- 11 -

264 82 12
                                    

"Aduh non, mobilnya mogok..." ucapDadang dengan menepuk keningnya sendiri. Wajahnya dan bajunya sudah belepotan dengan oli mobil. Pagi yang cerah ini sudah ternodai dengan mogoknya mobil Thania. Dadang sudah mencoba untuk menyalakannya, tapi mobil sedan hitam itu tidak mau bekerja sama.

Thania berusaha menghubungi Dimitri yang belum pulang sejak kemarin malam, tapi tidak ada jawaban dari abangnya itu. Thania tidak tau harus meminta bantuan siapa lagi, kecuali satu orang. Jovian. Biasanya jam segini Jovian belum berangkat karena malas sekolah. Thania berlari ke rumah Jovian yang tepat ada disebelah rumah Thania. Kebetulan, Jovian sedang memanasi motor dan hendak pergi.

"Jov! Bantuin gue dong! Tolong!" pinta Thania, sambil terengas-engas karena lelah berlari membawa satu tas ransel besar. "Mobil gue mogok, Dimitri belum pulang dari semalem, dan gue harus ada disekolah 10 menit lagi!" lanjutnya, Jovian pun melepas helmnya, dan turun dari motor putihnya itu.

"Lo perjusa ya?" tanya Jovian, melirik Thania yang sedang panik. Thania pun mengangguk. "Bawaan lo ini doang?" tanya Jovian, melihat tas ransel Thania yang ada dipunggungnya.

"Gak, masih ada satu tas lagi..." jawab Thania menunjuk kearah rumahnya. "Emang kenapa?"

"Kalo banyak gue bawa mobil.jelas Jovian meletakkan helmnya diatas meja kecil didepan pintu rumahnya. "Banyak gak?" tanyanya lagi, menegaskan.

"Banyak sih..." jawab Thania, menggaruk-garuk kepalanya.

"Ya udah, gue keluarin mobil dulu, lo tunggu dirumah nanti gue samper." perintah Jovian, mendengar itu Thania segera berlari dan mengambil kopernya, koper? Ya Thania membawa koper karena perjusa sampai 3 hari.

Setelah menunggu didepan gerbang selama 5 menit, akhirnya mobil berwarna hitam itu berhenti didepan Thania. Perempuan itu segera mengambil barang-barangnya dan memasukkannya ke kursi belakang. Sedangkan Thania duduk dikursi depan.

"Dimitri kemana sih? Jadi abang bukannya jadi penolong." gumam Thania, kerut wajahnya sudah terlihat bete karena telat datang.

Jovian tidak menanggapinya, malah Jovian menyalakan radio dan ter-putarlah lagu For the first time - The script. The script adalah band favorit Thania, walaupun banyak yang tidak setuju dengan pendapat Thania tapi ia masih mengagumi band itu. Thania pun merasa tenang saat mendengar lagu itu, amarah yang ada didalam dirinya pun seperti hilang.

***

Setalah 15 menit menempuh perjalanan, akhirnya mobil hitam itu masuk ke area sekolah yang sudah sepi. Kemana orang-orang? Thania turun dari mobil, dan berlari ke pos satpam.

"Pak, pada kemana? Udah berangkat?" tanya Thania, yang terlihat kebingungan dengan sekolah yang sudah sepi ini.

Amin keluar dari pos satpam dan melepaskan topinya. "Yah neng, udah berangkat semua..." jawab Amin. Mendengar itu tubuh Thania lemas dan berjalan kembali ke mobil hitam yang menunggu kepastian itu.

Thania membuka pintu mobil dengan tubuh yang lemas, ia duduk kembali di kursi depan, "Jov, udah berangkat semua." jawab Thania, menyender ke jok mobil yang lumayan nyaman itu. "Udah deh, gue disekolah aja, nanti gue minta Dimitri jemput." jawab Thania.

Jovian menghadapkan tubuhnya ke Thania, "Emang dimana sih tempatnya? Tempat perjusa nya." tanya Jovian, kedua tangannya masih diatas stri mobil berkulit hitam itu.

Thania meraih kertas yang ada didalam ranselnya, "Di Cibodas. Nih..." Thania menunjukkan sepucuk kertas yang berisi informasi itu kepada Jovian, dan Jovian pun mengambil kertas itu dari tangan Thania untuk mengetahui tempat yang dimaksud.

Jovian mengangguk-ngangguk, "Ohh... gue bisa anterin tuh, mau gue anterin?" tanya Jovian, meletakkan kertas itu diatas Dashborad mobil, memutar balikan mobilnya keluar dari gerbang.

