Alexander - Alicia

7.4K 378 2
                                    

Seperti biasanya, Alicia selalu merepotkan aku. Lagi-lagi aku yang diminta menjemputnya. Dia nggak mau dijemput supirku, apalagi naik taksi. Harus aku! Itu keterlaluan. Manja sekali! Kalo bukan adikku, sudah aku buang jauh-jauh! Tapi membuang kemana? Ada nggak sih tempat pembuangan khusus untuk Alicia?

Sesampai di bandara, lalu lalang orang seakan menghalau pengamatanku untuk menemukan adikku, Alice. Aku biasanya memanggil dengan sebutan Alice saja. Sesekali gerombolan pramugari cantik juga menyempatkan diri untuk menyapaku atau sekedar tersenyum manis. Aku sudah biasa dengan itu. Tergoda? Tentu tidak!

"Kakak kesayangan.....!" teriak Alicia berlari ke arahku, memelukku, mencium pipiku, dan memelukku lagi.

Terkesan histeris. Aku saja sampai malu dengan kelakuannya. Dia seperti anak kecil diusia 18 tahun. Kalo aku nggak salah hitung sih.

"Kakak, Alice kangen Kak Alex! Di Inggris nggak ada cowok sekece dan setampan Kak Alex. Kesepian tau Kak disana..."

"Kan kamu cuma liburan di sana. Kesepianmu hanya sesat, lagipula kamu ini manja banget sama Kakak. Ih malu tau dilihat orang."

"Biasanya juga aku selalu manja sama Kak Alex..." kata Alicia yang mulai menyebik kesal.

"Kalo cewek-cewek cantik yang manja sama Kakak sih nggak masalah. Tapi nggak deh kalo sama kamu. Sayang sih sayang, tapi malu kan dilihat orang." kataku.

Alice seakan tak peduli dengan omonganku. Terus saja bermanja ria padaku. Mungkin dia kurang vaksinasi kali ya. Kami bergegas pulang. Mama dan Papa pasti sudah menunggu kami. Pasti Alice sudah mengabari mereka. Sebelum menyuruhku menjemputnya.

"Putri Mama yang cantik..." seru Mama saat Alice memeluknya.

"Perjalananmu menyenangkan Sayang?" tanya Papa.

"Menyenangkan bila Kak Alex ikut sama Alice, Pa. Tetep kesepian bila liburan seorang diri. Nanti kalo liburan lagi, Alice mau ditemenin Kak Alex ya Pa?"

Terdengar manja. Aku jenggah mendengarnya. Lain halnya dengan Papa dan Mama. Mereka menanggapinya dengan antusias. Mungkin mereka sudah terbiasa. Entahlah!

"Ayo kita makan! Hidangan makan malam sudah siap!" kata Mama.

Kami bergegas menuju meja makan. Ada banyak hidangan yang disajikan. Sepertinya ini makan besar. Alice duluan menyambar makanan yang terhidang. Aku tidak begitu berselera. Bukan tak suka sama masakan Mama. Tapi akan ku coba makan sedikit untuk menghargai usaha dan kerja keras Mama menyiapkan makanan untuk kami sekeluarga. Meski dibantu beberapa pelayan.

"Aku selesai. Terima kasih Ma." kataku.

"Loh kamu udahan?" tanya Mama.

"Alex sudah kenyang Mama. Tadi sore sempet jajan sama Nat..." tak ku selesaikan kata-kataku.

"Nat siapa Lex?" tanya Papa.

"Bukan siapa-siapa sih Pa. Temen Alex. Papa juga nggak akan kenal sama dia."

"Natasha Andriana?" tanya Papa lagi.

Kok Papa tau? Kan aku belum menyebut nama Natasha. Kan tadi cuma 'Nat' aja. Apa Papaku ini seorang cenayang? Bisa akurat gitu dalam menebak apa yang ku pikirkan.

"Kamu kan sering manggil-manggil nama Natasha kalo tidur. Dia siapa emang?" kata Papa.

"Pacarmu Lex?" tanya Mama tegas.

Pertanyaan Papa saja belum sempat ku jawab. Eh Mama malah mengajukan pertanyaan yang cukup membingungkan aku. Aku harus jawab apa? Masa iya, ku jawab: Natasha adalah kandidat istriku. Masa begitu? Yang ada aku jadi bahan tertawaan mereka.

"Wow, Kak Alex sekarang punya pacar ya? Itu pacar nomer berapa ya Kak?" goda Alicia.

"Hei anak kecil. Kamu sok tau! Kepo banget! Udah ya Ma, aku mau ke kamar dulu. Alex mau istirahat. Udah ngantuk ini. Pa, nanti Alex akan cerita!" kataku.

"Kak Alex... Cerita dong....!" teriak Alice tapi tak ku tanggapi.

Alice itu kepo banget! Ini urusan pribadiku. Kenapa dia ikut-ikutan? Mengganggu saja!

"Kak Alex....!!!!" teriaknya lagi.

Kan, dia makin getol pingin tau. Tapi masa bodohlah. Aku tak peduli. Aku mau istirahat di kamarku.

Miss HackerWhere stories live. Discover now