6. Melted Marshmallow

Start from the beginning
                                    

"Lalu Chrysantee di mana?"

"Sudah tiga hari ini tidak kelihatan. Beritanya baru naik waktu Fara masuk."

Eva kebetulan melepas headset saat menata bukunya di dalam tas. Tidak sengaja dia menguping pembicaraan kerumunan anak-anak tidak jauh di depannya. Gadis itu sempat merenung mengingat sudah agak lama saat terakhir dia bicara dengan Tiara. Eva lebih sering tidak memedulikan persoalan Tiara, namun kali ini sepertinya bukan masalah sepele. Dia penasaran juga kenapa nama Fara disebut.

"Maaf, ada apa ya? Kok sepertinya heboh sekali," tanya Eva pada anak yang duduk paling dekat dengannya sekarang.

"Ah, benar. Kau kan teman Chrysantee ya?" balas anak itu cepat. "Bisakah kau tanya dia soal gosip itu? Katanya Chrysantee sengaja mendorong Fara sampai hampir tenggelam beberapa hari yang lalu."

"Dia.. mendorong Fara..?" Eva menggumam antara percaya dan tidak.

Anak tadi mengangguk. "Untung saja waktu itu ada Dheo yang menolong. Kalau tidak, Fara pasti tenggelam."

Tiara mendorong Fara sampai hampir tenggelam? Dan Dheo ada di sana? Juga siapa yang pertama kali menceritakan kabar itu sampai seisi kelas menggunjingkannya? Kalau di kelas itu juga heboh, bagaimana dengan kelas lain? Apa jangan-jangan seluruh sekolah tahu? Kalau sampai seisi sekolah tahu, kabarnya juga mungkin meluber keluar.

"Mungkin saja itu cuma gosip," kata Eva.

Anak di sebelahnya langsung menanggapi. "Dheo sendiri yang membenarkannya. Ada anak tenis yang bertanya."

Sempurna, batin Eva sedikit sebal sekaligus kasihan pada Tiara. Kalau Dheo sendiri yang jadi sumber kabar tidak mengenakkan itu, Eva bisa menebak penilaian Dheo pada Tiara sekarang. Laki-laki itu pasti membencinya. Dan kalau dugaan Eva benar, Tiara pasti sedang sangat kacau balau. Pasti itu juga alasan kenapa Tiara tidak masuk sekolah tiga hari ini.

Menyampirkan tas di bahunya, Eva bangkit berdiri kemudian melangkah keluar kelas yang masih ramai meski pelajaran usai. Gadis itu memilih menghampiri tempat sepi di balik perpustakaan lalu mengeluarkan ponselnya. Jari-jarinya mengetik nama Tiara pada kontak. Layar ponsel itu selanjutnya dia tempelkan ke daun telinga.

Sambungannya diangkat. Akan tetapi Eva tidak menerima tanggapan berupa suara.

"Ini aku," ucap Eva sembari mengernyit. Menunggu beberapa detik namun tidak kunjung mendapat respon, gadis itu kembali berkata. "Yeah, karena kau diam terus, aku simpulkan gosipnya benar. Hei, kau dengar? Aku selalu pura-pura tuli soal semua hal buruk dari media soal kau. Bukankah kali ini kau keterlaluan? Aku pikir setelah tahu kalau Fara sepupuku, kau akan bisa menahan diri. Ternyata tidak."

Eva makin kehabisan kata-kata karena Tiara sama sekali tidak membalasnya. Kenapa gadis itu sama sekali tidak berpikir kalau Eva mungkin saja akan luluh jikalau Tiara setidaknya berusaha menyangkal atau mengakui kesalahannya?

"Aku tidak tahu lagi, Tiara..," gumam Eva setelah mendesah keras. "I give up on you." Setelahnya, gadis itu lantas memutus sambungan.

***

Baru kemarin—tepatnya dua hari setelah kejadian yang membuat traumanya kembali—kesadaran Tiara berangsur pulih. Gadis itu mengenali kamarnya sendiri, di mana sekarang dia menarik selimut ranjangnya lalu membalut tubuhnya demi mengusir dingin. Samar, dia juga bisa mendengar suara Gladys yang beberapa kali menelepon. Terdapat dua kata yang membuat Tiara bisa memahami situasi seketika: jadwal dan batal. Meski tidak menyukai makna kata-kata Gladys, Tiara tidak bisa berbuat apa-apa.

Gadis itu meraih ponselnya dari atas meja loker. Ponsel itu sudah tiga hari mati. Ketika dia mengaktifkannya kembali, ada banyak sekali pemberitahuan di beberapa aplikasi media sosial. Tiara ingat apa yang telah dirinya perbuat. Dia tidak heran. Beberapa web murahan bahkan mulai menyebarkan gosip dangkal tentangnya.

When Marshmallow Meet Dark ChocolateWhere stories live. Discover now