Sepuluh

242 32 1
                                    

"Tante Rika belum pulang?" tanya Melia saat dia masuk ke dalam rumah Alin.

"Belum. Biasalah sibuk." Jawab Alin

"Eh eh, ceritain dong cowo yang tadi itu siapa?" selidik Melia.

"Temen" ucap Alin singkat.

"Aliin!!"

"Oke oke fine aku ceritain"

Alin pun menceritakan setiap kejadian yang dilaluinya dengan Gio. Dia bercerita panjang lebar. Melia mendengarkan setiap cerita yang keluar dari bibir Alin dengan seksama, juga memahami bagaimana cara Alin menceritakan cowok yang belum lama ini dia lihat keliar dari rumah sepupunya itu.

"Oh jadi gitu ceritanya." ucap Melia saat Alin mengakhiri cerita panjangnya itu.

"Kamu suka dia yaaa?" ucap Melia lagi setengah meledek.

"Ih apaan sih mel" elak Alin.

"Ketauan tau dari cara kamu cerita tentang dia."

"Terlalu dini mungkin ya kalo aku bilang, aku suka dia. Aku cuma tertarik aja. Dia keliatannya baik" ucap Alin.

"Yang keliatan baik belum tentu baik loh, yang keliatannya jahat juga belum tentu jahat. Jangan liat sesuatu dari keliatannya aja. Dulu, saat kamu cerita tentang mantan kamu, kamu juga bilangnya dia baik. Nyatanya?" ucap Melia.

"Iya mangkanya mel, aku ga berani mastiin perasaan aku sendiri. Aku takut jatuh, dan terjebak karna aku ga punya sandaran untuk aku bangkit dan berdiri." ucap Alin

"Aku ga larang kamu suka sama dia lin, coba aja telusuri sikap dia kedepannya gimana. Kalo emang ternyata dia baik, kamu pantes ko sama dia. Aku juga dukung kamu buat nemuin kebahagian kamu." ucap Melia

"Tapi aku juga baru kenal sama dia, apa dia sama tertarik sama aku kaya aku tertarik sama dia? Apa dia udah punya seseorang yang membuatnya tertarik? Atau bahkan dia udah punya seseorang yang membuatnya terikat?" ucap Alin frustasi.

Melia tersenyum sesaat.

"Biarin aja semuanya mengalir, ga perlu terbebani sama pikiran dan pertanyaan yang ga penting. Kalau kamu terus terbebani sama pikiran tadi, akan muncul lagi pertanyaan lain."

"Iya aku ngerti ko, makasih ya mel." Alin memeluk Melia.

"Iya Lin, iya. Ohiya udahin dulu nih sesi mellownya aku bawa oleh-oleh buat kamu. Aku kemarin abis dari Bandung." kata Melia sambil mengeluarkan papper bag untuk memberikannya kepada Alin.

Disaat itu, Alin langsung berdecak pinggang.

"Wahh wahh. Jalan-jalan ga bilang. Pantes aja rumah selalu sepi."

"Hehe maaf. Biasa ayah ditugasin mendadak. Ini aja aku pulang bareng bunda aja. Ayah masih sibuk katanya." ucap Melia.

"Oh gitu, terima kasih ya. Kita ke kamar aku aja yuk, kamu pasti cape. Ngobrolnya lanjutin di sana aja."  Alin menarik tangan Melia untuk mengikutinya.

"Boleh, yuk."

***

Senin adalah hari yang paling tidak di sukai oleh para siswa. Karena hari senin jauh dari weekend.

Senin pagi, Gio sudah siap berangkat dengan motornya. Pagi ini, dia sengaja membawa motor ke sekolahnya. Karena akan ada latihan basket nantinya.

Tak lupa dia memasukan segala keperluannya ke dalam tas. Dia mengambil kaus olahraga itu. Tiba-tiba saja dia ingat Alin. Seoarang wanita yang berhasil mengusik hatinya akhir-akhir ini.

"Gio, cepetan. Udah siang." teriak mamanya.

"Iya mah, sebentar."

Dia segera memasukan kaus itu kedalam tasnya. Dia segera keluar dari kamarnya.

"Mah, gio berangkat ya."

"Hati-hati."

Gio segera melajukan motornya, untuk berangkat ke sekolah.

***

Pagi ini sekolah sudah terlihat agak ramai. Sudah banyak murid yang telah sampai disekolah. Termasuk Gio. Dia pun melangkahkan kakinya menyusuri koridor sekolah.

"Selamat pagi." ucap seseorang dari arah belakang Gio.

Gio pun menoleh dan melihat kawannya -Raihan disana.

"Sengaja gua ucapin gitu. Tau ko gua lo jomblo, ga ada yang ucapin selamat pagi." lanjut orang itu.

"Sialan lo!" ucap gio.

"Aduh, sensi amat. Tersinggung dikit aja langsung tancep gas."

"Raihan, mending lo diem sebelum bogeman ganteng gue pagi ini mendarat di muka lo yang kurang ganteng itu." ucap Gio sambil menaikan sedikit salah satu ujung bibirnya. Membentuk senyuman paksaan disana.

"Yee, ngambek dia. Duuh gue peluk juga nih."

"Han." ucap Gio

"Iya iya. Yo, gua mau ngomong something sama lo. Empat mata bisa? Ada yang penting nih, sekarang serius. Kantin yuk." ucap Raihan

"Boleh"

***

Haii.

Ketika Pelangi Telah PergiWhere stories live. Discover now