Extra Part

2.7K 76 12
                                    

•••••••••••

Hallo, aku bawa part tambahan biar makin galau soalnya kayanya engga bakal bisa bikin yang baru. maaf untuk itu, jadi

Happy Reading, Minna-san



••••••••••••••

Tuhan bila masih ku diberi kesempatan, ijinkan aku untuk mencintanya
Namun bila waktuku telah habis dengannya, biar cinta hidup sekali ini saja...
(Glen Fredly-Sekali Ini Saja)


'Aku cinta kamu Dii, sekarang, besok dan selamanya'

"Aku juga cinta kamu Bii, sekarang, besok dan selamanya. Engga akan pernah berubah walaupun sekarang kamu sudah tenang disana"lirih seorang wanita cantik memakai piama merah maroon terduduk dibangku taman seraya memangku sebuah buku harian, menengadah menatap langit malam berhias bintang2

"Aku kangen kamu, Pangeran Bintang"

Seperti bintang2 hilang ditelan malam
Bagai harus melangkah tanpa ku tau arah
Lepaskan aku dari derita tak bertepi saat kau tak disini
(Ajeng-Saat Kau Tak Disini)

"Bundaaa"

Dina menoleh, mendapati gadis kecil berumur 6 tahun berjalan pelan menuju kearahnya dengan mendekap boneka monyetnya. Senyuman terhias diwajah cantiknya dan membawa tubuh mungil itu dalam gendongannya

"Koq bangun anak Bunda, kenapa ?"tanyanya seraya menciumi pipi gembil putrinya, Shanin menggeleng pelan lalu menyandarkan kepalanya dibahu sang bunda

"Shanin mimpi Ayah Bunda, Shanin kangen Ayah"


tess


Kristal bening jatuh tak tertahan membasahi pipi putih wanita cantik berambut sebahu itu, matanya menyendu menahan rasa pedih direlung hatinya mendengar penuturan putri semata wayangnya

"Bunda jangan nangis"ujar Shanin dengan mata berkaca2 menyeka airmata yang membahasi pipi sang Bunda dengan tangan mungilnya namun sia2 kristal bening semakin lama semakin banyak. Dina tak berkata2, ia hanya diam seraya mendekap putrinya menangis tanpa suara

"Bunda juga sayang, Bunda kangen Ayah. Sangat"






***






"Gimana Mah, Ilham bisa kesini ?"tanya Friska panik seraya menimang putra kecilnya yang tengah sesenggukan seraya memainkan rambut panjang sang Mama, Tante Linda menggeleng pelan

"Ilham sedang keluar kota , dia mendapat tugas mendadak dari Rumah Sakit dan lusa dia baru kembali. Sebaiknya kita bawa saja ke rumah sakit, biar Mama yang nyetir"ujarnya, Friska mengangguk lalu keduanya beranjak keluar yang sebelumnya sudah memakai jaket masing2 menuju Rumah Sakit. Mobil hitam itu melesat membelah malam.

Sesampainya disana mereka langsung berjalan memasuki area Rumah Sakit menyelusuri koridor Rumah Sakit yang sangat sepi menuju ruang pemeriksaan. Menunggu diruang tunggu dengan harap2 cemas, tak lama berselang pintu putih pucat terbuka. Seorang perawat mempersilahkan mereka masuk menemui dokter

"Ada yang bisa saya bantu Nyonya ?"tanya sang dokter, Friska mengangguk lalu menceritakan keluhan sang anak pada pria berjas putih itu. Putra kecil Friska mulai diperiksa, beberapa saat kemudian sang putra sudah kembali kepangkuannya

"Bagaimana keadaan putra saya Dok ? Tak ada penyakit yang serius kan ?"tanya Friska, sang Dokter hanya tersenyum

"Nyonya tenang saja, putra nyonya hanya demam karna akan terserang flu. Ini resepnya. Diminum sampai habis yaa bu kalau masih demam juga bawa kemari lagi kami akan lakukan tes lab"ujarnya seraya tersenyum ramah, Friska menghela nafas lega dan mengangguk lalu ketiganya beranjak dari ruangan tersebut menuju rumahnya

Sesampainya dirumah, ia langsung menuju kamarnya. Malam ini ia berniat menidurkan putranya disebelahnya

"Selamat tidur malaikat kecil Mami, bobo yang nyenyak yaa sayang. Cepat sembuh muuach"lirihnya seraya mengecup kening putranya lembut lalu menyenderkan tubuhnya di ranjang seraya meraih bingkai foto seseorang

"Apa kabar Cipi ? I really miss you"




***






Hari ini ada yang berbeda dari rutinitas dari seorang Reva Wijaya, yang setiap pagi berangkat kekantor untuk menjalankan perusahaan keluarganya tapi tak berlaku untuk hari ini.

Ia tengah menyelusuri lorong Rumah Sakit yang dipenuhi orang2 yang tingkat kewarasannya hampir hilang, mengenyahkan rasa takut yang membelenggunya akibat sikap aneh para penghuni tempat tersebut ia melangkah pelan menuju ruangan yang begitu dia hafal karna sudah hampir 3 tahun ini ia sering mengunjungi tempat ini

"Pagi, Inessa. Seperti biasa aku bawakan kue lapis kesukaanmu semoga kamu tak bosan"ujarnya seraya melangkah mendekati seseorang wanita yang seusianya dengan baju seragam rumah sakit yang membalut tubuhnya serta rambut yang acak2n membelakanginya

"Kalo kamu tetap engga bawa Dicky, lebih baik kamu pulang saja. Wanita jalang"bentaknya seraya menatap nyalang Tante Reva, Tante Reva hanya menghela nafas

"Sudah berapa kali aku katakan, dia sudah pergi dan tenang bersama putraku"ujarnya sendu, Tante Iness terdiam seraya menggigit bibir bawahnya berjalan menuju jendela kamar rawatnya

"Putramu yang membuat Dickyku pergi, jika saja yang tertusuk si cacat itu mungkin Dicky... Hiks semua keluargamu memang terkutuk REVA WIJAYA !!!"teriaknya keras dengan airmata yang menderas menatap penuh luka kearah Tante Reva yang mematung disana, membiarkan airmatanya mengalir dipipinya

"Maafkan aku, jika aku melukai hatimu dan merebut semua milikmu. Bukan mauku semuanya terjadi begitu saja. Takdir yang membuat kita begini hiks"
keduanya menangis, tangisan pilu yang memenuhi ruangan sunyi itu.


Kenapa harus selalu ada tangis untuk menuju bahagia ?
Kenapa selalu ada duka untuk tertawa ?
Kenapa harus ada rasa sakit untuk cinta ?
Sesulit itukah bahagia ?
-Bisma Adithama-

Cinta tak harus memiliki, tak harus menyakiti
Cintaku tak harus mati
Oh cinta, tak harus bersama, tak harus menyentuhmu
Membiarkan dirimu dalam bahagia walau tak disampingku
Itu ketulusan cintaku.....
(Vidi Aldiano-Pelangi Dimalam Hari)



haha udah deh ? maaf yaa dikit abis udah hilang rasa sih buat nulis #digampar. oke jan lupa vomment yaa. Arigat

Kisahku | Pengorbanan Cinta |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang