Kamu dan Masa Lalu' 05

4.8K 319 20
                                    

Minggu pagi Tessa mengantar Bara ke stasiun. Hari ini Bara benar-benar pulang ke Jogja, padahal dia baru tiba di Jakarta kemarin.

"Mas Bara..."

Bara menunduk untuk menatap adiknya.

"Bener mau pulang sekarang?"

Bara tertawa pelan, "Kenapa emang?"

"Kalo Mama nanya gimana?"

"Mas bilang aja tugas nya udah selesai," Jawab Bara enteng.

"Emm... Mas nggak jadi ketemuan sama pacar?"

Bara menggeleng, "Udah Mas putusin. kemaren malem dia marah-marah karena Mas nggak jadi ketemu sama dia, childish banget."

Tessa terdiam. Semudah itukah Bara memutuskan hubungannya?

"Kamu habis ini mau kemana?"

"Balik kos, emang kemana lagi coba?"

Bara tertawa, ia tau maksud adiknya ini.

"Mas berangkat ya?"

Tessa mengangguk, "Hati-hati, Mas."

Bara mengacak pelan rambut Tessa, "Belajar yang pinter, jangan suka bolos."

"Hm."

"Udah ya?"

Tessa mengangguk.

Dari awal pertemuan sampai Bara pulang sama sekali tidak ada pelukan di antara mereka, hal ini sudah biasa baginya. Tessa menghela napas panjang kemudian berjalan meninggalkan stasiun.

Motor Tessa berhenti di depan toko bunga bertuliskan Ariana Florist. Dia langsung masuk ke dalam dan menghampiri Tante Ariana, si pemilik toko yang sudah dikenalnya sejak satu tahun silam.

"Lily?" tanya Tante Ariana, yang akrab disapa Ana.

Tessa mengangguk lalu mengambil dompetnya dari dalam tas.

"Besok?"

"Kalo nggak sibuk. Tapi jangan disiapin dulu, Tan," kata Tessa, Tante Ana mengangguk.

Dia menyerahkan uang kertas itu ke Tante Ana dan berpamitan untuk pulang. Keluar dari toko itu, Tessa langsung melajukan motornya ke arah pemakaman.

Tessa duduk di samping makam Rian, dia meletakkan buket bunga lily yang tadi dibelinya.

"Hallo, Yan..." Tessa tersenyum.

"Hari ke dua ratus tujuh puluh empat, aku baru aja Mas Bara ke stasiun, ternyata dia kesini cuma mau ketemu sama pacarnya dan dia tega ninggalin Mama demi pacarnya itu... Ya, sekarang mantan sih. Tapi aku jadi kangen sama kamu karena Mas Bara ngungkit-ngungkit kamu lagi..." Tessa mengusap pusara di depannya yang bertuliskan Adrian Lewin.

"Seharusnya waktu itu kita nggak usah dateng ke acara nya Dira. Seharusnya waktu itu aku langsung panggil polisi... semua salah aku," Tessa menghela nafas berat.

"Terimakasih Rian dan Papa... Terimakasih karena kalian sukses membuat aku membenci diriku sendiri," Tessa tertawa hambar.

Dia menatap kosong pusara itu, "Maaf kemarin aku nggak bisa kesini."

Rintik hujan mulai jatuh membasahi bumi.

"Yah... Hujan Yan, aku pulang ya. Besok aku kesini lagi," Tessa berlari kecil meninggalkan pemakaman itu. Hujan yang tadinya hanya gerimis sekarang menjadi hujan deras. Tessa segera memberhentikan motornya di depan amour cafe.

Dia berjalan ke counter untuk memesan kopi kesukaannya.

"Caramel macchiato satu."

Pelayan yang sedang meracik kopi itu langsung mengangkat kepalanya.

"Atas nama?"

"Tessa. Double s ya," tuturnya dengan penekanan waktu mengatakan double s.

Pelayan itu mengangguk, dia mengambil gelas dan menuliskan nama Tessa disana.

"Sa..." panggil seseorang.

Tessa menengok, tetapi ternyata cowok di depannya ini juga menengok. Azriel yang tadi memanggil sekarang malah senyum-senyum aneh sambil menggaruk kepalanya.

Nahhh kenapa tuh kok dua duanya nengok?

29 Des 2016.

Kamu dan Masa Lalu [Terbit Ebook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang