Author - Semakin Dekat

6.8K 288 0
                                    

Alexander membukakan pintu untuk Natasha. Natasha memberikan senyuman untuk suaminya sebelum benar-benar masuk mobil. Suaminya hanya membalas sekilas senyuman itu. Lalu segera ditutupnya pintu mobilnya. Saat mobil melaju dengan kecepatan rata-rata, tak ada yang memulai pembicaraan. Natasha diam, Alexander pun demikian. Tercipta keheningan yang mencekam. Padahal masih siang hari.

"Ku dengar, kau ada pemotretan ya nanti sore?" kata Natasha memulai pembicaraan demi mencairkan suasana.

Alex menoleh ke arah istrinya. Roman mukanya sedikit cemas.

"Iya. Aku ada sesi pemotretan bersama Nicko. Dia fotografer kepercayaanku."

Natasha memutar bola matanya. Berusaha mencerna kata 'fotografer' yang diucapkan Alex.

'Dulu... aku bermimpi menjadi seorang fotografer. Mimpi itu sempat terlintas pada saat umurku menginjak 8 tahun. Kelas 2 SD tepatnya. Bahkan Papaku juga menginginkan hal yang sama. Terlebih Papa juga seorang fotografer juga. Papa mengajarkan banyak hal tentang ilmunya. Selain itu, Papa memintaku ikut les khusus tentang rekayasa optik, teknik tata cahaya, teknik editing, dan hal-hal yang berbau fotografi. Saat aku menginjak kelas 1 SMA, aku sudah mahir menggunakan kamera. Boleh dibilang forografer amatir.' kenang Natasha.

Alex menatap Natasha lagi. Tapi Natasha tak menyadari hal itu. Pikirannya masih melayang jauh ke belakang. Mengenang masa lalunya. Tentang fotografi, tentang ayahnya, dan tentang dirinya.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Alex.

Natasha menoleh. Dia menggeleng perlahan.

'Papa meninggal dalam masa tugasnya. Menjadi seorang forografer profesional kan memang harus standby kapanpun dan dimanapun juga. Begitu juga Papaku. Papa seakan tak peduli keselamatannya. Bahkan hujan badai diterjangnya juga. Mobil yang dikendarai Papaku tergelincir sehingga terbalik. Papa meninggal saat kejadian. Sejak peristiwa naas itu, aku tak menyukai apapun yang berhubungan dengan fotografi. Aku menghapus mimpiku tentang fotografer. Aku hanya ingin menjadi orang biasa saja. Karena aku tak mau teringat kematian Papa yang terlalu mengenaskan.' kenang Natasha.

"Alex...." kata Natasha pelan.

"Iya."

"Aku mau ikut denganmu. Aku mau berfoto denganmu. Apakah boleh?"

Alex menghentikan laju mobilnya. Ditatap mata Natasha dengan seksama. Alex yakin bahwa istrinya sedang menyembunyikan sesuatu dari dirinya. Sesuatu yang bernama rahasia.

"Boleh. Apa langsung kesana?"

"Tapi aku mau makan dulu. Tadi kan kita belum sempat menikmati makanan. Setelah ada mantanmu yang aduhai itu." kata Natasha sembari mencebikkan bibirnya.

"Baiklah. Ayo kita mampir di restoran terdekat. Aku juga lapar sih!" kata Alex.

"Dilara itu cantik kan? Dia seksi kan? Kamu pasti menyukainya!" gerutu Natasha.

"Ya, dia cantik dan seksi. Tapi aku nggak suka sama dia. Kau saja wanita yang ku cintai selain Mama dan adikku." Alex menggenggam tangan Natasha dan kemudian mengecup tangan itu. "Dilara hanya wanita liar yang selalu datang menggoda. Bukan hanya aku, Gio juga sering digodanya. Lain kali, kau harus mencari tau siapa Dilara jika kau masih tak percaya denganku. Aku tak punya hubungan apa-apa dengannya. Jadi mana mungkin dia bergelar mantan? Aku tak pernah punya kekasih. Hanya saja, aku pernah mencintai Bella Karenina. Itu beberapa tahun silam. Bahkan aku sekarang sudah melupakannya. Aku tak ingat lagi wajahnya. Kau tau, hatiku adalah milikmu. Sampai kapanpun!"

Natasha menitikkan air mata. Sebelum benar-benar jatuh, Alex buru-buru mengusapnya dengan lembut.

"Sshhh, aku tak suka melihatmu menangis. Aku hanya mau melihatmu tersenyum. Titik!"

Miss HackerWo Geschichten leben. Entdecke jetzt