Empat belas

214 32 0
                                    

Sesuai dengan janji yang telah dibuat, kini Alin sedang menunggu di depan halte sekolah.

Jam sudah menunjukan waktu saat siswa-siswi pulang sekolah. Setelah beberapa saat kemudian dari arah barat, muncul seorang laki-laki yang ditunggu oleh Alin.

"Lama ya nunggunya? Maaf ya, tadi ada keperluan dulu sedikit." tutur orang itu, orang yang sedari tadi Alin tunggu -Gio.

"Nggak ko, ga terlalu lama. Gue juga baru ada disini." ucap Alin.

"Yaudah yuk, berangkat."

"Kita mau kemana? Lo ga ada niat buat nyulik gue kan?"

"Udah ikut aja, mau gue tunjukin sesuatu."

Alin menatap Gio dengan tatapan menyelidik, namun dia tidak banyak bertanya lagi dan langsung menaiki motor Gio.

***

Mereka akhirnya sampai di suatu restoran.

"Mau pesen apa?" tanya Gio

"Samain aja deh, kaya lo." jawab Alin.

Gio langsung memanggil seorang pelayan wanita, dan memesan pesanannya.

"Makan disini, berasa kaya makan di pedesaan gitu ya"

Alin menatap seluruh penjuru restoran. Terlihat sawah buatan dengan kolam ikan ditengahnya. Mereka duduk di sebuah saung di temani alunan melodi tradisional.
Alin benar-benar suka restoran bernuansa pedesaan seperti ini.

"Ya begitulah, dulu gue sering diajak ke sini sama bokap gue. Tapi, baru kali ini lagi bisa sempet kesini."

"Oh ya? Terus kenapa sekarang udah ga pernah kesini lagi?"

"Bokap gue udah ga bisa makan disini lagi, udah tenang." ucapan Gio membuat Alin tertegun.

"Maaf ya, gue gatau."

"Santai aja lagi." ucap Gio sambil tersenyum.

Dia bergumam, walaupun dia dan ayahnya terpisah jauh sekali. Namun, ayahnya masih ada disini. Setidaknya, masih ada di dunia yang sama. Alin tidak dapat membayangkan jika ayahnya benar-benar pergi untuk selamanya. Mungkin yang tersisa hanyalah sebuah penyesalan. Bahkan menghabiskan waktu bersama pun belum pernah.

"Bahkan, bokap gue pernah bilang kalo kita punya tempat spesial kita juga harus ngajak orang spesial yang kita miliki saat ini ke tempat itu. Supaya, tempat itu jadi makin spesial. Tempat ini spesial buat gue, ada cerita tersendiri di tempat ini."

Entah dari mana kupu-kupu itu berasal, tapi Alin merasa di hatinya dihinggapi ribuan kupu-kupu terbang. Semburat merah, menghiasi pipi tirus Alin.

Tak lama kemudian, pesanan mereka pun datang. Mereka langsung melahap makanan itu, sambil bercerita dan tertawa.

***

Keesokan paginya, Alin bangun dengan wajah sumringah. Sepertinya tadi malam dia sedang bermimpi indah.

Dia membuka layar handphone miliknya. Terlihat foto sepasang laki-laki dan perempuan sedang tersenyum disana. Dia memastikan, bahwa di layar handphonenya benar-benar terpasang foto Gio disana. Dan memastikan bahwa hari kemarin, bukanlah sebuah mimpi belaka.

Dan ternyata itu bukanlah sebuah mimpi. Betapa senangnya hati Alin.

Terdengar suara ketukan dari pintu kamarnya. Dengan semangat, dia membuka pintu kamar itu.

"Selamat Ulang Tahun Alin."
Ucap Melia,Bunda dan Tante Ana.

Alin hanya terkejut melihat kejutan yang disiapkan orang tersayangnya untuk Alin. Bahkan, dia benar-benar lupa hari ulang tahunnya sendiri.

Seperti biasanya, mereka merayakan ulang tahun itu secara kecil-kecilan.
Tak lama kemudian terdengar bunyi bel.

"Biar Lia aja yang buka pintunya."

Melia berjalan kearah pintu, dan terlihat seperti sedang berbicara dengan orang yang memencet bel tadi.

"Aliinn!! Ada paket." ucap Melia.

"Paket?" Alin menyeritkan dahinya.

Alin menghampiri kotak yang ukurannya agak besar. Dia segera membuka kotak itu dengan rasa penasaran yang menyelimuti hatinya.

Ternyata sebuah boneka berukuran besar, dengan sebuah pigura di dalamnya.

Dia melihat pigura itu, terpampang foto dirinya yang masih kecil yang sedang di gendong oleh bundanya.

Terdapat suatu surat disana. Alin pun membacanya.

Happy Birthday My Daughter,
Rachel Alinson.

Cuma ini foto tersisa yang ayah punya, foto di saat kamu masih kecil.
Ayah yakin diumurmu yang sudah semakin besar ini, dirumu semakin cantik. Semoga diumur yang sudah dewasa ini, kamu semakin pandai dan dewasa. Dan semoga saja impianmu menjadi seorang arsitek terwujud. Jangan bertanya ayah tahu itu dari mana oke?

Salam untuk Bundamu.

"Ini dari ayah, bunda." ucap Alin menunjuk kotak itu.

"Oh ya? Itu tandanya ayah kamu ga pernah lupa sama ulang tahun kamu, buktinya setiap tahun dia selalu ngasih kado kamu." ucal Bundanya

Alin hanya terdiam, tidak menjawab sepatah katapun. Dia pergi ke kamar, dan membawa kotak berisi boneka dengan pigura yang tadi. Dia memjang pigura itu di kamarnya dan menaruh boneka ditempat tidurnya.

***

Sudah baca jangan lupa tinggalkan jejak:)

Terima kasih yang masih mau baca.



Ketika Pelangi Telah PergiWhere stories live. Discover now