SEPULUH

2.4K 338 34
                                    

Chapter 10

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Chapter 10

Kalila celingukan mencari siapa yang melempar bola kertas ke arahnya. Gadis itu berharap bukan Jingga yang melakukan hal itu. Ia tidak ingin terus-terusan melihat Jingga. Kalila takut, semakin ia melihat Jingga, semakin ia tak dapat mengontrol perasaanya. Memang tidak ada salahnya sih jatuh cinta. Tapi setidaknya jika memang Kalila harus jatuh cinta untuk pertama kalinya, ia ingin orang itu adalah laki-laki tinggi, tampan, pintar, beprestasi. Bukan orang seperti Jingga.

Eh sebentar!

Tetapi Jingga memiliki semua kualitas yang Kalila sukai. Jingga itu tinggi, urusan tampan jangan ditanya lagi, Kalila tak tahu apakah Jingga termasuk orang yang pintar atau tidak, tetapi jika ia menjadi Ketua OSIS setidaknya Jingga masuk peringkat lima besar di kelasnya. Karena hanya orang-orang yang mendapat peringkat lima besar yang bisa menjadi Ketua OSIS dan ya, jabatan sebagai Ketua OSIS juga bisa dibilang sebagai prestasi kan?

"Oy, melamun aja!"

Kalila terkesiap begitu pun dengan jantungnya yang berdetak tak karuan saat suara itu memecah lamunanya. Bola kertas di tanganya jatuh karena tanganya mendadak lemas, tetapi bukan Jingga yang muncul dari balik tembok pagar tempat les Kalila, melainkan Edgar.

Pundak Kalila memerosot. "Edgar, aku kira siapa."

"Emang lo kira siapa?" tanya Edgar membalas. "Lo kayaknya suntuk banget, kebanyakan belajar ya?"

Kalila menggeleng lalu berjalan dengan langkah yang lambat agar ia bisa mengobrol lebih lama dengan Edgar. Lelaki itu berjalan pelan-pelan di samping Kalila, berbicara ini itu dan Kalila tak menyangka bahwa ia sudah semakin dekat dengan Edgar. Untuk ukuran Kalila, bisa berbicara leluasa dengan Edgar adalah sebuah hal yang langka. Bahkan dengan teman sekelasnya saja Kalila tak pernah berbicara sebebas ini.

"Jadi kenapa lo sebel sama cowok itu?"

Dan ya, Kalila tidak bisa menahan mulutnya untuk tidak membicarakan Jingga kepada Edgar. Tetapi Kalila hanya membicarakan tentang Jingga saja namun tak memberitahukan namanya kepada Edgar. Kalila mengedikkan bahunya, ia sudah sampai di depan jalan dan angkutan yang ia naiki sudah terlihat dari jauh.

"Gimana kalau kita nongkrong sebentar di sevel?" Tunjuk Edgar ke Sevel yang lokasinya di seberang jalan.

Kalila berpikir sebentar kemudian mengangguk dan detik setelah itu tanganya diraih oleh Edgar yang membawanya menyebrang, membelah jalan dengan langkah yang cepat. Gadis itu duduk di bangku sedangkan Edgar berada di dalam untuk membeli beberapa cemilan. Setelah beberapa saat Edgar keluar dengan banyak makanan dan menyodorkan susu kotak ke arah Kalila sementara dirinya membuka bir kaleng.

Kalila terdiam melihat Edgar yang meneguk bir itu. Keningnya berkerut. Anak dibawah umur minum bir? memangnya boleh?

"Anak baik-baik kayak lo minumnya susu," kata Edgar tiba-tiba, membuat Kalila mengalihkan pandangnya dari bir yang Edgar pegang. "Anak berandal kayak gue minumnya ginian," lanjutnya lalu mengacungkan kaleng ditanganya.

TWF 1 - BLOOD SWEET TEAR LOVE (TAMAT)Where stories live. Discover now