10. Dark Chocolate Meet Marshmallow

Start from the beginning
                                    

Ranan puas, namun di sisi lain dia merasa jijik. Sepasang tangannya yang selama ini berdiam akhirnya menjadi kotor. Mata laki-laki itu terpejam. Saat dia membukanya kembali, kursi rodanya memutar balik, kembali ke lift diikuti Oreo.

***
Luki baru bisa terlelap pukul dua pagi. Dua jam kemudian, laki-laki itu terbangun setelah merasakan tenggorokannya kering dan perih. Kurang lebih setengah sadar, dia pun beranjak turun dari ranjang lalu melangkah gontai keluar kamar demi memuaskan dahaga.

Luki awalnya tidak menyadari bayangan hitam besar yang berdiri di balik meja dapur. Jalannya serupa kepiting—menyamping. Tangan laki-laki itu kemudian menjulur, hendak menarik pegangan pintu lemari es. Namun sebelum dia bisa melakukannya, bayangan besar tadi berbalik menghadap Luki. Sepasang matanya yang tajam dan murka langsung menghujam Luki.

Sontak jeritan laki-laki itu menggaung di seisi rumah.

Teriakan itu berlangsung berulang-ulang sampai badannya terjungkal akibat tersandung kaki meja. Bayangan besar itu justru makin mendekatinya hingga Luki mengesot mundur. Detik selanjutnya, bocah itu sadar kalau dia tengah menduduki lantai yang basah. Gemetaran, Luki mengusap sekilas cairan kental dan amis di bawahnya. Di saat yang sama, salah satu penghuni yang terbangun langsung menyalakan lampu ruang tengah. Ketika akhirnya Luki melihat telapaknya berlumuran darah, bola matanya seketika berputar dan tubuh laki-laki itu ambruk tak sadarkan diri.

"Apa itu tadi?"

"Siapa yang teriak?"

"Luki?!"

Bagas mematung sekejap setelah melihat di mana Luki berbaring telentang.  Abe tidak sengaja menubruk punggungnya dan memberikan reaksi yang sama. Semuanya hampir tidak memercayai apa yang mereka lihat.

Banyak sekali bekas darah memercik, bahkan cairan merah gelap itu menggenang dan belum sempat mengering di bawah kaki Luki. Apalagi pada lantai seterusnya, mulai dari kepala Luki, terdapat bekas sesuatu diseret sampai ke jendela. Melihat bekas itu, sepertinya sesuatu yang mereka pikirkan merupakan pemilik genangan darah tadi.

Irene hendak melangkah menuju ke bekas darah itu berasal, namun Damar segera menahan lengannya. Wanita itu menoleh dan mendapati Damar memberikan isyarat kalau dia yang akan mengecek jejak mengerikan di jendela—siapa tahu ada bangkai atau bahkan mayat teronggok di sana.

Sementara Damar melangkah memeriksa, Susan membalikkan tubuh seraya membekap mulut—perutnya bergolak mual. Abe dan Bagas menghampiri Luki, mencoba menyadarkannya dengan menepuk-nepuk wajah laki-laki itu.

Tidak terlalu diperhatikan yang lain, Yanet melangkah maju menarik Logan mundur. Hal pertama yang mengejutkan gadis itu bukanlah warna pekat darah, melainkan posisi Logan yang berada di sana sejak awal.

"I did nothing," kata Logan menjawab pertanyaan tersirat Yanet.

Mendengarnya, Yanet langsung menghembuskan napasnya yang sempat tertahan akibat tegang. Cengkeramannya pada Logan dilepas. Kuku Yanet tadi menancap kuat pada kulit laki-laki itu hingga menciptakan bekas.

"Kenapa dia bisa berteriak lalu pingsan begitu?" tanya Yanet. "Dan darimana asalnya darah itu? Genangannya merah, dan bekas lainnya kecokelatan.. itu darah, tidak salah lagi. Baunya membuatku mual."

"Aku baru melihatnya waktu lampu dinyalakan," kata Logan. "Bocah itu tiba-tiba berteriak. Dia jatuh sendiri."

"Apa kita harus telepon polisi?" tanya Damar setelah memeriksa keluar jendela.

"Kamu menemukan sesuatu?" balas Irene penasaran.

"Jendelanya dicongkel. Sepertinya ada pencuri masuk."

When Marshmallow Meet Dark ChocolateWhere stories live. Discover now