Dua puluh empat

120 7 0
                                    

"Yo, kamu baik-baik aja kan?" tanya Citra. "Daritadi diem terus."

"Aku? Aku gapapa ko." ucap Gio.

"Aku mau pulang, udah sore takut Ayah nyariin. Anterin aku, ya ya ya." ucap Citra dengan senyum mengembang di wajahnya.

Gio terkekeh sambil mengusap kepala Citra. "Yaudah, yuk."

Dengan semangat, Citra segera menarik tangan Gio menuju ke motornya. Memori beberapa bulan pun seperti berputar kembali. Mereka berdua bercanda seolah-olah tak pernah ada perpisahan yang terjadi diantara mereka. Layaknya masih sepasang kekasih.

Namun, ada sesuatu yang mengganjal di hati Gio. Hatinya selalu teringat Alin.

Dalam benaknya dia merapalkan ribuan kata maaf. Namun, dia tidak bisa mengelak bahwa jauh di lubuk hatinya, dia masih tidak bisa menerima kepergian Citra begitu saja.

***

Alin terburu-buru untuk memasuki rumah. Dia berjanji kepada Bundanya untuk tiba dirumah saat sore. Namun, dia baru tiba di rumahnya saat matahari telah tenggelam beberapa puluh menit yang lalu, dan langsung mendapat sambutan dari Bundanya. "Ko, jam segini baru pulang sih Lin? Tadi izinnya apa coba sama Bunda?"

"Bun, maafin Alin ya. Tadi Alin terlalu asik bercanda sama temen-temen jadi lupa waktu. Maaf ya Bunda, janji deh ga gitu lagi." ucap Alin memohon kepada Bundanya. Bahkan, telapak tangannya saja sudah saling menempel dan diangkat sampai setara dengan dagunya membentuk sebuah tanda permohonan.

"Inget, lain kali ga boleh gitu lagi." ancam Bunda.

Alin langsung tersenyum gembira.

"Oh iya, tadi ada Gio ke rumah, nyariin kamu tuh. Tapi kamunya belum pulang. Gio udah bilang sama kamu kalo tadi dia kesini?" ucap Bunda.

Alin menyerit bingung. Sepertinya Gio tak membuat janji ingin berkunjung kerumah. "Masa sih Bunda? Dia ga bilang apa-apa sama Alin." ucap Alin.

"Kamu tanya aja ya sendiri sama orangnya. Bunda ngantuk nungguin kamu. Bunda tidur ya, jangan lupa kunci pintunya." ucap bunda sambil berlalu di hadapan Alin.

Segera saja Alin mencari sebuah benda yang berbentuk persegi panjang itu. Dia lupa kalau dari tadi dia mematikan ponselnya. Dia mencarinya kesana kesini sampai akhirnya dia menemukan benda tersebut.

Dia menyalakannya, beberapa notifikasi langsung terpampang di layar. Dan ada satu notifikasi yang menarik perhatiannya.

From : Gio
Lin, tadi aku kerumah kamu. Tapi kamunya ga ada. Maaf ya, kemarin hp aku lagi di service dan baru bisa ngabarin kamu. Aku juga sibuk sama pertandingan basket yang aku ceritain waktu itu.

Alin mendecak sebal. Dia mulai merasa perubahan sikap Gio kepadanya. Berbeda saat sebelum mereka pacaran.

Dia menghela nafasnya dan membalas pesan dari Gio tersebut.

To: Gio
Iya gapapa ko. Selama kamu disana sehat dan ga kenapa-napa aku juga udah seneng.

Alin merebahkan dirinya diatas kasur sambil menyalakan radio. Hari ini, suasana hatinya berubah menjadi suntuk.

Kau berubah, semakin jauh.
Sudah tak mencintaiku, lagi.

Kapan lagi kau puji diriku seperti saat engkau mengejarku.

Ketika Pelangi Telah PergiWhere stories live. Discover now