Prolog

1K 66 12
                                    

Senja ini, ada dua orang insan yang sedang duduk bersama disekitar taman belakang sekolah. Mereka baru saja mengistirahatkan diri dari pentas seni yang diadakan di sekolah.

"Nik, kamu mau ngomong apa? Tadi katanya kita perlu bicara." ucap seorang gadis kepada laki-lakinya dengan tatapan serius.

"Hmm.. Ngga kerasa ya kita udah dua tahun pacaran." ucap laki-laki yang di panggil Nik tadi.

"Iya, terus?" tanya gadis itu menyeritkan dahinya.

"Sudah lama juga ya." laki-laki tersebut tertawa renyah sebelum melanjutkan pembicaraannya. "Aku mau hubungan kita cukup sampai disini aja. Aku sayang kamu Lin, selama ini kita ga ada masalah. Tapi aku ngerasa udah ga cocok lagi sama kamu. Maaf."

Seperti ada jarum dan paku yang menusuk hatinya. "Tapi... Apa yang bikin kita udah ga cocok lagi Nik? Maksud aku, kita selama ini ga pernah ada masalah. Kalaupun ada masalah kita pasti bisa ngelewatinnya bareng-bareng. Ngga Niko.. Aku ga bisa kaya gini." gadis tersebut mulai menitikan air mata.

"Maaf banget, tapi aku harap kamu mau terima keputusan aku. Alin, maafin aku." ucap laki-laki bernama Niko. Dia mengusap air mata Alin lalu beranjak pergi meninggalkannya sendiri.

Alin menutup wajahnya, menyembunyikan air matanya. Tak percaya dengan pernyataan dari pacarnya yang kini telah berubah status menjadi mantannya.

Dia menangis disana, sendirian.

Tapi tidak lama kemudian dia mengusap air matanya kasar.

Gadis itu percaya, badai pasti berlalu. Digantikan dengan pelangi yang indah. Sedih tak akan bertahan dihatinya lama-lama. Dia akan bahagia lagi nanti. Dia bangkit dari tempat duduknya.

Pelangi pasti datang untukku.

Ya, itu pasti. Kalau saja dia tidak melupakan sesuatu. Sesuatu yang harusnya diantisipasi dari awal.

Pelangi hanya datang sementara, kalau badai pasti pergi berarti pelangi juga pasti akan pergi. Karna pelangi juga tak pernah bertahan selamanya.

Lalu, bagaimana dengan kisah cintanya?

Edited.

Ketika Pelangi Telah PergiWhere stories live. Discover now