Delapan

267 34 2
                                    

Alin menghabiskan minggu pagi dengan mendengarkan musik dikamar. Tidak ada yang dilakukannya di rumah.

Bundanya telah berangkat kerja sejak sejam yang lalu. Walaupun ini hari minggu, tetap saja Bunda masih sibuk bekerja. Tapi, Alin tak pernah mempermasalahkannya. Baginya, Bunda tetap sayang kepada Alin. Dia sibuk seperti itu juga karena untuk mencukupi kebutuhan Alin.

Merasa bosan di kamar, dia matikan musik itu lalu beranjak dari tempat tidur menuju ke luar rumah. Alin menuju rumah disamping rumahnya, Melia. Alin sering menghabiskan hari minggunya di rumah Lia. Lia adalah sahabat sekaligus sepupunya yang paling baik. Keluarga tante Ana, ibu Lia sangat baik kepada Alin. Mereka menerima Alin layaknya anak mereka sendiri.

Sesampainya Alin di rumah Lia, dia melihat rumah sangat sepi dan pagarnya dikunci. Pertanda tak ada orang dirumah. Akhirnya Alinpun kembali pulang kerumah dan masuk ke kamarnya lagi.

Alin memandangi setiap sudut kamarnya. Lalu, pandangannya beralih ke meja kecil dekat kasurku. Dia melihat ada surat dari ayah. Merasa penasaran, dia pun membuka dan membacanya.

For my daughter

Rachel,

Hello, how are you rachel? Kuharap kau baik-baik saja. Lama rasanya kita tidak berjumpa. Maafkan Ayah yang tidak pernah berkunjung ke Indonesia. Apakah kau merindukan ku? Disini aku sangat merindukanmu

Terakhir kali melihatmu, kau masih dalam gendonganku. Kau masih bermanja-manja denganku. Anak manis yang selalu riang dan ceria. Tapi mungkin, kini kau telah tumbuh menjadi anak yang cantik dan dewasa sama seperti bundamu.

Sudah bertahun-tahun lamanya aku tinggal disini. Hal yang perlu kau ketahui adalah meskipun kita telah berjauhan, hatiku tetap menyayangimu. Melihat anaknya tumbuh itu adalah hal yang pasti dialami setiap orang tua, tetapi itu merupakan impian terbesar dalam hidupku.

Meninggalkanmu, adalah hal yang paling menyiksa dalam hidupku. Sungguh, kalian berdua adalah wanita yang paling aku cintai di dunia ini selain nenekmu.

Nenekmu,
Saat saat terakhir nenekmu, dia berkata bahwa dia sangat ingin menemui dan memeluk cucunya untuk meminta maaf kepadamu. Tetapi, waktu berkata lain. Nenekmu meninggal dua hari yang lalu sebelum aku menulis surat ini untukmu. Dia meminta maaf kepadamu dan juga Bundamu. Dia sangat menyesal telah memisahkan kita. Maafkan lah dia sayang. Maafkan Ayah juga yang tidak pernah berani untuk cerita bahwa kini beliau sudah menjadi seorang nenek. Ayah memberitahunya saat nenekmu masuk rumah sakit sebulan yang lalu.

Ketika Pelangi Telah PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang