Chapter 6 - Tertinggal (2)

1K 48 1
                                    

"Sial! Ke mana perginya orang-orang?!" Jerry menyeru.


"Ada apa, teman-teman?" tanya Maureen membaca kekhawatiran yang didengarnya.

Aku mengacak rambut frustasi. "Kita ketinggalan rombongan kapal terakhir!"

Aku merogoh saku celana. "Whitney, Whitney, bagaimana dengan pesanku pada Whitney? Bukankah aku sudah memberitahunya untuk menyuruh polisi mencari kami jika kami tidak kembali?" racauku lirih. Aku harap ponselku masih di sana. Tapi sial memang terkadang datang bertubi-tubi. Tidak ada yang namanya ponsel di saku mana pun dari potongan pakaian yang kukenakan!

Mataku kemudian mengedar pada pasir di sekitar kakiku. Tidak ada! Tidak ada!

"Ada apa?" tanya Charly yang sejak tadi menangkap gerak-gerikku.

"Ponselku hilang. Ini pasti saat di hutan. Saat aku dan Jerry beristirahat sebelum kami bertemu kalian. Aku yakin!"

"Bagaimana dengan ponselmu?" Maureen menggoyangkan lengan Stefan.

"Ponselku mati. Baterainya habis."

"Bagaimana dengan milik kalian Jerry, Maureen?"

"Aku meninggalkannya dalam ransel," jawab Maureen gemetar.

"Ponselku juga dalam ransel," Jerry menimpali.

"Ya Tuhan, bagaimana ini?" Aku kembali mengacak rambutku frustasi.

Hening. Untuk sesaat semua jadi hening. Yang terdengar hanya suara ombak dan beberapa camar yang datang menjelang sore hari.

Tiba-tiba Jerry menunjuk Stefan dan Maureen. "Ini semua salah mereka!" Suaranya terdengar agak serak.

Duaggh! Jerry tiba-tiba saja menghantam wajah Stefan. Maureen berteriak. Charly memegangi lengan Jerry. Stefan tampak kesakitan. Ia mengelap darah di bibirnya. Aku panik. Ya, aku hanya bisa panik. Sialan!

"Jerry! Tenang, Jerry!"

Jerry menatap Charly kesal karena menghalanginya berkelahi. Meski begitu, ia masih saja meronta dan mencoba memukul Stefan.

Akhirnya aku bisa bicara. "Jerry! Cukup! Kau pikir masalah bisa selesai dengan berkelahi seperti ini?!"

Jerry memicingkan matanya. Ia menghempaskan tangan Charly dari tubuhnya. Ia lalu kembali melontarkan tatapannya pada Stefan dan Maureen yang berdiri gemetar di seberangnya. "Sekarang jelaskan padaku kenapa kalian berdua bisa ada di sana?" Jerry mengacungkan jarinya ke arah pepohonan lebat di belakang kami.

Maureen angkat bicara, "Aa..a..aku.. aku ingin bu..buang ai-"

"Tidak! Aku yang mengajaknya! Aku yang meminta Maureen ke sana. Aku sengaja mencari tempat yang sepi untuk mengajaknya-"

"Bodoh! Berengs*k kau Stif!" Jerry kembali menghardik pria berambut hitam itu. Jerry ingin memukul bocah itu, tapi Charly kembali menghalangi tujuannya.

Aku diam seolah menyatu dengan amarah Jerry. Mendengar Stefan berkata seperti itu, aku benar-benar tidak tahu apa yang mesti kukatakan. Aku benar-benar kesal. Charly juga tidak bicara apa pun. Ia hanya mendengarkan Jerry yang berlaku selayaknya hakim di depan tersangkanya sambil sesekali menahan tubuh Jerry yang kesetanan.

"Ini semua ulahmu! Dan kau, haha!" Jerry menyeringai entah pada siapa. "Dengan seenak hati meminta Juney mencarimu di hutan. Kau sudah mengabaikan keselamatanmu sendiri demi sebuah kesenangan! Dan setelah itu kau malah mempertaruhkan keselamatan orang lain! Egois! Kau benar-benar egois, Stif!"

Stefan dengan susah payah menerima kata-kata Jerry yang pasti ingin disanggahnya. Maureen mengeratkan lengannya pada tubuh Stefan. Wajahnya tidak menghadap Jerry, tapi ia bicara padanya, "Ini semua salahku juga, Jerry. Kau tidak bisa melimpahkan kebodohan kami hanya kepadanya!"

The Protecting Blood Where stories live. Discover now