Natasha - Masih Ragu

7.6K 353 0
                                    

Setelah acara resepsi pernikahan selesai, keluarga William membawaku pulang ke rumahnya. Ku tinggalkan Mamaku sendirian. Apa sebagai putrinya, aku termasuk jahat? Meninggalkannya seorang diri di sana? Tapi mana mungkin aku tetap di sana? Aku sudah jadi istri orang. Mama pasti mengusirku untuk ikut dengan suamiku.

'Pergilah dengan suamimu. Jangan menangis lagi. Mama bahagia dengan pernikahanmu!'

Kata-kata itu yang terngiang di benakku. Mama, baru beberapa jam yang lalu kita berpisah, hati ini sudah merindukanmu! Sanggupkah aku selalu berjauhan denganmu? I miss you, Mom!

"Natasha....!"

Aku menengok ke arah suara yang memanggilku. Siapa dia? Ah iya, dia Alexander. Suamiku.

"Mandilah sana! Aku sudah menyiapkan air hangat di bath up buatmu."

Aku tak berkata sepatah kata pun. Mataku masih sibuk memandangi tubuh Alex yang shirtless. Tubuhnya seksi. Dadanya bidang dengan kotak-kotak. Kata orang itu namanya sixpack!

"Natasha! Kau baik-baik saja!"

Aku salah tingkah dibuatnya. Dia mendekatiku. Menyentuh keningku dengan punggung tangannya.

"Tak panas." ucapnya pelan. "Apa kau pusing?"

Aku menggeleng dengan cepat. Meyakinkan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Lalu dia tersenyum sinis.

"Aku tau, kau sedang memikirkan betapa seksinya aku. Ya kan? Matamu saja masih fokus dengan keseksian tubuhku! Aku seksi ya? Kau menyukainya? Ayolah, jujurlah padaku..." bisik Alex yang membuat jantungku berdetak tak karuan.

"Ti...tidak. Aku tak seperti yang kau katakan. Hanya saja, kau memang seksi dan tampan. Mungkin aku beruntung memilikimu. Sudahlah!"

Aku gugup jika membicarakan itu. Aku segera masuk ke kamar mandi. Ku lepas semua pakaianku dan segera berendam di bath up. Tubuhku terasa hangat kembali. Pikiranku masih melambung mengingat tubuh seksi Alex. Membayangkan saja sudah membuatku tergoda, apalagi melihatnya secara live?

"Apa yang terjadi padaku? Detak jantungku jadi tak beraturan gini. Apa harus ku periksakan ke dokter?"

"Cepatlah Sayangku...!" teriak Alex.

"Iya tunggu!" teriakku juga.

Dia tidak sabaran banget! Masa baru masuk, udah disuruh ke luar aja. Emangnya aku mau mandi bebek gitu? Tubuhku serasa penuh kuman, jadi apa salahnya jika aku mandi agak lama sedikit. Toh kalo tubuhku wangi, dia juga yang akan senang. Eh, ngapain juga mikirin dia senang atau tidak. Toh dia nggak peduli sama aku! Hiks hiks

Arrgghhh, masa bodoh dengan semua itu! Memangnya dia siapa? Bukan siapa-siapa juga! Eh tunggu, kan dia suamiku... yah, dia suamiku dan suamiku. Alexander suamiku.

CEKREKK...!!!!

Pintu kamar mandi terbuka. Lebih tepatnya ada yang buka.

"ALEXANDER....!!! Apa yang kau lakukan?" teriakku.

"Kau lama sekali. Sini!"

Ditariknya lenganku dengan paksa. Tapi tak sampai menyakitiku. Dia cukup hati-hati menyentuhku. Handuk yang dibawanya dililitkannya di tubuhku. Aku menghargai usaha yang dia lakukan. Tapi.... aku malu berat! Itu artinya dia melihat tubuhku secara keseluruhan. Ya Tuhan, apa setelah ini aku akan terbiasa?

"Nah, ini lebih baik! Aku akan menggendongmu!" kata Alex.

"Tapi Alex... aku..." penolakanku sia-sia.

"Sshhh, aku tak suka dengan penolakan! Lagi pula aku suamimu! Pikirkanlah hal itu!"

Alex mengancamku ya? Kok aku bergidik ngeri ya? Tanpa menunggu lebih lama lagi, dia menggendongku. Aku mana bisa menolaknya lagi?

"Di sini saja!" kata Alex saat menaruhku di ranjang.

"Aku mau pakai bajuku!"

Belum sampai aku bangkit dari ranjangku, tangannya telah melingkar di pinggangku. Rasanya kok nyaman ya? Aku jadi ingin berlama-lama dengan posisi begini?

"Aku sudah mengantuk. Ayolah kita segera tidur. Aku nggak bisa menunggu lebih lama lagi!" bisik Alex.

"Ba... baiklah. Tapi aku mau pake baju dulu." kataku pelan.

"Aku nggak mau melepasmu. Tak usah memikirkan tentang baju. Ayo kita tidur!" ajak Alex lagi.

Ya Tuhan, permainan apa ini? Alex begitu manja! Aku mana bisa menolaknya lagi. Dia kan suamiku. Aku mana punya hak untuk menolak keinginan suamiku.

"Buang handukmu. Dengan selimut dan pelukanku saja, ku rasa sudah cukup untuk menghangatkanmu! Percayalah!" bisiknya lagi.

"Iya." kataku pelan.

Aku tak terbiasa tidur tanpa sehelai benang. Setidaknya harus pake baju tidur. Tapi Alex memaksaku untuk merubah kebiasaanku. Lagi-lagi aku tak bisa menolaknya.

Aku tidur membelakanginya. Nggak kuat menatapnya. Saat aku menyembunyikan tubuhku di dalam selimut, aku merasakan sebuah tangan memelukku dengan erat. Tangan Alex. Rasanya hangat. Seperti yang dikatakan Alex sebelumnya. Tapi aku sangat gengsi untuk mengakuinya. Aku nggak mau Alex merasa di atas angin kalo aku mengakui kenyamananku dipeluk olehnya. Aku belum bisa jujur!

Miss HackerWhere stories live. Discover now