Sembilan belas

160 21 0
                                    

Aku gatau harus mulai dari mana ngungkapinnya, aku terlalu bingung untuk menentukan perasaanku sendiri.

But now,

Aku mungkin sudah sadar dengan apa yang aku rasakan sekarang

Dan sekarang, aku ingin mengatakan bahwa

Rachel,

I Love You.

And

Would you be mine?

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Yo, ini...?" tanya Alin tak percaya.

"Gue suka Lin sama lo, dari mulai pertama kita ketemu. Dari cara lo melihat dengan mata lo yang berbinar, dari cara berbicara lo yang apa adanya. Gue suka, bahkan lebih dari itu. Gue gatau harus gimana ngungkapinnya. Ini emang ga seromantis film-film dan novel-novel romantis. Tapi, gue yakin ini tulus."

Dia sempat terdiam mengumpulkan nyali untuk kembali bersuara. Menarik nafas panjang memantapkan segalanya.

Gio menatap mata Alin dengan pandangan yang sulit diartikan oleh Alin.

"Lin, pacaran yuk" ucap Gio.

Alin menatap Gio.

"Yo?"

"I swear, I'll never let you down. Like, he let you down before." ucap Gio.

"Lin?" Panggil Gio

Alin terdiam, terpaku. Lidahnya benar-benar kelu. Berbicara saja rasanya susah. Alin tidak tau harus berbuat apa.

Sedetik,

Lima detik,

Sepuluh detik,

Lima belas detik

Gio menarik nafas panjangnya. Mengambil kesimpulan dari semuanya.

"Gue ga maksa lo ko Lin." ucap Gio akhirnya. Dia menggaruk tengkuk kepalanya, lalu pandangannya beralih dia menatap jam yang melingkar di tangan kirinya.

Jam sudah menunjukan pukul 22.00 malam. Hari sudah semakin larut.

"Gue pulang dulu deh Lin kayanya udah malem dan udah waktunya untuk lo istirahat hari ini, terima kasih untuk malam ini. Dan maaf karena pernyataan gue ngebuat suasananya menjadi canggung." ucapnya sambil menatap Alin dengan senyum kecut.

Gio memakai helmnya kembali dan ingin menyalakan motornya.

"I believe you Yo,"

Alin mengatakannya benar-benar sedetik sebelum Gio menyalakan motornya.

Gio menoleh, menatap Alin tak percaya. Dia mencoba mengingat-ingat apakah dia memiliki kesalahan dalam pendengaran.

"I believe you, Argio." ulang Alin.

"Jadi, kamu nerima aku?" tanya Gio.

Alin hanya mengangguk pelan.

Gio tersenyum penuh kemenangan.

"Kenapa ga bilang daritadi sih? Deg degan tau ga disaat kamu diem aja ga nanggepin omongan aku." Gio turun dari motornya, menghampiri Alin.

"Aku ga tau harus gimana ngejawabnya." ucap Alin.

"Aku.. cuma kaget aja, aku ga nyangka kamu bakal ngelakuin ini. Aku terlalu terkejut, aku..."

"Terima kasih" ucap Gio memotong ucapan Alin.

Alin mengangguk tersenyum. Dan Gio pun membalasnya dengan senyuman hangatnya.

"Ya udah, masuk gih. Udah malem. Aku pulang dulu ya"

"Iya, hati-hati." sesaat sebelum Alin berbalik dia melambaikan tangan kepada Gio. Gio mengacak rambut Alin pelan. Lalu pergi meninggalkan rumah Alin.

Alin menatap punggung Gio yang lama kelamaan sudah tidak terlihat lagi. Dia merasakan jantungnya berdegup kencang.

***

Dia berjalan ke kamarnya, berbaring diatas ranjang sambil menatap langit-langit di kamar. Mengambil sebuah boneka, memeluknya. Sungguh, dia tidak pernah menyangka bahwa hari ini menjadi hari yang sangat istimewa untuk dirinya. Alin mencubit pipinya. Dan untungnya terasa sakit, yang berarti ini semua bukan mimpi.

Jangan bangunkan Alin dari mimpi indah ini ya bunda. Alin pengen lama lama dimimpi indah kaya gini.

Tiba-tiba ponselnya berdering, memecah lamunannya. Dia segera mengambil ponselnya yang berada dalam tas.

ArgioRakaS
Selamat malam princess, Sleep Tight:)

Alin diajak terbang hari ini. Bahagianya. Dengan cepat, dia langsung membalas pesan itu.

Rachel.Alinsn
Selamat malam juga my prince:)

Have a nice dream.

Saatnya untuk tidur nyenyak dan mimpi indah. Dia segera mematikan lampu, menarik selimut dan terlelap sambil tersenyum.

***

Oke, sampai disini dulu ya. Tunggu kisah selanjutnya dari Alin dan Gio.

Jadilah pembaca yang bijak💕

Ketika Pelangi Telah PergiOn viuen les histories. Descobreix ara