Alexander - Dennis

7.4K 324 0
                                    

Saat mataku terbuka, aku merasakan kenyamanan jiwa dan raga. Jiwa: aku mendapatkan cintaku dalam waktu yang singkat. Raga: aku tengah tidur bersama wanita yang ku cintai, Natasha istriku.

Ku lihat Natasha masih lelap tidurnya. Masih nyaman dengan posisinya. Dalam pelukanku tentunya. Aku tak berniat membangunkannya. Melihatnya tertidur, hatiku rasanya damai. Betapa cantiknya istriku! Sungguh, aku sangat beruntung bisa memilikinya. Dia wanitaku!
Sesekali dia mengeliat. Memperbaiki posisi yang nyaman. Tapi matanya masih menutup dengan rapat. Mungkinkah dia sedang bermimpi indah?

TOK TOK TOK...!!!

Suara itu...! Siapa sih yang berani mengetuk pintu kamarku? Mengganggu acara tidurku saja.

"Kakak.... ayo sarapan...! Mama dan Papa sudah menunggu...!!" teriak Alice dari luar kamarku.

"Berisik Woyyy.....!!!" teriakku.

Aku lupa kalo Natasha masih tidur. Mendengar suaraku yang lumayan keras, Natasha pun terbangun. Aku jadi bersalah telah mengacaukan tidur pulasnya. Padahal aku masih ingin berlama-lama memandangnya. Aku ingin terus menikmati wajah cantiknya.

"Sudah pagi ya? Maaf, aku kesiangan!"

Dia menatapku sebentar, lalu menutup matanya lagi. Sepertinya dia masih ingin melanjutkan mimpi indahnya. Kemudian dia membuka matanya lagi. Kali ini lebih sadar dari sebelumnya.

"Apa yang telah kau lakukan? Kenapa aku seperti ini?"

Ku cium saja keningnya! Berkali-kali.

"Kau amnesia! Aku sudah melakukan 'itu' denganmu. Kau bahkan menikmatinya! Apa mau lagi?" tanyaku.

Dia menangis. Setidaknya ada air mata yang mengalir di pipi lembutnya.

"Seharusnya aku melakukannya dengan suamiku! Kenapa kau merusakku? Aku seakan sudah tak berharga lagi!"

Dia merutuki dirinya sendiri. Apakah hanya dengan tidur semalam denganku, dia jadi amnesia?

"Bukankah kita sudah menikah? Lalu apa yang kau sesalkan? Lagi pula aku belum menyentuhmu bahkan merusakmu. Lalu, siapa diantara kita yang merasa dirugikan?"

Dia mengusap tangisnya.

"Pakaianku di mana? Kok aku begini?"

"Sudahlah, ayo kita mandi! Papa dan Mama sudah menunggu kita."

Ku gandeng Natasha menuju ruang makan. Dia belum terbiasa dan masih malu padaku. Ku yakinkan padanya untuk tidak cemas.

"Nah, ini dia menantu kesayanganku. Ayo sini, bergabung dengan kami!" seru Mama antusias.

"Jiyee... yang abis berbasah-basah ria....!" goda Alicia.

"Sshhtt, kamu ini. Jaga bicaramu!" kataku kesal.

Ini belum apa-apa sudah dikabarkan heboh. Apalagi kalo sudah apa-apa, pasti tambah heboh.

"Natasha, kamu baik-baik saja kan? Wajahmu sedikit pucat. Apa suamimu menyakitimu?" tanya Mama yang diikuti gelak tawa si Alice.

"Sudahlah Ma, jangan menggoda pengantin baru. Mereka butuh waktu untuk adaptasi. Dan Alice, jangan tertawa terus! Itu, ambilkan HP Papa di atas lemari belakangmu itu!" kata Papa.

"Buat apa?" tanya Alice yang sudah menghentikan tawanya.

"Papa mau abadikan momen sarapan keluarga. Ini awal yang membahagiakan buat kita semua."

"Alex rasa itu ide yang bagus. Papa pintar!" kataku. "Lebih bagus lagi, jika foto keluarga kita jadi sampul majalah yang akan Alex terbitkan edisi selanjutnya! Menurut Papa?"

"Ehm, ide cemerlang! Pak Johan, kemarilah!"

Pak Johan segera datang dalam beberapa saat.

"Tolong ambil foto kami. Semua harus terlihat. Cari angle yang bagus!"

"Baik Tuan!"

Aku rasa, Papa dan Alicia yang paling narsis bergaya. Menurutku gaya mereka tak menampakkan kesan natural. Waktu liburku yang hanya beberapa hari, akan aku gunakan untuk menikmati quality time bareng istriku. Untuk sementara, aku tak mengajaknya ke luar rumah. Kan yang penting bisa berdua-duaan bareng Natasha. Itu sudah cukup mewakili yang namanya liburan.

"Ini indah sekali! Siapa yang merancang taman seindah ini?"

"Pamanku. Om Willy. Tapi sekarang sudah tiada. Ini kenangan terindah yang masih bisa kami lihat."

"Maaf, aku tak tau."

"Sshhtt, jangan begitu. Ayo, kita kesana! Di sana masih banyak bunga yang indah. Kau pasti suka!"

"Baiklah."

Kami menyusuri hamparan taman yang bertabur akan bunga-bunga.

"Sebentar, sepertinya aku melihat seseorang. Tunggulah di sini. Aku akan segera kembali."

Nat meninggalkanku.

"Jangan lama-lama!"

"Iyyaaaa....!" teriaknya.

Dari jauh, samar-samar Natasha sedang ngobrol dengan seseorang. Pria. Berkostum ala dokter. Apa dia benar-benar dokter? Entahlah.

Tunggu, aku seperti pernah melihat pria itu. Ya benar! Dia dokter muda yang pernah memeriksa Mama mertuaku saat aku mengantarkan Natasha ke Rumah Sakit. Dennis. Seingatku itu.

Aku ingin mengetahui pembicaraan mereka. Tapi aku tak bisa melakukannya. Sebab, aku harus percaya dengan istriku sendiri. Lagi pula, dia sudah meminta izin padaku. Aku hanya bisa mengawasinya dari jauh.

Istriku Natasha, terlihat serius berbicara dengan pria itu. Siapa sebenarnya pria itu? Apa tujuannya menemui istriku? Apa di luar sana tak ada gadis yang bisa membuatnya bahagia? Gadis selain istriku tentunya!

Miss HackerWhere stories live. Discover now