Chapter 25 - Pengakuan

399 20 0
                                    

Selamat Membaca! :D

***

“Apa yang kau lakukan? Kenapa kau justru ingin membawaku padanya?”

Jerry tidak berkata apa pun. Ia sibuk dengan kontak mobilnya. Mesin menyala dan mobil melaju meninggalkan rumah Jerry di belakang kami. Ia tidak memberitahuku hendak pergi ke mana. Tapi tujuannya jelas menemui Charly! Ini terasa sangat gila! Ia malah berniat menemui pria itu, sementara aku yang lebih dulu mengetahuinya memilih menjauh. “Ini gila! Ini benar-benar gila! Jerry, HENTIKAN MOBILNYA!”

“Tidak, kita harus bertemu dengan pria itu. Aku harus memastikan sesuatu. Dan kupikir ini adalah saat yang tepat untuk memukuli wajahnya. Terserah apa yang akan ia lakukan padaku nanti, yang jelas kita harus menemuinya.”

“Kau gila! Aku tidak mau ikut! Turunkan aku di sini, Jerry!”

“Tidak!” serunya tidak kalah keras padaku.

“Kau jangan ceroboh, Jerry! Aku tidak ingin sesuatu terjadi pada kita. Dia bahkan bisa saja membawaku pergi dengan wujud hyena-nya. Kita tidak tahu apa yang ada dalam hatinya.”

“Dia menciummu, Jun! Sialan! Makhluk itu sudah menciummu!” Jerry membuang wajahnya ke jalanan di depan kami. “Apa kau tidak merasa bahwa dia sedang mencoba menarik perhatianmu agar kau lebih mudah didekati?! Dan saat dia berhasil mendekatimu, dia akan membawamu pergi bersamanya!”

Tidak ada kata dariku. Mobil berbelok di pertigaan jalan.

“Aku harus memperingatkannya!”

“Tapi dia bukan manusia, Jerry!” teriakku pada Jerry. Kuharap ia menyadari apa yang sedang dilakukannya.

Jerry menatapku sekilas. Rahangnya masih saja mengeras. Ia tampak benar-benar murka.

“Kita akan ke mana?” tanyaku sedikit bernada pasrah.

“Kita akan melihat-lihat di sekitar rumahmu. Aku yakin dia belum tahu kau pindah.”

“Aku tidak mau! Polisi-polisi di sana akan mencurigai kita sedang memata-matai rumahku.”

Jerry berhenti di depan rumah salah seorang tetanggaku. Ia turun dan mengunciku di dalam mobil. Sebenarnya apa ia tidak tahu bahwa aku punya trauma baru dengan dikunci sendirian di dalam mobil?

Jerry terlihat berbincang pendek dengan Mrs. Edellaine. Ia kembali ke mobil dan menatapku sesaat. “Dia bilang dia melihat seseorang seperti yang kuceritakan beberapa jam lalu. Aku tanya apa ia memakai jeep, dan ia menjawab ya. Charly pasti masih di sekitar sini. Kita tunggu saja, Jun!”

“Tidak!” Aku melirik jam kecil yang terpasang pada dashboard di depan kami. “Kita harus berangkat kuliah sekarang, Jerry!”

“Persetan dengan kuliah kita! Ada yang lebih penting dari ini. Apa kau tidak merasa bahwa ini menyangkut masalahmu juga?! Kita akan menunggunya di sini. Lagi pula kita hanya berdua di rumah. Tidak akan ada yang tahu kita pergi.”

“Jerry!” sentakku di depan wajahnya. “Aku akan pergi sendiri saja! Aku tidak ingin bertemu dengan pria itu!”

Aku membuka pintu mobil dan berniat keluar. Tapi terlambat. Jerry menarik tanganku. Tubuhku condong ke arahnya, dibarengi ia yang perlahan mendekatiku. Kami sangat dekat, sampai-sampai bisa kulihat guratan kasar tidak beraturan di iris matanya. Di mata abu-abunya.

“Apa kau juga tidak menyadari kenapa sikapku begini, Nona Patricia Juney Atherton?” Jerry meletakkan tanganku di depan dadanya. Sedikit kurasakan detak jantungnya. Matanya berkaca-kaca saat menatapku.

Aku speechless.

“Apa kau juga tidak menyadari bahwa aku menyukaimu sejak lama? Jauh sebelum aku mengenal Whitney?”

