BAB 93

1.1K 39 3
                                    

•••••••••

Ohayou Minna-san
Lanjutan kisahku meluncur, jan lupa tinggalkan jejak kalian

Happy Reading, Minna-san

••••••••••


Ini hari ketiga Bisma belum sadarkan diri membuat semuanya merasa cemas apalagi hari kehari kondisinya semakin menurun, Dr. Indra dan Dr. Kirani tak tau harus berbuat apalagi karna semuanya sudah mereka lakukan semaksimal mungkin namun sepertinya tubuh Bisma tak mau menerimanya dan membuat kondisinya memburuk.

Semuanya yang mendengar hal tersebut hanya bisa pasrah namun sedih disaat bersamaan terutama seorang Dina Praditha, ialah yang paling sedih disini.

"Maafkan kami Bagas, kami sudah lakukan apapun untuk membuatnya tak separah ini tapi tubuh Bisma selalu menolaknya makanya semakin drop seperti ini. Yang dia butuhkan sekarang semangat dari kita"ujar Dr. Indra seraya menepuk pelan sahabatnya itu, Om Bagas menghela nafas dan mengangguk paham

"Iyaa, aku mengerti Ndra. Terimakasih kamu sudah sangat baik pada keluargaku terutama putraku Bisma. Aku berhutang banyak padamu"ujarnya sendu, Dr. Indra tersenyum tipis

"Tak perlu sungkan untuk itu, kita ini sahabat jangan lupakan itu dan aku dan rani sangat menyayangi putramu yang satu itu. Bukankah dia putra kami juga ? Jangan terlalu bersedih, perbanyak doa agar putra nakalmu itu cepat sembuh"ujarnya diselingi kekehan, Om Bagas tersenyum lalu memeluk sahabatnya lalu memegang pundak pria berjas putih itu

"Kau memang sahabat terbaikku"ujarnya bangga, lalu kedua tertawa membuat istri mereka tersenyum harus seraya saling memeluk. Dina yang juga melihatnya hanya tersenyum sendu

"Lihatlah itu Bii, mereka begitu manis jika seperti itu. Tidakkah kamu kangen mama, bunda dan.. Aku..."lirihnya seraya menatap sendu suaminya membiarkan beberapa lelehan kristal bening kembali membasahi pipinya

"Bisma pasti sembuh koq sayang, dia cuma lagi senang tidur aja"Dina menoleh lalu memeluk Tante Reva erat dan tangisnya pun pecah, Tante Reva membalas pelukannya seraya mengusap sayang kepala menantunya itu

"Sudah mellow2nya, lebih baik makan brownies bikinan Mauren Kusuma"ujar Mauren riang yang baru saja memasuki ruang rawat Bisma seraya kotak kue bawaannya disusul Morgan yang hanya menggeleng melihat tingkah istrinya itu.

"Lho Gan, koq Mauren diajak kesini bukannya dia demam semalam ?"tanya Tante Reva pada sang putra, Morgan menghela nafas lalu menghampiri kedua orangtuanya dan kedua mertuanya lalu bergantian menyalami dengan hormat menyusul Mauren yang sekarang sedang sibuk menata kue piring kecil yang sengaja ia bawa. Tangannya mengusap pelan kepala Dina pelan dan dibalas senyuman tipis

"Si galak itu batu mah, udah bilangin engga usah ikut malah maksa padahal badannya masih panas terus juga sebelum kesini dia muntah2 tapi daripada kuping aku sakit karna dia teriak2 terus jadi aku bawa kesini"ujar Morgan membuat Mauren mengerucut sebal, semuanya tersenyum melihatnya

"Abis aku kan bosan dirumah sendirian lagipula aku udah baik2 aja, dan berhentilah jadi cerewet Tuan Morgan karna anda sangat tidak cocok jika seperti itu"ujarnya sewot seraya menekan pangkal hidung suaminya gemas, Morgan mendengus kesal dan menyentil jidat istrinya membuat gadis cantik itu meringis

"DASAR TUKANG KOPI SIALAN, KUBUNUH KAU !!!"

"Eeengh"

Semuanya tersentak mendengar lenguhan lirih seseorang dan menoleh serempak kearah suara tersebut, mata mereka melebar mendapati siapa yang menyebabkan itu semua dan cukup membuat mereka senang sekaligus panik bagaimana tidak, seseorang yang sedari tadi betah menutup matanya sekarang sedang mengerjap dan terbaring gelisah diranjangnya. Dr. Indra dan Dr. Kirani langsung memeriksa keadaannya sedangkan yang lain duduk cemas disofa, mauren merutuki dirinya sendiri karna membuat kondisi sahabatnya menjadi seperti ini

Kisahku | Pengorbanan Cinta |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang