BAB 100 "Hurt"

1.1K 40 12
                                    

•••••••••

Gak kerasa udah cepe aja nih Minna-san, panjang banget yaak :v

Jan lupa vommentnya

Happy Reading, Minna-san


•••••••••••••••

Malam semakin larut namun Dina malah masih enggan beranjak dari duduknya dikursi balkon kamarnya, menikmati udara yang semakin dingin menusuk tulang dengan berbalut piama merah maroon miliknya. Menerawang jauh seperti memikirkan sesuatu yang berat



Flashback On



Hari ini Dina diundang untuk makan bersama dengan mamanya disalah satu Caffe, dan ia tak menyangka sang Mama membawa beberapa temannya untuk ikut serta. Dengan sedikit canggung ia berjalan mendekat dan mendudukkan dirinya disebelah sang mama sedikit risih dengan tatapan intens dari para wanita2 paruhbaya itu

"Nah Jeng, ini Dina. Putri semata wayang aku dan Mas Fahmi"ujarnya seraya merangkul sang putri, Dina tersenyum manis ditanggapi senyum antusias dari mereka

"Oh ini toh menantu kesayangan Keluarga Adithama ? Waah pasti kamu bahagia banget yaa Din bisa dipersunting oleh putra dari pengusaha besar seperti Tuan Bagas Adithama itu"ujar salah seorang teman sang Mama, Dina hanya tersenyum

"Alhamdulillah, saya sangat bahagia bisa menjadi bagian dari mereka"ujarnya tersenyum tulus diangguki oleh semuanya

"Oh ya kalau tidak salah suamimu yang bernama Bisma itukan ? Bukannya dia itu pincang dan mengidap penyakit sangat parah yaa ? Duh sayang banget yaa Jeng putri Jeng Intan ini cantik lho bisalah dapet yang lebih baik, kalau saya jadi jeng saya bakal suruh anak saya cerai aja daripada mengurusi pemuda cacat dan penyakitan seperti itu walaupun dia kaya saya tetap tak sudi"ujar wanita paruhbaya berbadan sedikit tambun seraya mengipas2 kipas kecil yang digenggamnya, Tante Intan menghela nafas seraya membalas genggaman sang putri yang mulai menguat menahan amarah

"Serius Jeng Rita ? Anaknya Tuan Bagas itu pincang dan penyakitan ? Yaa ampun, gimana bisa menghasilkan keturunan kalau gitu. Dina mending ceraikan saja dia, masa depan kamu masih panjang cantik jangan kamu sia2kan hanya untuk pemuda bermasa depan suram seperti dia"ujar wanita paruhbaya bermata sipit disebelah sang Mama, dia menarik nafas pelan menahan rasa sesak yang menghujam dadanya bahkan airmatanya sudah memupuk dimata sipitnya yang membuat pandangannya sedikit mengabur

"Maaf sebelumnya Tante, tolong jangan ikut campur dengan urusan pribadi saya karna saya yang menjalani, saya yang tau apa yang saya rasakan. Saya menikah dengan suami saya atas nama cinta, saya mencintainya luar dalam. Mungkin bagi kalian dia begitu penuh kekurangan tapi bagi kami yang mengenalnya dia begitu sempurna dengan segala kekurangan yang dia punya, dia orang baik dan dia malaikat tanpa sayap saya selain Mama. Tanpa pengorbanan dia mungkin saat ini saya tidak akan dihadapan kalian seperti sekarang, maaf saya permisi masih banyak urusan yang lebih penting yang harus saya kerjakan"ujarnya dingin lalu menyambar tas kecilnya mencium pipi sang Mama dan berlalu meninggalkan semuanya yang termangu disana dengan wajah tak enak

"Jeng Intan"

"Maaf semuanya sepertinya aku juga harus pergi, terimakasih atas undangan makan siangnya Jeng Rita"pamitnya lalu melangkah pergi, semuanya canggung kecuali wanita bertubuh tambun yang tersenyum sinis

'Ck, dasar gadis sensi. Gitu aja langsung merajuk, saya kan cuma ingin membuka pemikiran dia'



Flashback Off





Kisahku | Pengorbanan Cinta |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang