadi juga ikut mencari sepatu Thania. Thania pun mengerti, dan pergi meninggalkan pos itu bersama teman-temannya dengan kaki kiri yang hanya terbalut kaus kaki.

***

Jangan cuma di baca ya! Di vote! Kalo bisa comment! Selamat membaca!💖💖

Bad LuckWhere stories live. Discover now