Sebelas

218 32 1
                                    

Raihan mengajak Gio untuk ke koridor yang lumayan sepi dan jarang di lewati oleh siswa lainnya. Berhubung kantin penuh, dan sangat tidak mungkin mereka membicarakan hal ini di kantin yang ramai.

"Ada apaan sih?" tanya Gio

"Gue mau cerita nih, jangan kaget ya." ucap Raihan.

Saat Gio menganggukan kepalanya, Raihan pun menarik nafas panjang, bersiap untuk melanjutkan ceritanya.

"Gue ketemu Citra."

"Hah?" Gio terkejut mendengarnya. Dia mnyeritkan keningnya di hadapan Raihan.

"Baru di bilang jangan kaget." Raihan memutar bola matanya.

"Tapi, lo ngeliat dimana? Gue udah dua bulan coba buat hubungin dia, tapi ga pernah ada kabar." ucap Gio

"Kalo lo nyarinya cuma sekitar kota ini doang, lo salah besar yo."

"Maksud lo?"

"Dia bukan ada di sini, dia di kota lain. Inget waktu gue izin sekolah waktu itu?"

"Gue liat dia yo, gue bisa pastiin itu dia." ucap Raihan.

"Jadi, dia ada disana?" ucap Gio.

"Yap. Dia di sana sama cowo barunya, gue sengaja buat ngikutin dia. Yo, gue bukan pengen buat lo tambah kalut. Tapi gue cuma pengen bilang apa yang gue liat. Lo boleh ga percaya sama gue, itu semua yang gue liat. Lo temen gue dari dulu, ga mungkin gue diem aja liat kenyataan yang kaya gitu. Sekarang, lo tenangin diri lo dulu. Gue cabut ya." ucap Raihan seraya menepuk bahu Gio.

Astaga..

***

Sore ini, Alin dan bundanya sedang berjalan-jalan di pusat perbelanjaan di kotanya. Mereka memiliki sedikit waktu luang untuk membeli keperluan mereka. Karena, tidak seperti biasanya mereka memiliki waktu luang seperti sekarang ini. Oleh karena itu mereka sangat menikmati waktu mereka yang sangat berharga ini.

"Bun, abis ini kita langsung pulang aja ya. Alin cape banget nih. Betis Alin juga udah pegel banget ini. Laper pula." keluh Alin, sambil mendorong trolley.

Bundanya hanya menggeleng-geleng kepalanya.
"Aduh, anak bunda banyak ngeluhnya."

"Tapi bener bun, pegel."

"Yaudah, kita pulang sekarang aja deh yuk. Kayanya ini juga udah cukup."

"Akhirnya..." ucap Alin lega.

Dengan semangat Alin mendorong trolley tadi ke arah meja kasir untuk membayar belanjaan yang mereka beli.

Bunda dan Alin pun mengantri di depan meja kasir itu. Suasana pusat perbelanjaan di sore hari seperti ini memang sedikit penuh. Jadi mereka harus extra sabar untuk mengantrinya.

Beberapa menit kemudian, giliran mereka pun tiba. Mereka menaruh barang belanjaan itu diatas meja kasir. Setelah trolley itu kosong, dia pun mendorongnya ke depan. Pandangan Alin pun menjadi ke arah depan. Dia melihat orang itu. Alin benar-benar terkejut.

Bukan sekedar terkejut saja, dia juga malas bertemu kedua orang ini. Apakah sudah tertebak siapa dua orang itu?

Yap, Sisil dan Niko.

Sungguh, Alin benar-benar jengah.

Kenapa sih, ketemu lagi sama kedua orang itu? Kenapa juga dunia mesti sesempit ini?

Lihatlah, betapa Sisil menggandeng tangan Niko dengan eratnya. Semua orang yang melihatnya pun pasti memandang mereka dengan malas.

Aduh cepet cepet pergi ke mereka.

"Lin? Kamu kenapa sih? Bengong aja Bunda liatin. Ayo dong bantuin Bunda." ucap Bunda mengaggetkan Alin.

"Eh.. Iya Bunda." ucap Alin

Biar gue aja kali ya yang cepet cepet pergi. Males banget liatnya.

***

Hai semua, maaf aku update lama dan ceritanya pendek banget gini.
Maklum, sudah kembali sekolah dan udah ada tugas-tugas.

Terima kasih untuk kalian yang masih setia buat baca cerita ini.

Yang sudah baca, aku minta tolong tinggalkan jejak ya. Entah itu vote atau comment. Jika kalian punya saran, tinggalkan saja di kolom komentar. Terima kasih

Ketika Pelangi Telah PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang