Natasha - Untung ada Dennis

4.7K 193 1
                                    

Aku sengaja memanggil Dennis untuk berkunjung menemuiku. Alasan terkuatku adalah permintaan baby Alexa. Hanya itu jurus satu-satunya agar Dennis mau meluangkan waktunya untukku. Meski pada kenyataannya, ia harus menyerahkan tanggung jawabnya sebagai dokter kepada dokter lain. Pasiennya yang pasti selalu banyak, dialihkan ke dokter lain. Itu sudah pasti. Aku dapat informasi dari beberapa kenalan yang bekerja di Rumah Sakit yang sama, tempat Dennis bekerja.

Aku mengajak Dennis makan siang di sebuah kafe yang bertemakan coklat-stroberi. Aku lebih dulu datang daripada dia. Selama setengah jam aku menunggunya. Aku hanya berdua dengannya. Tanpa Alexander suamiku. Dia sudah memberiku izin untuk bertemu Dennis.

"Maaf sudah membuatmu menunggu terlalu lama. Aku harus menyelesaikan administrasi dulu. Banyak pasien yang ku alihkan ke dokter lain." kata Dennis.

Dennis masih mengenakan seragamnya seperti dokter. Aku rasa, dia terlupa melepaskannya. Tapi menurutku, kostum jas warna putih panjang tersebut sangat keren. Dulunya, aku sempat berpikir untuk menjadi seorang dokter. Tapi nyatanya aku sangat jijik pada darah. Jadi gagal deh!

"Natasha!" panggil Dennis yang membuatku gelagapan.

"Uhm, maafkan aku. Aku bengong. Maaf juga telah merepotkanmu. Aku..."

"Tak ada yang repot! Aku sudah biasa siaga untukmu. Bagaimana kabar calon keponakanku, baby Alexa? Apakah dia sehat-sehat saja?" tanya Dennis.

"Dia cukup sehat untuk menikmati udara yang segar ini. Terlebih, ada om Dennis yang ganteng maksimal." kataku sambil mengelus lembut perutku yang membuncit.

"Syukurlah. Tumben Alex nggak ikut nimbrung bareng kita? Biasanya dia ekstra cemburu kalo kita ketemuan?"

"Dia sedang sibuk dengan urusan kantornya. Kasian dia. Kalo aku bisa, pasti aku akan membantunya. Tapi sayang, aku sedang hamil besar gini. Jadi ya hanya bisa berdoa agar dia bisa melewati semua urusan kerjanya dengan baik. Uhm, pasienmu masih banyak yah?" tanyaku.

"Iya, kayaknya makin hari makin banyak. Dari sekian dokter yang ada di sana, akulah yang tercatat sebagai dokter dengan antrian pasien paling banyak. Itupun mayoritas dari kalangan wanita. Aku heran." jawab Dennis.

"Wanita? Pasti yang seumuran aku ya? Wah, itu sih sakit hati pasti. Minta diobatin sama dokter ganteng. Fiuh, alibi aja nyamar jadi pasien. Pasti ujungnya minta diperiksa hatinya sama dokter ganteng. Aku mau daftar juga deh jadi pasienmu!" seruku.

"Lah, kamu mau juga diperiksa?" tanya Dennis.

"Maulah. Masa cuma konsultasi aja. Pingin kayak orang-orang juga." kataku.

"Tapi aku harus periksa apa? Aku ini dokter ahli syaraf. Sementara kamu lagi hamil. Mana ada kecocokan. Baiklah, aku akan rekomendasiin ke dokter kenalanku yang ahli kandungan. Gimana?"

"Oke. Oya, kamu mau pesan apa? Kalo aku mau brownis coklat topping stroberi saus madu. Minumnya milkshake coklat belgia. Ini menu andalan di kafe ini. Kamu mau apa?"

"Samain aja kayak kamu. Toh tanpa itu semua, aku sudah cukup mendapat asupan." ujar Dennis.

"Maksudnya?" tanyaku.

"Enggak. Kamu tuh masih semanis dulu. Tapi sayang, kita tidak berjodoh. Aku nggak berani berkata kalo kita belum berjodoh loh ya? Nanti Alex ngamuk deh sama aku. Aku nggak mau kena damprat si Alex." bisik Dennis.

"Hahaha... kamu benar! Bisa jadi rebusan kacang kedele kalo ngadepin Alex." kataku sambil menahan tawa.

Lima belas menit kami menunggu, akhirnya pesanan kami datang. Aroma manis kue brownis dan segarnya milkshake mampu menggetarkan lidahku untuk segera melahapnya.

"Nat, apakah makanan dan minuman seperti ini sangat sering kamu nikmati?" tanya Dennis tiba-tiba.

"Tidak. Ini hanya sesekali. Aku tau kali berapa asupan gula maksimal yang ada di tubuhku. Terlebih ini menyangkut sama baby Alexa. Aku pilih-pilih juga, mana makanan sehat dan mana makanan kurang sehat. Aku tau itu!" jawabku meyakinkan Dennis.

Aku pun melahap brownisku. Dennis bukannya ikut menikmati brownisnya, eh malah asik menatapku dengan senyam-senyum andalannya.

"Bukankah kamu istrinya Alex? Kok berduaan di tempat romantis kayak gini bareng pria lain? Wajarkah itu?" tanya gadis yang sangat ku kenal.

"Memangnya apa urusanmu?" tanyaku sewot.

"Maaf, aku rasa itu disebut perselingkuhan yang terselubung. Alex yang ganteng maksimal itu, masih kurang menurutmu? Aku tau, pria di depanmu ini juga tak kalah ganteng dari Alex. Tapi kan kalian sudah menikah. Masa iya, kamu selingkuh sama pria ini?" cibir Nita sambil menatap jijik ke arahku dan Dennis.

"Abaikan radio rusak. Ayo kita lanjutkan makan kita!" ajakku pada Dennis.

"Hei, kau denger omonganku tidak? Apa kupingmu dinyatakan tuli akut?" seru Nita hingga beberapa pengunjung menatapnya kesal.

"Maaf Nona, bisa tidak kau tinggalkan kami? Wanita hamil yang kau olok-olok ini, sama sekali tak mengganggumu. Masa iya kamu mengganggunya. Salah dia apa? Dia sedang hamil juga loh! Kamu punya hati nggak?" seru Dennis tegas tapi sopan.

"Sekali berselingkuh, tetapkan selingkuh! Kalian itu pasangan yang menjijikkan. Aku akan adukan pada Alex. Biar dia tau, betapa nistanya istrinya ini hingga seenak jidatnya menghianati Alex!" ancam Nita.

Plakkk....

Belum berhenti Nita mengancamku, Dennis spontan menamparnya. Pasti sangat sakit. Nita tampak meringis kesakitan sambil memegangi pipi kanannya.

"Ini sudah keterlaluan! Pak security, tolong amankan gadis ini! Kalo perlu, usir dia!" teriak Dennis marah.

"Apa-apaan ini???" seru Nita yang mencoba mengelak dari kekangan para security.

"Bawa dia pergi dari hadapan kami!" perintah Dennis.

Mereka pun membawa Nita secara paksa. Entah, Nita akan menerima atau tidak. Mungkin dia akan semakin membenciku. Aku tak mau memikirkan hal itu untuk sementara.

"Hei, sejak kapan kau ahli memerintah?" bisikku.

"Ini darurat. Ayo lanjutkan makanmu! Setelah itu, aku akan mengantarmu pulang! Banyak ancaman berbahaya bagimu." kata Dennis.

"Baik Om Dokter!" seruku sambil mengelus perutku.

Miss Hackerحيث تعيش القصص. اكتشف الآن