Chapter 21 - Tragedi

485 19 0
                                    

Selamat Membaca! :D

***

Aku menoleh dan mataku menangkap dua orang pria bertubuh kekar sedang berdiri di batas ruang tengah dan ruang tamu. Mereka memiliki kunci mobilku!

Whitney bersembunyi di balik punggungku. Tanpa berpikir aku sudah tahu bahwa mereka adalah dua orang itu. Mereka baru saja masuk ke rumahku! Sialan!

"Dia lebih cantik dari dugaanku, Ron," kata pria yang memakai topi hitam dan jaket kulit lusuh. Ia tidak henti menatapku dari ujung kaki sampai ujung kepala. Sejauh ini Whitney benar. Mereka tampak kuno. Gaya busana mereka mirip Charly saat pertama aku bertemu dengannya.

"Patricia Juney Atherton..." Pria satunya, yang mengenakan bandana akhirnya bersuara. Namaku terdengar menjijikkan ketika pria itu mengucapkannya. "Jadi itu namamu ya, Gadis Manis..."

"Jangan ganggu kami!" ancamku dengan beberapa sisa keberanian yang masih kumiliki.

"Oh! Tidak, tidak. Kami tidak akan mengganggu kalian..." kata Si Bandana sambil berjalan perlahan mendekatiku. Senyumnya licik, membuatku semakin membenci pria itu.

"Berhenti! Sebenarnya apa yang kalian inginkan dariku?! Siapa kalian?!"

"Itu tidak penting, Sayang..." kata Si Topi Hitam dengan nada yang sama menjijikkannya dengan Si Bandana. Kali ini ia yang maju mendekatiku. "Kami tawarkan kesepakatan yang cukup bagus untuk kita semua."

Pria itu menungguku berkomentar. Tapi tidak ada yang kuucapkan. Sementara di belakangku, Whitney semakin histeris melihat dua orang di depan kami.

"Kau ikut bersama kami dan mereka semua akan baik-baik saja-" Si Bandana menjentikkan ibu jarinya dan menunjuk fotoku bersama Mom dan Jerry. "...atau kami akan menyakiti mereka sampai kau dengan sukarela menyerahkan diri?"

"Kau tidak bisa mengancamku!" Seruan ini terdengar sangat naif. Mereka benar-benar sedang mengancammu, Juney! Mereka bahkan bisa melakukan apapun yang mereka inginkan padamu!

Dua pria asing itu semakin mendekatiku. Sesekali mereka menggeram dan menimbulkan suara mirip hewan buas yang hendak menerkam mangsanya. Kami berdua terhimpit dinding dan terpojok oleh ketakutan kami pada tatapan mengancam dua pria itu. Whitney sekarang berdiri di sampingku. Ia tidak bisa lagi bersembunyi karena aku juga semakin mundur dan menempel tembok. Aku menatapnya sekilas lalu kembali pada mereka. Tanganku menggerayang ke sekitar tubuhku, berusaha mencari benda apapun yang bisa kujadikan pemukul untuk dua orang sialan itu. Dapat! Aku dapat guci! Dan ya, aku ada di pintu sekarang. Kuputar gagang pintu di belakangku. Aku tetap menghadap dua pria itu dengan ketakutan. Sial! Pintu terkunci dan lagi-lagi kuncinya hilang.

"Kami tidak akan melupakannya, Sayang!" Si Topi Hitam menggoyang-goyangkan kunci pintu di depan wajahnya. "Setelah temanmu yang tidak berguna itu kabur, kami menyadari keteledoran kami sebelumnya."

Kedua orang sialan itu tersenyum licik sambil menyentuh lenganku. Sentuhan yang menjijikkan! Aku langsung memukulkan guci itu ke kepala mereka. Prang! Guci pecah berkeping-keping dan mereka menatapku marah.

"Gadis sialan!" Si Bandana menyeret lenganku. Ia lalu mengikat tangan dan membebat mulutku dengan kain putih tebal. Aku tidak bisa bicara! Ditambah tidak bisa bergerak!
Hanya butuh beberapa detik saja setelah itu ia berhasil menggendongku di atas salah satu pundaknya. Aku meronta sekuat tenaga. Tapi pria ini punya otot yang sangat kuat untuk menahanku tetap dalam gendongannya.

"Lepaskan aku!" Aku memukul-mukul punggungnya sementara Si Topi Hitam menahan Whitney sambil membuka pintu.

Aku terus meronta sambil berteriak. Tapi tidak satu pun orang datang. Benar, ini jam sekolah dan kerja. Rumah-rumah di sebelahku pasti kosong. Benar-benar sialan!

The Protecting Blood Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang