Natasha - Pertemuan Singkat

28.8K 908 4
                                    

Ku harap pertemuanku nanti dengan klien baruku berakhir mulus. Aku nggak mau ngecewain Pak Cakra yang udah jelas-jelas kasih aku amanah untuk melakukan negosiasiku dengan lawan bisnisnya.

"Kak Natasha sudah siap?"

Suara itu mengagetkanku. Dialah Gea, sekretaris Pak Cakra. Umurnya nggak jauh beda dariku. Hanya saja dia adik kelasku saat kami SMA. Makanya dia getol manggil aku dengan sebutan 'kak'.

"Kamu juga ikut Ge?"

"Maunya sih ikut Kak. Tapi kerjaan Gea lagi banyak-banyaknya di sini. PR dari Papi Cakra belum terselesaikan. Ini Gea cuma bawa berkas-berkas perjanjian kerja sama." kata Gea.

"Oke. Ada pesen lain dari Pak Cakra buatku?"

"Sementara belum ada. Semoga sukses yah Kak."

Aku hanya tersenyum merespon ucapan Gea.

"Yang ku tau, nanti klien yang Kak Nat temui, orangnya ganteng banget. Semoga aja Kakak kecantol sama dia."

"Ih sembarangan. Ogah deh. Biar dia aja yang kecantol sama aku. Eh tunggu, jangan deh jangan. Aku belum kenal. Bahaya deh kalo itu terjadi!"

Gea tertawa sepuasnya. Biarkan saja. Dia butuh refreshing mungkin. Jadi ya gitu.

"Ehm, yasudah aku pergi ya. Mau balik ke tempat kerjaku. Nanti Papi Cakra nyariin aku. Bye...!"

Gea pun berlalu. Oke, inilah waktuku untuk segera pergi menemui klienku. Klien Pak Cakra sih sebenarnya. Aku cuma pengalihan saja. Menggantikan Pak Cakra yang sedang tidak dalam kondisi yang fit alias sakit.

Pertemuanku dengan klien, rencananya diadakan di Cafe Ariston. Aku cukup familiar dengan cafe itu. Aku sering sekali kesana. Aku hanya butuh waktu dua puluh menit untuk sampai di tempat tujuanku.

Setelah berjalan ke luar dari ruanganku, ku putuskan untuk naik taksi. Bukan karena sok gengsi dan bergaya elit, tapi demi keamanan. Kebetulan aku sedang memakai rok selutut. Aku nggak nyaman jika naik kendaraan selain mobil. Karena nggak punya mobil sendiri, ya naik taksi aja. Kan yang bayar juga perusahaan. Sekali-kali memanfaatkan kemudahan fasilitas.

Aku telah sampai di Cafe Ariston. Terlihat biasa dan seperti biasanya. Pengunjung tak begitu banyak. Kebetulan sudah lewat dari jam makan siang. Gugup. Aku merasakan itu. Padahal ini bukan pertama kalinya aku menggantikan Pak Cakra untuk urusan yang serupa.

Meja no. 18 di lantai 2. Begitulah arahan sekilas dari Pak Cakra. Sumpah demi apa, bahkan aku tak paham dengan misi perjanjian kerja sama yang ku bawa. Mataku terus mengitari ruangan yang lumayan luas itu. Yah, meja no. 18 ada di sebelah pojok. Dekat dengan balkon cafe. Tapi belum ada siapapun di sana. Ku lirik jam tangan warna emasku, pantas saja! Aku datang 15 menit lebih awal dari perjanjian.

"Mba, mau pesan apa?" tanya pelayan wanita kepadaku.

"Aku mau jus buah naga merah mix stroberi dan kentang goreng." jawabku.

Hampir sejam aku menunggu, tapi klien yang dimaksud Pak Cakra, tak kunjung datang. Sial. Apa aku dikerjai Pak Cakra. Atau dasar si klien itu kebangetan kalo bikin janji. Astaga!

"Balik ke kantor aja deh. Lama. Dia mungkin nggak akan pernah dat..."

"Aku datang. Maaf sudah membuatmu lama menungguku. Tadi ada kerjaan deadline dan jalanan macetnya luar biasa."

Jadi pria itu yang ku temui? Iya, dia ganteng, kece, dan sempurna secara penampilan. Tapi karena dia ngaret dan alasan telat yang nggak logis, salah gitu kalo aku nggak bisa pasang senyum ke dia? Sejam nunggu kan lumayan.

"Baiklah, kamu mau pesan apa?"

"Tidak. Aku sudah pesan tadi. Jadi apa? Mari kita bicarakan tentang perjanjian kerja sama kita. Waktuku nggak banyak di sini."

Ku akui, dia sangat berhasil menggoda kaum hawa. Buktinya, setiap ada wanita yang lewat, pasti akan meluangkan waktunya untuk menatap pria di depanku ini. Iya, dia tampan! Tapi dia bukan artis juga! Trus dengan gaya sok kece, keren, dan menawan, dia tebar pesona kepada para wanita.

Ya Tuhan, masih saja dia melakukan aksinya yang menurutku memuakkan. Bukan apa-apa, aku jadi kesal karena sedari tadi dikacangin alias dianggurin. Kan kesel. Ada bagaikan tak ada. Tujuan dia datang mau bertemu denganku atau mau meladeni para wanita itu? Lagi pula itu wanita-wanita darimana sih? Ngebet banget pingin diperhatiin pria aneh di depanku ini.

"Oke. Lantas adakah alasan yang bisa jadi dasar bagiku untuk menandatangani kontrak perjanjian itu? Coba kamu jelaskan dengan mempresentasikan segala sesuatunya!"

Presentasi? Lagi nggak mood padahal. Terpaksa. Demi menyelesaikan tugas penting dari Pak Cakra, CEO di kantorku.

"Bagus, aku suka dengan pemikiranmu itu. Baiklah, mana saja yang perlu ku tanda tangani?"

Ku tunjukkan bagian mana saja yang dibutuhkan tanda tangannya. Ada beberapa lembar pastinya.

"Eits, sebelum ku mulai tanda tangan, coba perkenalkan namamu siapa? Trus sebutkan nomer telponmu? Dari tadi kan kamu belum memperkenalkan diri."

"Namaku Natasha. Untuk nomer telpon, ada di kartu nama ini."

Ku sodorkan kartu namaku. Lagi pula, aku enggan mengeja nomer telponku di muka umum. Takutnya ada yang iseng.

"Natasha Andriana. Nama yang indah untuk gadis manis sepertimu. Aku Alexander William."

Aku nggak peduli deh namanya siapa. Yang ku butuhkan adalah tanda tangannya. Hanya sebatas itu. Ku lihat tangannya mulai aktif membolak-balik berkas yang ku bawa. Sesekali dia memperhatikanku dengan penuh seksama. Matanya menatapku tajam. Aku bergidik ngeri.

Kemudian dia memulai tersenyum lagi. Perubahan ekspresi yang sangat cepat. Entah apa yang dia pikirkan. Ku lihat, dia sudah selesai menandatangani berkas-berkas itu. Disodorkannya berkas itu kepadaku. Ku periksa lagi. Semuanya sudah lengkap dengan tanda tangannya. Perfect!

"Sudah selesai! Lalu apa lagi?"

"It's enought! Maaf, tak bisa lama-lama di sini. Aku harus segera balik ke kantor. Masih ada meeting dengan klien lain!"

Itu bohong! Niatku hanya untuk menjauhinya saja. Menurutku aneh saja jika berlama-lama berhadapan dengan pria di depanku ini. Sungguh, bukan kriteria idaman!

"Baiklah Natasha. Sampai jumpa lagi!"

Kami bersalaman. Lalu dia melenggang pergi begitu saja. Eh tunggu, kayaknya aku deh yang duluan minta pertemuan segera diakhiri. Tak taunya dia yang memulai perpisahan lebih dulu. Aarrghhh.... dia mencuri start dariku!

Miss HackerWhere stories live. Discover now