Thania terkejut mendengar Jovian menawarkan bantuannya seperti itu, Thania pun yang sebelumnya bersandar, sekarang duduknya tegak dan melihat wajah Jovian yang menunggu jawaban dari mulutnya, "Hah? Lo serius? Gak boong kan? Terus lo sekolah gimana? Bolos? Tuhkan jangan bolos lo emang bandel!"  Thania berbicara hanya dengan satu nafas, bawel memang.

"Kalau gak mau, gue puter balik, kita balik lagi kerumah." jawab Jovian yang masih serius menghadap jalanan didepannya.

Thania memegang lengan Jovian yang sedang memegang stir mobil, "Eh! Iya, mau mau!" dengan reflek Thania menarik lengan Jovian sampai tubuh mereka pun berdekatan, dan perempuan itu memeluk erat teman dekat abangnya. "Makasih!" seru Thania.

Jovian melepaskan dirinya dari pelukan erat Thania, "Lepasin bego! Nanti nabrak! Ih ini orang tolol banget." seru Jovian, melirik sinis Thania yang terlihat sangat senang dengan tawarannya itu.

***

Setelah 2 jam perjalanan, mereka berdua pun sampai ke tempat yang sudah ditentukan. Thania melihat dari dalam mobil kalau ia akan menginap di villa bukan di tenda, seperti yang ia harapkan. Kaki Thania terasa enggan untuk keluar, karena ia gak tau rasa malu yang akan ditanggungnya. Dia merasa gugup melihat teman-temannya sedang berbaris di lapangan hijau ditengah-tengah area penginapan.

"Turun gak?" tanya Jovian, melirik ke kanan-kiri untuk melihat keadaan sekitar. "Eh, ada Kevin." kata Jovian menunjuk seorang cowok memakai seragam pramuka lengkap yang sedang duduk didekat mobilnya.

"Lah kok ada dia?" tanya Thania, merasa heran karena ada Kevin.

"Dia penanggung jawab sih, setau gue." jawab Jovian, mematikan mesin mobilnya, dan bersiap-siap hendak keluar dari dalam mobil. "Ikutan nginep ah gue, lumayan bisa godain dedek gemesh!" gumam Jovian, membuka pintu mobilnya, "Keluar buruan!" perintah Jovian yang masih melihat Thania tidak bergerak dari tadi.

"Tapi takut, nanti kalau pada liatin gimana?" Jovian tidak menanggapi Thania, ia segera keluar dari mobil dan mengunci Thania dari luar menggunakan kuncinya, Clek! karena panik, Thania mengetuk-ngetuk kaca jendela, "Dok! Dok! Dok! Woy! Bukain! Ih, ini orang ngeselin banget!" teriak Thania, dari dalam mobil. Jovian hanya tertawa geli, dan kemudian membuka kembali pintunya.

Thania mengambil barang-barangnya, satu ransel yang ada di punggungnya, dan satu koper yang ia tarik. Ia berjalan dengan perlahan, karena barang bawannnya yang berat. Angin menghembus rambut Thania yang dikuncir satu itu. Dirinya terlalu takut untuk bergabung dengan yang lain, karena telat. Dan dianter sama Jovian.

"Kok baru dateng Than?" tanya Kevin, berdiri dari tempatnya setelah melihat Jovian dan Thania yang datang menghampirinya.

"Tadi mobilnya mogok, terus gue harus minta anterin Jovi, untung dia mau." jelas Thania, yang wajahnya sengaja dibuat seperti merasa bersalah. Agar di maafkan.

"Ya udah, nanti abis upacara pembukaan lo langsung masuk aja ke villa, beres-beres barang." jelas Kevin. Kevin meraih papan jalan ditempel kertas yang ada disampingnya, dan mencari nama Thania disana, "Lo sama Indah, Coba nanti cari Indah ya." lanjutnya. Thania pun mengangguk mendengar perintah dari Kevin.

Jovian mengenakan seragam batik, dengan celana abu-abu berdiri disamping Kevin yang mengenakan seragam pramuka lengkap, "Eh, gue nginep dong, mau cari dede gemesh!" Jovian menyenggol lengan Kevin. Ia menaikkan alisnya secara terus menerus. "Temen lo jomblo ini, butuh pacar." pintanya.

"Oke deh, nanti lo satu villa aja sama gue." jawab Kevin.

***

Bad LuckWhere stories live. Discover now