Sukses. Jerry sukses membuatku tidak bisa berkata-kata.

Wajahnya mendekat padaku. Dan sekejap saja bibirnya sudah mendarat di bibirku. Gila, ia benar-benar menciumku! Untuk pertama kalinya ia melakukan itu padaku. Untuk beberapa detik aku diam dan terkejut dengan apa yang ia lakukan. Setelah itu aku lepas darinya. Bibirnya, genggaman tangannya, dan tentu saja mobilnya. Aku pergi meninggalkannya sendirian di dalam sana. Ia tampak tidak rela melepaskanku yang baru saja dibuat syok setengah mati olehnya.

Jadi Jerry menyukaiku?
Dan semua ini menjelaskan semuanya? Tentang sikap protektifnya padaku. Tentang sikap manjanya padaku. Tentang uluran bantuannya selama ini. Tentang kedekatan kami. Tentang… semua yang telah ia lakukan untukku dengan cuma-cuma. Apa ini karena dia menyukaiku selama ini? Bahkan jauh sebelum ia mengenal Whitney? Ini gila! Sungguh, ini benar-benar gila!

Langkah kakiku membawaku di persimpangan dekat rumah. Aku menyetop taksi dan meminta si sopir mengantarku ke rumah Jerry. Bagaimana pun aku harus berangkat kuliah. Aku tidak bisa membiarkan daftar hadirku terisi dengan coretan alpha di sana. Tidak peduli dengan apa yang terjadi, tidak peduli bagaimana suasana hatiku. Aku tidak boleh mengecewakan Mom.

Tidak makan banyak waktu untuk tiba di rumah Jerry. Sesaat setelah aku sampai di depan rumah Jerry, kulihat mobil sport merah Jerry sudah terparkir di sana. Jelas ia lebih dulu sampai sini. Ia pasti lewat jalan pintas di utara rumahku.

Aku membayar biaya taksi yang kutumpangi. Aku turun sambil bersyukur dalam hati karena di saku celanaku kebetulan ada uang pas untuk membayarnya. Aku berjalan pelan menaiki beberapa anak tangga di depan pintu utama rumah Jerry. Aku memutar gagang pintunya. Pintu tidak terkunci. Aku masuk dan cukup heran karena aku tidak melihat sama sekali batang hidung bocah itu hampir di setiap sudut rumah. Suasana terasa sepi. Tidak ada bedanya saat aku sedang di rumah sendirian. Kulanjutkan melangkah menuju kamar Jerry. Bukan maksud untuk mencarinya, tapi buku-buku, tas, dan pakaianku ada di dalam sana selama beberapa hari belakangan. Aku segera mengambil tas dan buku materi kuliahku hari ini. Aku berganti baju dan bergegas meninggalkan kamar Jerry.

Kakiku sampai di lantai dasar rumah Jerry saat ia memanggilku pelan dengan suara beratnya. “Juney…”

Aku menoleh pada suara itu. Jerry di sana. Ia memakai kemeja dan celana denim panjang favoritnya. Juga sebuah tas terselempang malas-malasan di bahu kanannya. Ia memakai kacamatanya lagi setelah sekian lama meninggalkan benda itu di sudut meja kamarnya.
“Aku tidak bisa membiarkanmu keluar tanpa pengawasan dariku. Aku tidak ingin kehilanganmu seperti aku kehilangan Whitney. Tidak lagi.” Ia berjalan ke arahku yang masih lagi-lagi heran dengan sikapnya. “Maafkan sikapku, Jun… Aku tidak berpikir panjang.”

Apa maksud dari permintaan maafnya? Apa karena ia baru saja menciumku atau ia sudah memaksaku bertemu dengan Charly yang meskipun tidak benar-benar terjadi?

Kami akhirnya berangkat bersama dengan aku menumpang mobil Jerry. Waktu terasa begitu lama hanya untuk sampai di kampus meskipun Jerry mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Suasananya? Jangan ditanya, sudah pasti sangat canggung. Kesadaranku terus saja mengingatkanku bahwa, “Hey, seseorang bernama Jerry, yang juga sahabat kecilku baru saja menciumku. Dan dia bilang dia menyukaiku!”

***bersambung***

Jangan lupa vote dan comment yaa... (^_^)/

The Protecting Blood Where stories live. Discover now