Mendengar itu, Dava memutar otaknya. Meski dia menyukai Kayla, tetapi dia tak akan merusak hubungan keduanya. Dia harus terus mendukung hubungan Nathan dan Kayla.

"Tapi lo pacarnya." Ucap Dava, tanpa menatap Nathan. "Masa lalu tetap masa lalu. Gue yakin, Kayla gak sebodoh itu untuk memilih mana yang benar dan salah." Kata Dava, yang membuat Nathan tercenung.

Andre dan Satria menyimak, sambil nyemil kacang rebus yang dibawa oleh Putri—Bendara kelas mereka, karena hari ini Ayahnya panen kacang.

"Lo juga punya mantan. Lo pasti bisa mikir, 'kalo' seandainya Karissa ngemis-ngemis minta balikan sama lo, apa lo bakalan milih dia dan ninggalin Kayla? Dan itu juga berlaku sama Kayla. Dia gak sebodoh itu buat ninggalin lo demi mantan pacarnya." Tutur Dava, panjang lebar.

Mendengar kata bijak Dava, Nathan pun menghela nafas panjang, sebelum bangkit dari posisi duduknya.

"Gue pergi." Pamit Nathan, yang membuat ketiga temannya menatap punggungnya dengan wajah cengo.

"Mantapp, Davaa super lu superr!" ucap Satria dan Andre, sambil mengguncang bahu Dava, yang membuat cowok tersebut hanya tersenyum tipis.

***

From : Nathan 💞

Ketemuan di Aula olahraga y

Kayla mengulangi kata demi kata yang dikirimkan Nathan kepadanya, lalu senyumnya mengembang begitu sadar, bahwa pesan tersebut memang dari Nathan.

"Dari Nathan?" tanya Tere, dengan tatapan bertanya ke arah Kayla.

"Ho'oooh!" ucap Kayla, sambil tersenyum kecil. "Diajakin ketemuan, anjirrr." Lanjut Kayla, dengan pipi merona.

"Cepet banget ngambeknya? Jadi pengin punya cowok kayak Nathan." Lisa mendengus pelan.

"Heleh, dipelesetin gitu, ya, Lis. Nathan apa temennya Nathan?" goda Tere, yang membuat pipi Lisa memerah.

"Apasi, Re!" Lisa membuang muka, sambil mengerucutknya bibirnya.

"Bacot kalian babi babi gue tercintah! Gue pergi dulu, yahh, Bye!" Kayla bangkit dan melangkah menuju pintu sambil melambaikan tangannya di udara.

***

Nathan berdiri di atas lapangan basket, sambil memantul-mantulkan bola oranye tersebut, dan sesekali menembakkannya tepat ke ring. Dia melakukan hal tersebut, sambil menunggu Kayla datang.

Drap

Drap

Nathan tersenyum tipis, saat mendengar suara derap sepatu yang mendekat ke arahnya. Tanpa membalikkan badan, Nathan masih sibuk memainkan bolanya.

"Nathan udah maafin, Lala?" suara kecil, yang membuat hati Nathan menghangat tersebut akhirnya terdengar.

Perlahan, Nathan membalik badannya, dan tersenyum lembut ke arah Kayla, yang berdiri pada jarak satu meter dari nya.

"Kamu gak salah, aku yang gegabah." Kayla tersenyum senang, mendengarnya.

"Aku minta maaf, karena—"

"Lala, kamu gak salah apa-apa." potong Nathan, cepat.

"Aku udah marahin dia, dan ngelarang dia deket-deket aku lagi."

Nathan tersenyum, "Hmm, bagus."

Kayla menggigit bibir bagian dalamnya, saat Nathan melangkah mendekatinya. Apalagi, saat ini tubuh Nathan tampak bersimbah keringat, karena bermain basket.

Saat ini, tak ada lagi jarak yang memisahkan tubuh mereka. Kayla tidak berani mendongak, karena melihat wajah serius Nathan di jarak sedekat ini, hanya akan membuat Kayla berpikiran jorok dan ingin mencium Nathan.

"Lala," panggil Nathan, dengan suara rendahnya.

"Hm?" dengung Kayla, sambil memainkan ujung dasinya di bawah sana.

Anjayy, kok gue bisa jadi se-keki ini berhadapan sama cowo!. Pikir Kayla, frustasi.

"Maaf, yah. Aku terlalu emosional. Gak berpikiran panjang buat marah sama cewek seimut kamu." Ucap Nathan, yang membuat Kayla geli.

"Kamu lagi gombal?" tanya Kayla, sambil melirik sekilas ke arah wajah Nathan, yang sedang menyeringai. Ganteng!

"Gak, tapi fakta." Jawab Nathan, sambil menyelipkan anak rambut Kayla ke belakang telinga.

"Nathan," panggil Kayla, yang membuat Nathan mendengung sambil menunduk, menatap intens ke arah wajah Kayla.

"Setiap hubungan itu butuh rasa saling percaya. Satu hal yang harus kamu percaya tentang aku. Yaitu.. aku sayangnya sama kamu. Bukan sama orang lain. Sampe kapan pun itu," ucap Kayla, serius, yang membuat Nathan mengangguk kecil.

"Iya, aku percaya kamu kok."

"Jadi, mulai hari ini, kamu gak boleh marah gara-gara Dylan lagi, yah?"

Nathan mengangguk pelan, "Iya iya, Sayang."

"Yauda, kalo gitu kita balik kelas yuk!" ajak Kayla, sambil mendorong pelan perut rata Nathan, yang membuat mereka kembali terpisahkan jarak beberapa jengkal.

"Aku gak mood di kelas, kamu balik aja." kata Nathan, enteng.

"Yeee, mentang-mentang anaknya pemilik sekolah, jadi males-malesan!" cibir Kayla, sambil mencubit hidung mancung Nathan, hingga merah.

Nathan terkekeh pelan, "Gak pa-pa,"

"Kamu 'kan pewarisnya Papa kamu, harusnya kamu rajin belajar biar nanti diterima di perguruan tinggi yang bagus, terus bisa belajar ilmu bisnis biar bisa jadi penerus bisnis papa kamu!" kata Kayla, yang membuat Nathan memicingkan matanya.

"Sok tau, ih." Nathan meletakkan tangannya di bahu Kayla, "Kok sok tau? Emang iya, 'kan?" tanya Kayla, heran.

"Gak pengen kayak Papa. Aku mau jadi Pilot aja nanti," ucap Nathan, yang sontak membuat Kayla melotot, tak percaya.

"PILOT?!"

***

A/N :

Oke, ini Gaje sekalee wkwk :v

Masa Nathan cita-cita nya jadi pilot?  Bisa jadi sih, ya. Biar Kayla nanti jadi pramugarinya HAHA.

Oke, makasiih banyak buat yang nge-vote story abal-abal ini, apalagi yang komentarr, duuh bikin Hatiku yang awalnya lagi galau agak mendingan dikit.

Thanks untuk 10 K Readersss!

Gak nyangka, gak nyangka!

Jangan lupa selalu VOTE dan KOMENTAR di Lovable Bad boy yaah!

See you on the next Chapter!

Lovable Bad Boy Where stories live. Discover now