ENAM BELAS

2.1K 239 21
                                    

Chapter 16

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 16

"Masuk bu."

Maria masuk ke dalam kelas setelah mendengar suara serak Kalila menjawab ketukanya. Anak semata wayangnya itu tampat duduk di tepi tempat tidurnya begitu Maria melangkah masuk. Entah apa yang ingin Maria bicarakan saat ini, tetapi Kalila bisa merasakan aura Maria yang penuh tanda tanya.

Tempat tidur Kalila berdenyit ketika Maria duduk di sebelah Kalila, menambah berat beban di atas tempat tidur. Kalila memalingkan wajahnya, mencoba menyembunyikan wajahnya yang masih sedikit sembab. Tetapi, Maria adalah ibunya, sekuat apapun Kalila menyembunyikan perasaanya Maria akan tetap tahu hal itu.

Dan Kalila tahu hal ini akan terjadi ketika Maria menanyakan tentang Jingga. "Kamu tuh ada apa sih sama Jingga? Ibu perhatiin sudah sudah dua minggu loh kalian diem-dieman. Kalian bertengkar?"

Kalila hening sejenak, mengucek matanya yang mulai berair lagi. "Dibilang berantem sih enggak Bu."

Maria menghela napas dengan sabar. "Ya terus kenapa? Jingga sampai jarang pulang ke rumah loh. Emang apa yang kalian ributin sih bu."

Pertanyaan Maria membuat Kalila tidak bisa lagi menahan rembesan air matanya. Tetesan itu mengalir jatuh membentuk aliran lulus melewati pipinya yang pucat pasi. Kalila tidak berkata-kata, ia hanya sesenggukan dan kesulitan bernapas. Maria yang cukup terkejut atas reaksi Kalila, menarik tubuh anaknya itu ke dalam pelukanya. Bahkan di dalam pelukan Maria yang hangat Kalila tidak bisa merasakan sedikit pun ketenangan. Yang Kalila lakukan hanyalah terus menangis disertai dengan raungan yang menyakitkan.

"Jingga ngelakuin ini semua karena ngelindungin aku Bu." Akhirnya Kalila mengakui segalanya pada Maria.

"Loh untuk apa?" Maria bertanya dengan nada heran, keningnya berkerut. Entah apa memang anak muda jaman sekarang memang cenderung saling menyakiti ketika saling mencintai? Barangkali selama ini ia terlalu sibuk bekerja hingga tidak tahu masa-masa mudanya sudah berlalu begitu lama hingga gaya berpacaran pun mengalami perubahan.

"Panjang Bu ceritanya," bisik Kalila dengan napas yang tersengal. Ia tidak tahu apa yang akan Maria lakukan kalau ia tahu bahwa Jingga sering berduel. "Intinya Jingga ngejauh demi kebaikan aku, tapi aku justru merasa nggak baik-baik aja Bu."

Maria tersenyum tak menuntut penjelasan lebih pada Kalila mengingat anaknya itu bisa saja semakin terluka, sesungguhnya ia merasa cukup senang pada keadaan Kalila saat ini. Karena selama ini Maria selalu takut kalau Kalila akan melewatkan masa mudanya hanya dengan fokus belajar. Fakta bahwa saat ini ia bertengkar dengan jingga, itu menandakan bahwa ada hubungan di antara mereka. Dan Maria sadar bahwa sekeras apapun mereka berusaha menjauh, mata tak bisa membohongi, hati tak bisa mengingkari, dan kaki tak kan pernah melangkah. Mereka bukan sedang menjauh, justru sebaliknya, mereka bergerak semakin dekat dan dekat.

Namun tampaknya Kalila tidak siap dengan semua yang begitu tiba-tiba. Maria memahami bagaimana perasaan Kalila karena ia sendiri pun pernah merasakan hancurnya kehilangan cinta pertama. Maria membelai rambut anaknya yang lepek oleh keringat lalu bergumam dengan senyum yang terukir di wajah. "Kamu mau Ibu bicara sama Jingga?"

TWF 1 - BLOOD SWEET TEAR LOVE (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang