Prolog

26.8K 1.3K 21
                                    

Dulu, papah sering menceritakan tentang banyak dongeng. Adeera paling suka dengan cerita Cinderella, dimana seorang putri yang harus menerima ibu tiri karena mamahnya yang meninggal dunia, dan bertambah lagi ketika ayahnya yang tidak lama juga harus menyusul ibunya. Hidupnya menderita, tapi itu semua sirna ketika Cinderella datang ke pesta dansa, bertemu seorang pangeran yang kemudian menikahinya.

Tapi itu dulu, sebelum papah dan mamah sering bertengkar, menimbulkan keributan yang mengerikan di dalam rumah hangat Adeera, bahkan bukan hanya berdebat, beberapa perlengkapan makan sempat melayang, menimbulkan suara ricuh yang menyedihkan.

Dan selanjutnya semakin kelam, kedua orang tua Adeera berpisah. Papah memilih pergi, meninggalkan Adeera, dan kedua kakaknya, Aditya dan Adiba. Bukan suatu kebohongan jika tidak ada yang terluka, semua terluka, sakit hati, dan kacau. Hampir setiap malam Adiba menangis, mamah menangis, dan Adeera hanya bisa diam karena tidak mengerti apa-apa.

Waktu itu umur Adeera masih 8 tahun, ia belum tahu benar tentang urusan orang dewasa, yang ia tahu, ia kini hidup dengan mamahnya, yang mengadu nasib begitu keras sebagai single parent di Jakarta.

Adeera tahu benar bagaimana hidupnya berubah, mamah memilih untuk pindah, meninggalkan rumah dengan begitu banyak kenangan, kenangan tentang papah, kenangan tentang keluarganya yang utuh.

Bukan hanya itu, mamah tidak lagi berada di rumah sepanjang hari, tidak lagi menyambut kehadiran Adeera ketika pulang sekolah, kini tidak ada lagi supir yang mengantar jemput Adeera dan kedua kakaknya satu persatu, semuanya diantar bersamaan, bahkan terkadang Aditya harus mengalah dengan naik kendaraan umum.

Keadaan seperti ini, membuat Adeera, Adiba dan Aditya semakin jauh, sibuk dengan kehidupan masing-masing. Mereka memang berada di rumah, namun hati dan pikiran mereka jauh entah kemana. Rumah bahkan tidak se-menyenangkan dulu, tidak ramai dengan canda tawa, lebih tenang, dan diam. Hanya mungkin terkadang Aditya masih menyapa dan bercanda dengan Adeera.

Tapi di balik itu mereka belajar melakukan aktivitas secara mandiri, sama-sama menguatkan diri dengan cara mereka masing-masing. Mungkin ini salah satu kebaikan yang mereka rasakan dari sebuah perpisahan.

5 tahun berlalu, hidup mulai berjalan biasa, luka itu sudah entah kemana, sudah terlalu sibuk memperbaiki keluarga dan berjuang di tengah kerasnya kehidupan.

Ekonomi keluarga mulai stabil, fasilitas yang sempat hilang sudah kembali, tapi sepertinya sia-sia karena ketiganya sudah terbiasa mandiri, hanya kini mereka sadar ada hal yang tidak bisa kembali, mamah.

Sekarang, hampir setiap hari mamah pulang malam, dan seringkali pergi keluar kota dengan waktu yang cukup lama.

****

"Mamah!" Adeera memeluk mamahnya erat, ini adalah pertemuan pertamanya dengan mamah di bulan Januari, karena dibulan sebelumnya mamah selalu sibuk. "Adeera kangen."

"Mamah juga kangen deera." Mamah mengusap kepala Adeera lembut. "Kak Adit sama Adiba mana?"

"Di kamar, sebentar deera panggil."

Mamah mengangguk.

"Sayang, mamah bawa oleh-oleh, dibuka ya." Mamah menunjuk pada plastik hitam besar, hampir setiap berpergian mamah membawa banyak barang seperti ini.

"Mamah, mau ngomong sesuatu boleh?"


Aditya, Adiba dan Adeera yang masih sibuk membuka satu persatu oleh-oleh dari mamah langsung diam, ketiganya bertatapan lalu mencoba mendengarkan hal yang akan mamah bicarakan.

My Other LoveWhere stories live. Discover now