DELAPAN BELAS

2K 231 54
                                    

Chapter 18

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Chapter 18

Mika dan Leonal yang berada di depan komputer menoleh ke belakang ketika Jingga masuk ke ruang Smoking Area. Raka yang tampak sibuk bermain billiard pun turut menoleh singkat lalu menyodok bola bewarna kuning di hadapanya.

"Mik," Jingga mengistirahatkan pantatnya di sofa panjang dekat meja komputer tempat Mika dan Leonal saat ini berada. "Tuh anak enaknya di apain ya."

"Lintang maksud lo?"

"Iya," sahut Jingga singkat, kali ini ia begitu bingung. "Gue pengen nyuruh kepala sekolah buat rapat komite atas tindakanya, tapi nggak mungkin. Gue juga nggak mau sampai ada orang yang tahu kalau Lintang coba ngelakuin hal yang macam-macam ke Kalila."

Sampai saat ini kalau mengingat kejadian itu mampu membuat Jingga naik pitam. Tanganya masih akan selalu bergetar untuk melayangkan tinju. Beruntung karena saat itu Kalila berteriak, karena jika tidak maka Jingga yakin ia tidak akan pernah menyadari keberadaan Kalila dan mungkin saja Kalila sudah akan mengalami kejadian yang buruk. Untuk saat ini yang mengetahui kejadian ini hanya Smoker sedangkan Diandra yang merupakan sahabat Kalila hanya sebatas tahu kalau Lintang berusaha untuk menyakiti Kalila.

"Apa kita bisa ngeluarin Lintang dari sekolah tanpa harus ngadain rapat komite?" Raka mengalihkan perhatianya sebentar.

Tapi itu tidak mungkin. Lintang termasuk anak berprestasi di sekolah. Buku pointnya bersih, sudah begitu ia juga kapten Basket dan selalu mendapat peringkat tiga besar di kelas. Akan sulit mengeluarkanya tanpa alasan. "Bisa aja kalau dia ketahuan bawa narkoba ke sekolah atau ketahuan bunuh orang," jawab Jingga asal yang disahuti dengan serius oleh Raka.

"Kalau begitu ayo kita lakuin itu."

Mata Jingga mendelik. Tubuhnya dihempas ke sandaran sofa yang empuk. "Lo gila? kalau akhirnya ketahuan kita yang jebak dia gimana?"

Leonal memutar kursi yang duduki. Wajahnya terlihat begitu serius, ia mengatupkan tanganya di depan. "Gimana kalau kita hancurkan perusahan keluarga mereka?"

Mika mengangkat bola matanya cepat. Kemudian ia mengambil berkas-berkas dari dalam tasnya dan melemparkanya ke arah Jingga. "Gue rasa kita bisa ngelakuin hal itu. Perusahan orang tua Lintang dan dua teman lainya itu punya banyak masalah. Mulai dari kasus penggelapan dana, sampai bayar pajak."

Jingga mulai sibuk membolak-balik halaman dari bundelan yang diberikan oleh Mika. Sedangkan Raka kini duduk di sebelah Jingga, mendaratkan dagunya di pundak Jingga dan mengitip halaman demi halaman yang Mika kerjakan entah sejak kapan. Jingga yang merasa jijik Raka akhirnya melempar bundelan itu ke pangkuran Raka.

"Sejak kapan kamu ngumpulin semua informasi perusahaan kayak gini Mik? tanya Raka takjub. "Ini kan informasi rahasia."

Terkadang Raka selalu merasa heran kenapa ia tidak pernah berteman dengan orang yang normal. Leonal yang kelewat kaya dan bisa membeli apa saja yang ia inginkan. Jingga yang terlalu berkharistmatik dan memiliki masalah yang lebih rumit dari yang bisa ia bayangkan dan Mika yang entah mengapa sepertinya mudah sekali baginya untuk mendapatkan informasi-informasi rahasia seperti ini. Tapi, bagi ketiga temanya pun Raka hampir tak terlihat normal. Raka ingat teman-temanya sering menghawatirkan Raka ketika berduel karena ia selalu tak bisa mengontrol kekuatanya. Bisa dibilang, di antara tiga temanya memang Raka yang paling kuat.

TWF 1 - BLOOD SWEET TEAR LOVE (TAMAT)Where stories live. Discover now